MOMSMONEY.ID - Antibiotik sering dianggap obat “ampuh” untuk mengatasi berbagai penyakit. Padahal, jika penggunaan antibiotik sembarangan, justru bisa memicu masalah kesehatan yang lebih besar, yaitu resistensi kuman.
Inilah yang disampaikan para pakar dalam seminar edukasi Antimicrobial Stewardship (AMS) yang digelar Royal Progress Hospital bersama Innoquest Laboratorium.
Prof. Dr. dr. Rianto Setiadudy, Sp.FK(K) menjelaskan, penggunaan antibiotik harus diatur dengan cermat.
“Antibiotic Stewardship pada dasarnya adalah cara mengatur penggunaan antibiotik agar tepat sasaran baik jenis, dosis, maupun durasinya. Dengan begitu, antibiotik tetap efektif melawan penyakit dan risiko resistensi bisa ditekan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (3/9).
Senada dengan itu, Dr. dr. Latre Buntaran, Sp.MK(K) mengingatkan, masalah resistensi kuman tidak bisa ditangani oleh dokter saja.
“Rumah sakit perlu punya strategi menyeluruh mulai dari edukasi tenaga medis, aturan kebijakan, hingga pemantauan data resistensi di lapangan,” kata dia.
Sementara Prof. Dr. dr. Amir Sjarifuddin Madjid, Sp.An-KIC menyoroti ruang ICU yang menjadi lokasi paling rawan resistensi.
Baca Juga: Seberapa Akurat Tes DNA Sebenarnya? Ini Kata Ahli
“Pemantauan antibiotik di ICU harus ekstra ketat dan melibatkan banyak pihak. Tim dokter, perawat, farmasis, dan mikrobiolog harus bekerja bersama agar terapi pasien kritis tetap aman dan efektif,” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan dr. Adeline Intan Pratiwi Pasaribu, Sp.PD. Menurutnya, setiap pasien punya kondisi berbeda sehingga penggunaan antibiotik tidak bisa disamaratakan.
“Dengan prinsip pharmacokinetics dan pharmacodynamics, dokter bisa menentukan dosis dan lama penggunaan antibiotik yang paling pas cukup kuat melawan infeksi, tapi tetap aman bagi tubuh pasien,” terang dia.
Dr. Pande Pathni, Sp.PK, merangkum pandangan para pakar bahwa kunci melawan resistensi kuman adalah penggunaan antibiotik yang cerdas.
"Itu hanya bisa berhasil bila dilakukan secara multidisiplin: dokter, perawat, farmasis, mikrobiolog, hingga tim pengendalian infeksi, bekerja sebagai satu kesatuan," katanya.
Melalui edukasi seperti ini, masyarakat terutama tenaga medis diharapkan semakin paham bahwa antibiotik bukan obat yang bisa dipakai sembarangan.
Butuh aturan, pemantauan, dan kerja sama lintas profesi agar tetap bermanfaat bagi pasien, sekaligus mencegah munculnya kuman kebal di masa depan.
Selanjutnya: Situasi Jakarta Normal Lagi, Gubernur Jakarta Pramono Cabut Aturan WFH
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News