InvesYuk

JP Morgan Sebut Pasar Saham & Obligasi Indonesia Masih Menarik

JP Morgan Sebut Pasar Saham & Obligasi Indonesia Masih Menarik

MOMSMONEY.ID - Perusahaan jasa keuangan global terkemuka, JP Morgan menyebutkan, ekonomi dan pasar Indonesia masih menarik.  

Chief Executive Officer JP Morgan Indonesia Gioshia Ralie menjelaskan,  Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 yang baru-baru ini diumumkan menjadi pertanda baik bagi perekonomian Indonesia.

Dengan disiplin fiskal yang dipertahankan, serta keselarasan antara tim ekonomi yang akan mengakhiri dan memulai masa jabatan mereka, akan melihat arus masuk yang positif ke pasar obligasi dan saham, yang akan menguntungkan sektor perbankan, pendidikan, dan kesehatan. 

Berikut hal-hal yang membuat JP Morgan sebut ekonomi dan pasar saham mapun obligasi Indonesia masih menarik.

Pertama, defisit fiskal diproyeksikan sebesar 2,5% dari produk domestik bruto (PDB) pada 2025, turun dari 2,7% yang diproyeksikan di 2024. Ini menjadi hal positif karena menunjukkan, pemerintah telah berkomitmen untuk menjaga disiplin fiskal.

Kedua, program makan siang gratis yang baru dari Presiden terpilih Prabowo Subianto dianggarkan sebesar Rp 71 triliun, sekitar 0,3% dari PDB. Angka ini lebih rendah dari ekspektasi awal pasar yang mencapai 2% dari PDB, yang membantu meredakan kekhawatiran pasar.

Baca Juga: Ini Pilihan Kombinasi Warna Cat Rumah yang Terlihat Elegan

Ketiga, belanja pemerintah untuk program bantuan sosial (bansos) sebesar US$ 19 miliar diperkirakan akan tetap atau sedikit menurun (-3% menjadi 0% yoy) pada 2025.

Ini mengimplikasikan prospek konsumsi masyarakat secara keseluruhan akan melemah, meskipun beberapa segmen makanan dan produk olahannya dapat memperoleh manfaat dari program makan siang gratis.

Keempat, anggaran infrastruktur diperkirakan akan turun 5% yoy menjadi US$ 26 miliar, dengan pengurangan anggaran untuk ibu kota baru, yang mengimplikasikan ketergantungan yang lebih besar pada investasi sektor swasta.

Kelima, pendidikan dan kesehatan tetap menjadi prioritas utama dengan anggaran sebesar US$ 45 miliar dan US$ 12 miliar pada 2025, masing-masing naik 24% dan 5% dari anggaran sebelumnya.

Lebih lanjut, dengan inflasi yang terkendali, RAPBN memproyeksikan sedikit akselerasi pertumbuhan PDB menjadi 5,2% pada 2025, naik dari 5,1% yang diproyeksikan untuk tahun 2024. Inflasi diperkirakan turun menjadi 2,5% pada 2025F vs 2,7% yang diproyeksikan di 2024.

Anggaran tersebut menguraikan kenaikan 18% yoy untuk subsidi energi dan kompensasi, yang akan membantu menjaga inflasi mengingat harga bahan bakar dan listrik seharusnya terkendali dengan baik.

Baca Juga: Ini 5 Cara Cerdas Menggunakan Kembali Wadah Plastik di Rumah

JP Morgan percaya bahwa asumsi imbal hasil obligasi rupiah dan 10 tahun cukup konservatif yaitu Rp 16.100 per dollar AS (sekarang Rp 15.700) dan 7,1% (sekarang 6,7%).

Penerapan cukai minuman manis/minuman berpemanis yang baru dapat berdampak positif dalam jangka panjang dari sisi penerimaan pajak dan kesehatan.

JP Morgan juga optimistis terhadap investasi sektor swasta di bidang kesehatan setelah RUU reformasi layanan kesehatan diimplementasikan tahun lalu.

Dari pasar saham,  JP Morgan menekankan kembali pandangan positif terhadap pasar saham Indonesia. IHSG saat ini mencapai level tertinggi sepanjang masa, dibantu oleh rupiah yang menguat.

Sejak bulan Juni lalu, JP Morgan melihat kembalinya aliran dana asing yang menggembirakan sekitar US$ 600 juta. Kendati demikian, angka ini masih lebih kecil dari total arus keluar dana asing sekitar US$ 1,7 miliar dari April hingga Mei.

Oleh karena itu, mungkin akan ada lebih banyak aliran dana yang akan datang.

Baca Juga: Ikuti Cara Menambah Tontonan Terbatas di Netflix Berikut Ini

Katalis jangka pendek lainnya adalah pemangkasan suku bunga The Fed di September, akan menguntungkan Indonesia dari sisi arus modal dan likuiditas.

JP Morgan memperkirakan Bank Indonesia akan memangkas 50 bps pada September-Desember tahun ini dan 50 bps lagi pada semester satu 2025.

JP Morgan percaya, sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti bank, properti, dan otomotif akan mendapatkan keuntungan dari potensi pelonggaran moneter.

Meskipun sebagian besar bank di Indonesia tidak akan mengalami ekspansi net interest margin (NIM) selama siklus penurunan suku bunga, JP Morgan meyakini, bank-bank tersebut dapat memperoleh manfaat dari peningkatan likuiditas dan arus modal. 

JP Morgan juga percaya, aset-aset berdurasi panjang seperti perusahaan berbasis internet dan bank digital dapat menjadi penerima manfaat dari tren suku bunga yang lebih rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News