MOMSMONEY.ID - Pelemahan mata uang rupiah berlanjut hingga nyaris kembali ke level Rp 16.000 per dollar.
Mengutip Bloomberg, Selasa (21/5), nilai tukar rupiah ditutup di Rp 15.999 per dollar, melemah 21 poin atau 0,13% dibandingkan kemarin. Mata uang berlambang Garuda belum mampu membalikkan tren, di tengah penguatan indeks dollar.
Ibrahim Assuaibi Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka mengatakan greenback didukung oleh lebih banyak komentar dari pejabat Fed, yang menyebutkan bank sentral masih perlu lebih diyakinkan terkait penurunan inflasi dan bahwa suku bunga kemungkinan tidak akan berubah untuk sementara.
Sehingga risalah pertemuan The Fed akhir April, yang dijadwalkan dirilis pada hari Rabu, menjadi fokus utama, untuk mendapatkan wawasan lebih lanjut mengenai sikap bank tersebut terhadap suku bunga.
Baca Juga: Rupiah Belum Bertenaga Ditutup di Rp 15.978 per dollar, Intip Proyeksi Besok!
Pejabat Federal Reserve belum siap untuk mengatakan bahwa inflasi sedang menuju target bank sentral AS sebesar 2%, meskipun data minggu lalu menunjukkan berkurangnya tekanan harga konsumen pada bulan April. Beberapa di antara mereka pada hari Senin menyerukan kelanjutan kebijakan yang hati-hati.
Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan bank sentral akan membutuhkan waktu untuk yakin bahwa inflasi berada pada jalurnya kembali ke tujuannya. "Saya pikir akan memakan waktu cukup lama sebelum kita mengetahui hal itu secara pasti,” kata Bostic dalam wawancara dengan Bloomberg Television.
Berbicara pada konferensi Mortgage Bankers Association di New York, Wakil Ketua Fed Philip Jefferson mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apakah perlambatan proses disinflasi yang terjadi baru-baru ini akan bertahan lama.
Dari sisi internal, data ekonomi nasional sejatinya relatif stabil. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I 2024 masih terjaga. NPI tercatat defisit US$ 6 miliar. Posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2024 relatif tinggi senilai US$ 140,4 miliar atau setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Baca Juga: Harga Bitcoin Melesat Dekati Rekor Tertinggi, Saatnya Beli?
Defisit transaksi berjalan relatif rendah di tengah kondisi perlambatan ekonomi global. Pada triwulan I 2024, defisit transaksi berjalan senilai US$ 2,2 miliar atau 0,6% dari PDB. Cuma memang lebih tinggi dibandingkan dengan defisit US$ 1,1 miliar atau 0,3% dari PDB pada triwulan IV 2023.
Sementara, kinerja transaksi modal dan finansial tetap solid, ditopang oleh investasi langsung. Investasi langsung membukukan peningkatan surplus dari triwulan sebelumnya sebagai cerminan dari tetap terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian dan iklim investasi domestik.
Ibrahim memperkirakan, pada perdagangan besok Rabu (22/5), mata uang rupiah fluktuatif dan masih rawan ditutup melemah di rentang Rp 15.980 hingga Rp 16.040 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News