AturUang

Generasi X Terhimpit Krisis Finansial, Bagaimana Mereka Bisa Bertahan?

Generasi X Terhimpit Krisis Finansial, Bagaimana Mereka Bisa Bertahan?
Reporter: Ramadhan Widiantoro  |  Editor: Ramadhan Widiantoro


MOMSMONEY.ID - Simak bagaimana Generasi X menghadapi tekanan finansial di tengah beban ganda keluarga, utang, dan penurunan pendapatan.

Generasi X, mereka yang lahir antara tahun 1965 hingga 1980, sedang berada pada titik paling menantang dalam hidupnya. 

Di usia yang seharusnya menjadi masa produktif untuk menabung menuju pensiun, justru mereka terhimpit oleh tanggung jawab keuangan yang saling bertumpuk: membantu anak, mendukung orang tua, sekaligus melunasi utang pribadi.

Melansir dari Investopedia, kondisi ini menjadi salah satu alasan mengapa pengeluaran Generasi X lebih lambat dibandingkan kelompok usia lain pada tahun 2025. 

Baca Juga: Tips Merdeka Finansial untuk Gen Z, Begini Caranya!

Bank of America mencatat, pertumbuhan belanja generasi ini pada Agustus hanya naik 0,1%, jauh lebih rendah dibandingkan Generasi Milenial maupun Generasi Z.

Mengapa generasi X paling tertekan?

Ada beberapa faktor utama yang membuat keuangan Generasi X lebih rapuh dibanding generasi lainnya:

1. Penurunan pendapatan

Data terbaru menunjukkan bahwa gaji Generasi X mengalami penurunan lebih cepat dibanding kelompok usia lain. Akibatnya, ruang untuk menabung semakin menyempit.

2. Tanggung jawab keluarga ganda

Banyak dari mereka termasuk dalam “generasi sandwich”: harus membiayai anak-anak sekaligus orang tua lanjut usia. Hal ini membuat pengeluaran rumah tangga meningkat, sementara dana untuk pensiun justru berkurang.

3. Beban pinjaman mahasiswa

Menurut laporan Experian, rata-rata utang mahasiswa yang masih ditanggung oleh Generasi X mencapai sekitar Rp700 juta (setara USD 44.240). Bahkan, sebagian besar masih menanggung cicilan pinjaman Parent PLUS untuk biaya kuliah anak-anak mereka.

Baca Juga: Generasi Muda di 2025 Alami Tekanan Finansial, Apa Sih Penyebabnya? Simak

Dampak pada tabungan dan rencana pensiun

Beban keuangan ini membuat sebagian besar Generasi X kesulitan menabung untuk masa pensiun. Survei Allianz Life Insurance Company menunjukkan hampir 60% dari mereka mengurangi atau bahkan berhenti menyisihkan dana pensiun demi memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.

Seorang guru berusia 56 tahun, Beth Womack, menceritakan bagaimana ia dan suaminya harus membagi keuangan untuk kuliah anak sekaligus biaya hidup orang tua. 

“Beberapa hal yang dulu terasa biasa, seperti liburan atau sekadar merawat diri, kini menjadi kemewahan karena semua dana fokus pada kebutuhan pokok,” ungkapnya.

Apa risiko jika tren ini berlanjut?

Jika kondisi ini terus berlangsung, Generasi X berpotensi menghadapi masa tua tanpa cukup dana pensiun. Padahal, laporan memperkirakan bahwa dana perwalian Jaminan Sosial di Amerika Serikat bisa habis pada tahun 2034. Itu berarti ketergantungan penuh pada tabungan pribadi akan semakin besar.

Bagi Generasi X di Indonesia, situasi ini bisa menjadi cermin, tanpa perencanaan keuangan yang disiplin, masa pensiun bisa menjadi periode yang penuh tekanan, bukan kenyamanan.

Baca Juga: Ini Strategi Islami Kelola Utang dengan Bijak agar Finansial Stabil dan Berkah

Solusi yang bisa dilakukan generasi X

Agar tidak semakin terjebak dalam krisis finansial, ada beberapa langkah realistis yang bisa dipertimbangkan:

  • Prioritaskan utang dengan bunga tinggi terlebih dahulu agar beban cicilan cepat berkurang.
  • Buat anggaran yang fleksibel dan disiplin dalam memilah kebutuhan utama serta sekunder.
  • Cari sumber pendapatan tambahan, baik melalui pekerjaan sampingan maupun investasi yang sesuai profil risiko.
  • Siapkan dana darurat minimal 6 bulan pengeluaran untuk mengurangi risiko ketika terjadi kejadian tak terduga.
  • Diskusikan keuangan keluarga secara terbuka, termasuk dengan pasangan maupun anak, agar beban tidak hanya dipikul satu pihak.

Generasi X saat ini berada pada masa yang berat, dengan pendapatan yang melemah, beban keluarga ganda, dan utang yang masih menumpuk. 

Namun, dengan strategi keuangan yang terukur, ada peluang untuk tetap menjaga stabilitas finansial hingga masa pensiun.

Tekanan finansial ini bisa menjadi pengingat penting bagi semua generasi: semakin cepat merencanakan keuangan, semakin ringan beban di masa depan.

 

Selanjutnya: AS dan Korsel Perkuat Militer, Kim Jong Un Akan Mengembangkan Upaya Militer Tambahan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News