InvesYuk

Harga Emas Dunia Menguji Naik, Pasar Antisipasi Perang Tarif AS-China Memanas

Harga Emas Dunia Menguji Naik, Pasar Antisipasi Perang Tarif AS-China Memanas

MOMSMONEY.ID - Harga emas hari ini di pasar global naik, setelah berakhir stagnan di bawah US$ 3.000 per troi ons pada sesi sebelumnya. Logam mulia kembali naik karena memudarnya harapan bahwa perang dagang global dapat dihindari.

Mengutip Bloomberg, Rabu (9/4) pukul 13.41 WIB, harga emas spot diperdagangkan di US$ 3.031,04 per troi ons. Emas naik hampir 1% dari penutupan kemarin yang stagnan di US$ 2.983,27 per troi ons.

Presiden AS Donald Trump terus menerapkan bea masuk yang lebih tinggi terhadap sekitar 60 mitra dagang, termasuk China. Pungutan tersebut akan mulai berlaku setelah tengah malam waktu New York.

Para pedagang bersiap mengantisipasi AS yang akan menaikkan tarif impor barang-barang China hingga setingi-tingginya 104%, sebuah langkah yang diperkirakan akan direspons China. 

Baca Juga: Harga Emas Antam Melesat Rp 23.000 Hari Ini 9 April 2025

Minggu lalu, emas mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa US$ 3.167,84 per troi ons, didorong oleh lonjakan pembelian dari investor yang mencari aset aman, karena kekhawatiran perang dagang global akan memicu kemerosotan ekonomi. 

Namun, harga emas turun dari level tertinggi tersebut, karena agenda tarif Trump menjadi jelas. Meskipun emas merupakan aset aman tradisional, gangguan pasar yang ekstrem dapat mendorong investor untuk menjual aset tersebut guna menutupi kerugian pada aset lain seperti saham.

Christopher Wong, ahli strategi mata uang asing di Oversea-Chinese Banking Corp., mengatakan kenaikan harga emas mencerminkan meningkatnya kecemasan investor atas ancaman tarif dan potensi perubahan norma perdagangan global. "Emas tetap menjadi lindung nilai yang baik terhadap ekonomi global yang lebih tidak teratur," katanya, dilansir Bloomberg, hari ini.

Baca Juga: Tiga Bank BUMN Tebar Dividen pada April, Mana yang Paling Menarik?

Sepanjang tahun berjalan, harga emas masih naik sekitar 15%, karena pembelian oleh bank sentral dan arus masuk ke dana yang diperdagangkan di bursa (ETF). Pasar juga berspekulasi bahwa volatilitas yang meningkat dapat mendorong Federal Reserves mempercepat pemotongan suku bunga guna mencegah resesi.

Suku bunga yang lebih rendah biasanya menguntungkan emas, yang tidak memberikan bunga.

Selanjutnya: Volatilitas Tinggi, Saham Big Banks Dinilai Tetap Prospektif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News