InvesYuk

DBS Menilai Indonesia Masih Resilient di Tengah Tantangan Perdagangan Global

 DBS Menilai Indonesia Masih Resilient di Tengah Tantangan Perdagangan Global

MOMSMONEY.ID - DBS Group Research memberikan pandangannya mengenai proyeksi ekonomi Indonesia berdasarkan keputusan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga menjadi 5% dalam Rapat Dewan Gubernur, Rabu (20/8) dan tantangan perdagangan global saat ini. 

Pemangkasan suku bunga tersebut DBS Group Research pandang sejalan dengan proyeksi yang mengantisipasi ruang kabijakan moneter akomodatif. 

"Sejumlah indikator aktivitas dengan frekuensi tinggi menunjukkan pelemahan momentum pertumbuhan di paruh kedua tahun ini, ditambah situasi perdagangan global yang cukup menantang, membuat BI memilih untuk tetap menjaga kebijakan yang mendukung pertumbuhan. Keputusan ini diambil di tengah inflasi yang masih sesuai target dan rupiah yang relatif stabil,” ujar Senior Economist DBS Bank Radhika Rao dalam keterangan tertulis, Jumat (22/8). 

Selain kebijakan BI, analisis DBS Group Research pun memberikan gambaran lebih dalam mengenai kondisi mekroekonomi, baik dari dalam maupun luar negeri, yang memengaruhi stabilitas domestik. Seperti, ekonomi Amerika Serikat saat ini menghadapi berbagai risiko kompleks, termasuk inflasi yang masih tinggi, dampak lanjutan tarif perdagangan internasional, pengetatan kebijakan imigrasi, kebutuhan stimulus fiskal, lonjakan harga aset, serta tekanan politik terhadap The Fed dalam pengambilan keputusan moneter. 

Berdasarkan analisis DBS Group Research, pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan melambat pada paruh kedua 2025. The Fed diproyeksikan akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada semester II 2025, dengan kemungkinan pemangkasan tambahan 50 basis poin pada 2026. 

Baca Juga: Bank DBS Indonesia dan FoodCycle Indonesia Gerakkan Urban Farming

Sementara, DBS menilai dampak tarif AS terhadap Indonesia relatif terbatas. Meskipun sebagian besar ekspor tekstil, produk furnitur, dan alas kaki Indonesia ditujukan ke pasar AS, dampak tarif terhadap Indonesia diperkirakan lebih kecil dibandingkan negara ASEAN lainnya. 

Faktor kunci yang mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah meredanya inflasi memberikan ruang bagi kebijakan moneter lebih fleksibel. Selain itu, peningkatan belanja kesejahteraan dan pemerintah mendorong konsumsi domestik.Terakhir, arus masuk Foreign Direct Investment (FDI) yang positif mencerminkan kepercayaan investor internasional.

“Indonesia memiliki posisi yang relatif lebih baik dalam menghadapi gelombang tarif baru dari AS. Struktur ekonomi yang beragam memberikan ketahanan yang diperlukan,” ujar Radhika.

Selain itu, DBS Group Research menekankan pentingnya negosiasi kesepakatan perdagangan bebas dengan mitra strategis, termasuk penghapusan hambatan tarif bagi lebih dari 99% produk Indonesia ke pasar AS, dukungan kebijakan domestik yang kuat, serta pengelolaan valuta asing secara komprehensif. Indonesia juga disarankan memanfaatkan peluang dari pergeseran arus perdagangan global untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah dinamika internasional. 

Selanjutnya: Tak Sekedar Bermanfaat Dalam Aktivitas, Proteksi HP Penting. Ini Alasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News