MOMSMONEY.ID - Tahukah bahwa ternyata tekanan darah tinggi berbahaya untuk ibu hamil? Yuk, simak penjelasan lengkapnya!
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu kondisi yang memerlukan perhatian serius, terutama bagi ibu hamil. Kondisi ini tidak hanya berisiko bagi kesehatan ibu, tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan janin.
Merujuk dari Mayo Clinic, berikut ini adalah risiko bahaya yang timbul akibat tekanan darah tinggi pada ibu hamil.
Baca Juga: 5 Tips Kurangi Risiko Tekanan Darah Tinggi pada Ibu Hamil
1. Kurangnya aliran darah ke plasenta
Hal ini bisa mengakibatkan janin mendapat lebih sedikit oksigen dan nutrisi, yang berpotensi menyebabkan pertumbuhan lambat (pembatasan pertumbuhan intrauterin), berat lahir rendah, atau kelahiran prematur.
Bayi yang lahir prematur mungkin mengalami masalah pernapasan, risiko infeksi yang lebih tinggi, dan komplikasi lainnya.
2. Solusio plasenta
Kondisi di mana plasenta yang terpisah dari dinding rahim sebelum melahirkan. Ini dapat diperparah oleh preeklampsia, tekanan darah tinggi, serta meningkatkan risiko pendarahan hebat yang bisa mengancam jiwa ibu dan bayi.
Baca Juga: Ketahui Diet DASH yang Baik untuk Penderita Darah Tinggi
3. Cedera pada organ lain
Hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik bisa merusak otak, mata, jantung, paru-paru, ginjal, hati, dan organ utama lainnya, potensial mengancam jiwa.
4. Persalinan prematur
Dalam beberapa kasus, persalinan dini mungkin diperlukan untuk menghindari komplikasi yang mengancam jiwa akibat tekanan darah tinggi.
Baca Juga: Inilah 7 Makanan Penyebab Darah Tinggi, Cek yuk
5. Risiko penyakit kardiovaskular
Wanita yang mengalami preeklampsia memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung dan pembuluh darah di kemudian hari. Risiko ini meningkat jika mengalami preeklampsia lebih dari satu kali atau jika mengalami kelahiran prematur akibat hipertensi selama kehamilan.
Memantau tekanan darah merupakan aspek krusial dari perawatan prenatal. Bagi mereka yang menderita hipertensi, dokter akan menggunakan kategori berikut untuk menilai tingkat tekanan darah:
- Tekanan darah tinggi: Diindikasikan dengan tekanan sistolik antara 120 dan 129 mm Hg dan tekanan diastolik kurang dari 80 mm Hg. Tanpa intervensi, tekanan darah yang meningkat dapat berpotensi memburuk seiring waktu.
- Hipertensi tahap 1: Didefinisikan oleh tekanan sistolik antara 130 dan 139 mm Hg atau tekanan diastolik antara 80 dan 89 mm Hg.
- Hipertensi tahap 2: Kondisi yang lebih serius, ditandai dengan tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih atau tekanan diastolik 90 mm Hg atau lebih.
- Hipertensi gestasional: Diagnosa ini diberikan setelah kehamilan minggu ke-20 dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mm Hg tanpa indikasi kerusakan pada organ lain. Pengukuran tekanan darah harus dilakukan dan didokumentasikan dalam dua kesempatan terpisah, dengan jarak minimal empat jam.
Baca Juga: Ambang Batas Hipertensi versi WHO Berbeda dengan Anggapan Umum
Nah, itulah pembahasan tentang beberapa bahaya yang mengintai karena tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Tekanan darah tinggi selama kehamilan memerlukan perhatian dan pengelolaan yang serius untuk melindungi kesehatan ibu dan bayi.
Melalui pemantauan rutin dan pengelolaan medis yang tepat, risiko komplikasi dapat diminimalisir. Dengan begitu, ini memungkinkan ibu dan bayi untuk menjalani proses kehamilan yang lebih aman dan sehat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News