MOMSMONEY.ID - Pernah merasa nyeri di tulang? Hal ini mungkin saja menjadi gejala dari penyakit kanker darah atau Multiple Myeloma. Namun, untuk mengetahui anda terkena kanker darah harus melalui pengecekan banyak gejala lain.
Prof. DR. DR. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD, KHOM, M.Epid, M.PdKed, FACP, FINASIM, FISQua, Konsultan Hematologi-Onkologi Medik menyebut gejala yang dialami ketika seseorang terdeteksi kena kanker darah adalah jumlah kalsium yang naik, gangguan fungsi ginjal, anemia dan kerusakan tulang.
"Yang biasa terjadi gejalanya adalah kadar globulin atau protein M yang dihasilkan sel plasma abnormal. Kadar globulin normalnya 1-3, kalau kena Multiple Myeloma bisa di angka 8-9," ujar Prof Ikhwan dalam edukasi media bertajuk “Sadari, Pahami & Berdamai dengan Multiple Myeloma” di Jakarta, Rabu (10/9).
Multiple Myeloma adalah jenis kanker darah yang berkembang pada sel plasma di sumsum tulang. Sel plasma berfungsi menghasilkan antibodi untuk melindungi tubuh dari virus dan bakteri. Pada kondisi ini, sumsum tulang memproduksi sel plasma abnormal atau sel mieloma yang tidak lagi berfungsi normal.
Sel mieloma tersebut menghasilkan antibodi yang tidak efektif dan tumbuh secara berlebihan hingga menekan produksi sel darah sehat. Pertumbuhan sel mieloma biasanya terjadi di banyak area pada sumsum tulang, sehingga disebut “multiple” myeloma. Penyakit ini juga dikenal dengan nama lain plasma cell myeloma.
Baca Juga: Harga Emas Galeri 24 dan UBS di Pegadaian Hari Ini Kamis (11/9) Kompak Turun
Karena itu, Prof Ikhwan menyebut penderita Multiple Myeloma harus melakukan berbagai skrining. Mulai dari pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan darah, pemeriksaan urin dan pemeriksaan jaringan tulang. "Tidak bisa skrining seperti kanker payudara yang melihat benjolan saja. Setiap gejala dicari tahu untuk mengetahui penyakit secara utuh," lanjutnya.
Dengan lebih dari 3.000 kasus baru Multiple Myeloma yang didiagnosis setiap tahun di Indonesia, banyak pasien baru mengetahui kondisi mereka yang sebenarnya pada saat kerusakan organ telah terjadi, di mana hal ini menurunkan pilihan tatalaksana yang dapat mereka terima, serta kualitas hidup mereka secara drastis.
Salah satu penyintas Multiple Myeloma, Santyna Sanjaya merasa kelelahan yang terus-menerus dan nyeri berulang selama beberapa tahun. Awalnya, dia berpikir nyeri biasa yang bisa disembuhkan dengan pergi ke tukang pijat. Setelah melakukan pijat, rasa nyeri saat mengangkat tangan kanan tak kunjung sembuh. Usai berobat ke beberapa dokter, Santyna mengetahui penyebab sebenarnya adalah Multiple Myeloma, suatu bentuk kanker darah yang seringkali tidak terdeteksi hingga sudah terlambat.
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mengatakan berbagai jenis kanker termasuk Multiple Myeloma masih menjadi beban Kesehatan masyarakat di Indonesia.
Berdasarkan data GLOBOCAN 2022, Multiple Myeloma menempati peringkat ke‐19 dari semua jenis kanker di Indonesia, dengan estimasi sekitar 3.289 kasus baru per tahun, atau sekitar 0,8% dari seluruh insiden kanker nasional. Terbatasnya pilihan pengobatan termasuk obat obatan merupakan tantangan yang besar untuk angka kesintasan penderita kanker. Makin dini kita mendeteksi stadium awal kanker makin baik angka kesintasan (survival) kita terhadap penyakit ini. Bukan hanya itu saja secara pembiayaan akan relative menjadi lebih murah dibandingkan pengobatan kanker pada stadium lanjut.
“Meski terdengar kecil secara persentase, angka tersebut mencerminkan bahwa ribuan keluarga dihadapkan pada tantangan hidup yang berat setiap tahun, karena dampak dari penyakit kanker bukan saja beban ekonomi, tetapi beban psikologi dan sosial yang harus dihadapi pasien serta keluarganya,” ujar Siti Nadia.
