MOMSMONEY.ID - Rupiah kehabisan tenaga melawan dollar AS pada perdagangan hari ini. Mata uang berlambang Garuda melemah signifikan di tengah penguatan indeks dollar.
Mengutip Bloomberg, Selasa (2/7), kurs rupiah di pasar spot melemah 75 poin atau 0,46% menjadi Rp 16.396 per dollar AS.
Menurut Ibrahmi Assuaibi, analisa pasar forex dan Direktur Laba Forexindo Berjangka, di eksternal, indeks dolar pulih dari penurunan baru-baru ini karena lebih banyak isyarat mengenai suku bunga Fed dan ekonomi AS yang akan dirilis pekan ini.
Ketua Fed Jerome Powell akan berbicara pada konferensi Bank Sentral Eropa pada Selasa dan risalah pertemuan The Fed bulan Juni akan dirilis pada Rabu.
Di samping itu, data utama non-farm payrolls AS bulan Juni akan dirilis pada Jumat. Data ini diperkirakan akan memberikan lebih banyak wawasan mengenai pasar tenaga kerja, yang juga menjadi pertimbangan utama bagi The Fed sebelum memangkas suku bunga.
Pekan lalu, dollar melemah karena para pedagang menaikkan taruhan mereka terhadap penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada September. Namun, sejumlah pejabat Fed menyatakan bahwa bank sentral memerlukan lebih banyak kepercayaan diri dalam mengendalikan inflasi, sebelum memangkas suku bunga.
Baca Juga: Rupiah Lanjut Menguat di Rp 16.321 per dollar, Besok Masih Bertenaga?
Di internal, indikator ekonomi kurang mendukung bagi rupiah.
Kinerja Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Juni turun ke level 50,7 dari 52,1 pada bulan sebelumnya. Sejalan dengan laporan S&P Global, manufaktur nasional kehilangan momentum pada Juni 2024 lantaran kenaikan output dan penjualan yang melambat, sehingga level PMI manufaktur turun cukup dalam.
Kondisi tersebut memengaruhi kepercayaan diri industri terhadap kondisi output 12 bulan mendatang, yang belum bergerak dari posisi terendah dalam empat tahun pada Mei lalu. Ini terjadi karena penurunan pesanan dari luar negeri yang dipengaruhi oleh kondisi pasar, restriksi perdagangan dan regulasi yang kurang mendukung.
Regulasi yang dimaksud adalah Peraturan Menteri Perdagangan No 8/2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor yang merelaksasi impor barang-barang dari luar negeri sejenis dengan produk yang diproduksi di dalam negeri. Aturan relaksasi impor menyebabkan turunnya optimisme para pelaku industri, yang berpengaruh pada penurunan PMI.
Meskipun melambat, namun industri manufaktur nasional masih menunjukkan kondisi ekspansif yang mampu dipertahankan 34 bulan berturut-turut hingga Juni 2024.
Prediksi Ibrahim pada perdagangan besok, Rabu (3/7), rupiah akan fluktuatif dan rawan ditutup melemah di rentang Rp 16.380- Rp 16.470 per dollar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News