MOMSMONEY.ID - Pendekatan berbasis nutrisi bisa menjadi langkah preventif yang efektif untuk memutus rantai masalah gizi dan infeksi yang selama ini membebani sistem kesehatan Indonesia.
Berdasarkan data UNICEF dan Kementerian Kesehatan tahun 2024, satu dari lima anak Indonesia mengalami stunting, sementara lebih dari 30% anak usia di bawah lima tahun pernah mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) atau diare dalam satu tahun terakhir.
Selain itu, laporan Global Nutrition Report 2024 memperkirakan, Indonesia kehilangan 2%–3% produk domestik bruto (PDB) per tahun akibat rendahnya produktivitas dan tingginya biaya medis yang disebabkan oleh malnutrisi.
Kombinasi kekurangan gizi dan infeksi berulang menciptakan lingkaran masalah yang menekan tumbuh kembang anak serta meningkatkan biaya pengobatan keluarga dan negara.
Namun, studi terbaru dari Indonesia yang dipresentasikan di International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research (ISPOR) 2025 di Glasgow, Skotlandia, membawa solusi untuk menjawab isu tersebut.
Associate Professor dari Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Muh. Akbar Bahar, Ph.D menunjukkan, pemberian nutrisi medis berupa pangan olahan untuk keperluan medis khusus (PKMK) selama tiga bulan terhadap anak-anak undernutrisi seperti stunting, underweight, dan wasting terbukti klinis dan terpublikasi di Jurnal Internasional.
Baca Juga: Cegah Stunting Lewat Pendamping Edukasi Gizi
Dia menjelaskan, setelah dilakukan analisis ekonomi pemberian nutrisi yang seimbang, berpotensi menurunkan hingga hampir setengah beban biaya pengobatan penyakit infeksi, seperti pneumonia, tuberkulosis (TB), dan diare pada anak-anak dengan gizi kurang.
Akbar Bahar menjelaskan, masalah gizi seharusnya tidak lagi dipandang sebagai isu kesehatan semata, melainkan sebagai persoalan ekonomi nasional yang memengaruhi produktivitas dan kualitas sumber daya manusia kita.
Anak-anak yang kekurangan gizi cenderung lebih sering sakit, membutuhkan waktu pemulihan lebih lama, dan membebani biaya pengobatan yang tidak kecil bagi keluarga maupun negara.
"Dengan intervensi nutrisi PKMK yang tepat, kita tidak hanya memperbaiki status gizi anak, tetapi juga memutus siklus penyakit infeksi berulang yang selama ini menjadi akar dari rendahnya kualitas hidup generasi muda Indonesia,” jelasnya dalam keterangan resmi Selasa (25/11).
Analisis pada 80 anak berusia 12–60 bulan dengan kondisi undernutrisi di RS Husada Utama, Surabaya, selama Oktober 2021–Juli 2022, dengan produk PKMK menunjukkan, ada pertumbuhan yang signifikan.
Anak-anak yang menerima intervensi nutrisi medis ini mengalami peningkatan berat badan hingga 1,5 kg, tinggi badan 4,35 cm, serta penurunan kadar TLC (total lymphocyte count) yang menandakan perbaikan sistem imun.
Baca Juga: Dorong Pencegahan Stunting, Prenagen-IBI Hadirkan Panduan Nutrisi Kehamilan
Selain itu, terjadi penurunan prevalensi stunting sebesar 34,5%, wasting 72,7%, dan underweight 51,7%, yang seluruhnya berkontribusi pada penurunan risiko infeksi.
Hasil ini menegaskan, pendekatan berbasis nutrisi bisa menjadi langkah preventif yang efektif untuk memutus rantai masalah gizi dan infeksi yang selama ini membebani sistem kesehatan Indonesia.
Selain manfaat klinis, analisis ekonomi menunjukkan, pemberian produk PKMK selama tiga bulan tidak hanya memberikan dampak kesehatan yang nyata, tetapi juga menghasilkan efisiensi biaya yang signifikan.
Dengan investasi sebesar Rp 1.863.720 per anak, intervensi ini terbukti mampu menurunkan risiko dan biaya pengobatan berbagai penyakit infeksi termasuk tuberkulosis (47,2%), pneumonia (44,7%), ISPA (47,2%), dan diare (48,9%).
Dari sisi ekonomi kesehatan, hasil analisis menggunakan QALY (Quality Adjusted Life Year) dan ICER (Incremental Cost-Effectiveness Ratio) memperlihatkan, intervensi senilai Rp 1,86 juta per anak memberikan manfaat ganda.
Tidak hanya meningkatkan kualitas hidup anak, tetapi juga secara substansial menghemat biaya rumah sakit akibat penyakit infeksi terkait gizi buruk.
Dengan demikian, setiap rupiah yang diinvestasikan untuk nutrisi anak menghasilkan nilai ekonomi dan sosial yang jauh lebih besar, menjadikan produk PKMK sebagai bentuk investasi kesehatan yang efektif, berkelanjutan, dan berdampak luas bagi masa depan anak-anak Indonesia.
Baca Juga: Hasil Riset 40% Keluarga Terkena Flu di Akhir Tahun, Ini Cara Cegahnya
Temuan analisis ekonomi ini juga membuka peluang kebijakan baru, khususnya terkait potensi penanggungan PKMK oleh BPJS Kesehatan untuk penanganan anak stunting.
Hasil studi memberikan dasar kuat bahwa integrasi PKMK dalam paket manfaat BPJS Kesehatan dapat meningkatkan efisiensi anggaran nasional.
Jika PKMK masuk ke dalam layanan promotif preventif maupun kuratif bagi anak berisiko tinggi, akan berpotensi mengurangi beban klaim jangka panjang dari kasus pneumonia, diare, dan infeksi berulang yang umum pada anak dengan malnutrisi.
Hasil analisis farmakoekonomi memperkuat bahwa intervensi nutrisi ini layak dipertimbangkan dalam kebijakan jaminan kesehatan, sekaligus mendukung percepatan penurunan stunting secara berkelanjutan.
Nutricia Sarihusada mendukung perbaikan gizi anak Indonesia melalui inovasi berbasis ilmu pengetahuan serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan, institusi penelitian, dan pemerintah.
Selama lebih dari 70 tahun berkontribusi, Nutricia Sarihusada menghadirkan produk nutrisi medis yang tidak hanya memenuhi regulasi, tetapi juga terbukti efektif melalui penelitian klinis yang terpublikasi, termasuk PKMK, sebagai upaya mempercepat penanganan malnutrisi dan menurunkan risiko penyakit infeksi.
"Nutrisi PKMK tidak hanya berperan dalam penanganan stunting dan infeksi, tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi nasional di masa depan," ujar Akbar.
Selanjutnya: OIKN Lapor Progres Pembangunan Kawasan Legislatif dan Yudikatif Sudah 76%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News