Baca Juga: 50% Orang Tak Punya Waktu Olahraga, Berikut Tips Gerak Sederhana di Tengah Kesibukan
Menyadari hal tersebut, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan enam strategi pencegahan dan pengendalian kanker, yaitu: promotif dan preventif; skrining dan deteksi dini; peningkatan akses diagnostik, tata laksana kanker dan pelayanan paliatif; penguatan registri dan penelitian kanker; kemitraan dengan pemangku kepentingan; serta tata kelola dan akuntabilitas pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian kanker. Ia menekankan bahwa keterlibatan pihak-pihak terkait menjadi penting dalam memperluas kerja nyata di lapangan.
“Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, oleh karena itu pemerintah terus mendorong upaya kolaborasi lintas sektor, seperti dengan para pihak swasta dan organisasi pasien/masyarakat, agar edukasi serta penanganan kanker, termasuk Multiple Myeloma, bisa dipahami, berkelanjutan dan menjangkau masyarakat lebih luas,” tuturnya.
Prof. Ikhwan menambahkan Multiple Myeloma tetap menjadi ancaman serius karena pada banyak kasus baru terdiagnosis setelah stadium lanjut, ketika kerusakan organ sudah terjadi.
Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena Multiple Myeloma, seperti usia lanjut, riwayat keluarga, jenis kelamin laki-laki, paparan radiasi atau bahan kimia tertentu, berat badan berlebih, serta riwayat kelainan sel plasma. Penyakit ini menyerang area tubuh di mana sumsum tulang aktif seperti tulang belakang, tengkorak, panggul, tulang rusuk, dan sekitar bahu serta pinggul dan dapat menyebabkan kerusakan tulang yang berujung pada patah tulang maupun kadar kalsium tinggi dalam darah.
Salah satu yang menjadi tantangan terbesar untuk hal ini adalah masih rendahnya literasi dan pemahaman masyarakat di Indonesia terhadap Multiple Myeloma. Sementara, deteksi dini sangat penting untuk keberhasilan terapi. Oleh karena itu, peran edukasi dan penyebaran informasi melalui media sangat penting agar masyarakat lebih waspada.
Baca Juga: Apa Penyebab Kanker Darah pada Anak ya? Inilah Beberapa Penyebabnya
Kata Prof. Ikhwan hingga saat ini tersedia berbagai pilihan terapi untuk pasien Multiple Myeloma di Indonesia yang dapat diberikan, baik secara oral maupun infus. Mulai dari kemoterapi, kortikosteroid, imunomodulator, sampai dengan terapi inovatif seperti terapi target, contohnya adalah proteasome inhibitor
Seiring berkembangnya terapi, semakin besar peluang pasien untuk mempertahankan kualitas hidup mereka. Oleh karena itu, penting sekali bagi pasien untuk segera bertindak. "Kalau seseorang sudah mulai merasakan gejala yang mencurigakan, jangan menunda untuk memeriksakan diri. Semakin cepat Multiple Myeloma didiagnosis, semakin cepat dapat ditatalaksana, dan semakin tepat pengobatan bisa diberikan," imbuh Prof Ikhwan.
Andreas Gutknecht, General Manager Takeda, menekankan bahwa inovasi dalam pengobatan harus berjalan beriringan dengan edukasi publik yang berkelanjutan. Takeda percaya bahwa inovasi hanya akan bermakna bila benar-benar sampai ke tangan pasien, dan itu dimulai dengan meningkatkan pemahaman masyarakat. Edukasi yang berkelanjutan tentang penyakit seperti Multiple Myeloma sangat penting agar masyarakat dapat lebih waspada, mengenali gejala sejak dini, dan segera mencari pertolongan medis.
"Melalui kolaborasi dengan pemerintah, tenaga medis, organisasi pasien, serta dukungan rekan-rekan media, kami ingin memastikan bahwa pasien Multiple Myeloma di Indonesia memiliki akses lebih luas terhadap pengobatan inovatif sekaligus dukungan untuk menjaga kualitas hidup mereka," sebut Andreas.
Baca Juga: Transplantasi Sel Punca Jadi Harapan Baru bagi Penyintas Kanker Darah
Selanjutnya: Harga Kedelai Dunia Dekati Level Terendah 1 Bulan, Ini Penyebabnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News