Santai

Harga Porang Melambung Tinggi, Harga Naik Setiap Hari

Harga Porang Melambung Tinggi, Harga Naik Setiap Hari

MOMSMONEY.ID - Harga porang kembali menanjak, setelah dua tahun terakhir betah di kisaran Rp 2.000 per kilogram. 

I Ketut Sukarya, petani porang asal Desa Kebonjero, Tabanan, Bali, mengungkapkan, harga jual porang saat ini melesat tinggi menjadi Rp 9.000 per kilogram.

"Sejak dua minggu lalu, setiap hari, harga porang naik," katanya kepada Momsmoney. Ketut Sukarya sendiri baru menanam porang saat tanaman dengan nama Latin Amorphophallus muelleri ini populer pada 2000 lalu.

Menurut Ketut Sukarya, harga porang mulai mendaki dua bulan terakhir. Dari kisaran Rp 2.000 kg menjadi Rp 5.000 kg, dan kini menembus angka Rp 9.000 per kg.

Harga saat ini mendekati harga tertinggi porang pada 2020 lalu yang mencapai Rp 12.000 hingga Rp 13.000 per kilogram.

Popularitas porang meledak pada 2000 lalu, menyusul banyak petani yang untung besar buntut harga yang melambung tinggi hingga Rp 12.000 hingga Rp 13.000.

Baca Juga: 7 Tanaman Hias Tidak Butuh Drainase, Bisa Ditanam di Dalam Ruangan

Akibatnya, banyak yang menanam porang, termasuk Ketut Sukarya yang sejatinya pekebun kopi. 

Banyak pekebun kopi di Kebonjero yang ramai-ramai menanam porang dan menyulap sebagian kebun kopi mereka menjadi lahan porang lantaran tergiur untung besar.

Bukan cuma di Bali, banyak masyarakat Indonesia yang berbondong-bondong menanam porang.

Pasokan yang melimpah, membuat harga porang jatuh ke kisaran Rp 2.000 per kg dan bertahan lama.

Ketut Sukarya bilang, saat harga porang naik menjadi Rp 5.000 kg, banyak petani yang memanen porang dan menjualnya. Sebab, harga porang sempat turun sebelum naik lagi ke Rp 5.000 kg.

Porang sempat digadang-gadang Presiden Joko Widodo menjadi komoditas ekspor unggulan. 

Baca Juga: 5 Tanda Tanaman Kebanyakan Air, Ini Hal yang Harus Dilakukan

Melalui unggahan akun Instagram resmi, 19 Agustus 2021, Presiden Jokowi mengatakan, porang bisa menjadi komoditas ekspor unggulan jika digarap dengan serius. 

"Bayangkan, satu hektare lahan dapat menghasilkan 15-20 ton porang. Pada musim tanam pertama para petani dapat menghasilkan hingga Rp 40 juta dalam 8 bulan. Nilainya sangat besar, pasarnya masih terbuka lebar," kata Presiden.

Sebelum dilirik sebagai komoditas unggulan, porang awalnya hanya dianggap tidak lebih dari tumbuhan liar yang lazim ditemukan di sela-sela pepohonan hutan. 

Bahkan, tanaman yang juga sering tumbuh liar di pekarangan rumah itu juga dianggap masyarakat sebagai makanan ular. Lantas, sejak kapan porang mulai dilirik sebagai komoditas unggulan?

Porang mulai dilirik sebagai komoditas unggulan setelah kisah seorang pemulung yang sukses membudidayakan tanaman tersebut viral dan menjadi perbincangan masyarakat

Kesuksesan Paidi, sosok pemulung yang tinggal di Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, membudidayakan porang hingga beromzet miliaran menarik perhatian banyak orang.

Selanjutnya: Mengintip Latihan Akbar Ratusan Penari Jelang Sabang Merauke The Indonesian Broadway

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News