MOMSMONEY.ID - Yuk, catat dan simak langkah memahami perbedaan paylater dan pinjol agar tidak salah langkah saat mengatur keuangan digital di era serba cepat ini.
Di tengah meningkatnya kebutuhan finansial masyarakat modern, dua layanan pembiayaan digital semakin populer: paylater dan pinjol (pinjaman online).
Keduanya dianggap solusi praktis untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus menunggu gajian atau tabungan cukup. Namun, di balik kemudahannya, masih banyak yang belum memahami perbedaan mendasar antara keduanya.
Melansir dari Sahabat Pegadaian, pemahaman yang tepat soal paylater dan pinjol penting agar kamu bisa menggunakan fasilitas ini secara cerdas tanpa terjebak dalam masalah keuangan.
Baca Juga: 5 Keterampilan Kaya Zaman Sekarang yang Wajib Dikuasai Agar Uang Meningkat Pesat
Apa itu paylater dan pinjol?
Secara sederhana, paylater berarti “bayar nanti”. Layanan ini memungkinkan pengguna membeli barang atau jasa sekarang, tetapi membayarnya kemudian dengan sistem cicilan.
Paylater umumnya ditawarkan oleh platform e-commerce yang bekerja sama dengan lembaga keuangan resmi atau fintech berizin.
Sementara itu, pinjol adalah singkatan dari pinjaman online, yaitu fasilitas pembiayaan tunai yang bisa diajukan secara daring melalui aplikasi. Dana dari pinjol dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari biaya kesehatan hingga modal usaha.
Perbedaan utama keduanya ada pada tujuan, cara kerja, serta bentuk pencairan dana. Untuk memahami lebih dalam, berikut penjelasan detailnya.
1. Tujuan penggunaan yang berbeda
Paylater digunakan untuk menunda pembayaran atas transaksi pembelian barang atau jasa. Misalnya, kamu ingin membeli kulkas baru di marketplace tetapi dana belum cukup, fitur paylater bisa menjadi solusi sementara.
Sementara pinjol digunakan untuk meminjam uang tunai yang langsung dikirim ke rekening peminjam. Dana ini bisa dipakai untuk kebutuhan mendesak seperti biaya sekolah anak atau pengobatan.
2. Dasar hukum paylater dan pinjol
Kedua layanan ini sama-sama diawasi oleh otoritas keuangan resmi, tetapi memiliki regulasi berbeda.
Pinjol diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 10/POJK.05/2022 tentang Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi.
Paylater diatur oleh Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 23/6/PBI/2021 tentang Penyedia Jasa Pembayaran.
Artinya, selama kamu menggunakan layanan yang terdaftar di OJK atau Bank Indonesia, aktivitas tersebut tergolong aman dan legal.
3. Cara kerja yang tidak sama
Paylater bekerja dengan sistem pembayaran tertunda. Saat kamu membeli produk, pihak paylater akan membayarkannya terlebih dahulu ke merchant. Kamu kemudian melunasinya sesuai tenor yang dipilih, misalnya 1, 3, 6, atau 12 bulan.
Pinjol, sebaliknya, memberikan dana pinjaman tunai langsung ke rekening kamu. Setelah pengajuan disetujui, dana cair, dan kamu wajib mengembalikan pokok plus bunga sesuai perjanjian.
Baca Juga: Dari Permainan hingga Proyek Sosial, Begini Cara Anak Belajar Mengatur Uang
4. Prosedur pencairan dana
Proses paylater lebih kompleks karena melibatkan beberapa pihak: pengguna, aplikasi paylater, lembaga pembiayaan, dan merchant. Dana hanya bisa digunakan untuk pembelian di platform yang bekerja sama.
Sedangkan pinjol memiliki proses lebih cepat. Setelah pengajuan dan verifikasi selesai, dana langsung ditransfer ke rekening peminjam tanpa perantara pihak ketiga.
5. Bunga pinjaman dan biaya tambahan
Secara umum, bunga pinjol lebih tinggi dibandingkan paylater. Selain bunga, pinjol juga menerapkan biaya administrasi dan denda keterlambatan.
Namun, jangan salah, paylater juga memiliki konsekuensi serupa. Jika pembayaran terlambat, skor kredit pengguna bisa turun karena tercatat di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK.
6. Tingkat keamanan layanan
Dalam hal keamanan, paylater cenderung lebih aman karena dikelola oleh lembaga keuangan resmi atau bank yang kredibel.
Sebaliknya, pinjol ilegal masih banyak beredar dan kerap menimbulkan masalah seperti penyalahgunaan data pribadi. Karena itu, pastikan selalu memilih pinjol yang terdaftar di OJK untuk menghindari risiko penipuan.
7. Risiko penggunaan dan dampaknya
Setiap layanan keuangan memiliki risiko. Pada paylater, risikonya lebih rendah karena limit pinjaman kecil dan tenor pendek. Tapi jika tidak hati-hati, tetap bisa berujung gagal bayar.
Sedangkan pinjol memiliki risiko lebih besar. Limit pinjaman tinggi dengan bunga besar dapat membuat beban cicilan menumpuk. Jika tidak dikelola dengan baik, kondisi ini bisa memicu masalah keuangan jangka panjang.
Baca Juga: Rahasia Uang Tumbuh Sendiri, Bunga Majemuk Pahami dari Sekarang
8. Cara pembayaran tagihan
Tagihan paylater biasanya dibayar melalui dompet digital, transfer bank, atau fitur autodebit di aplikasi marketplace.
Sementara tagihan pinjol dibayar setelah dana diterima, dengan metode pembayaran bervariasi: transfer bank, minimarket, hingga autodebit. Tenor pinjol umumnya lebih ketat, bahkan bisa bersifat harian.
Alternatif aman saat butuh dana cepat
Jika kamu membutuhkan dana mendesak tanpa risiko bunga tinggi, gadai emas di Pegadaian bisa menjadi pilihan bijak. Prosesnya mudah, cukup bawa emas dan identitas diri (KTP, SIM, atau paspor).
Petugas akan menaksir nilai agunan dan memberikan dana tunai sesuai taksiran. Pelunasan juga fleksibel dan bisa diperpanjang berkali-kali sesuai kebutuhan.
Memahami perbedaan antara paylater dan pinjol penting agar kamu bisa menentukan solusi pembiayaan yang sesuai dengan kondisi finansialmu.
Gunakan layanan keuangan digital dengan bijak, terdaftar di OJK, dan pahami seluruh ketentuan bunga serta tenor.
Jika ingin alternatif yang lebih aman dan transparan, pertimbangkan gadai emas di Pegadaian sebagai solusi kebutuhan dana cepat tanpa risiko tinggi.
Selanjutnya: Tips Cerdas Mengatur Tabungan Rumah dan Dana Pensiun Secara Seimbang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News