Bugar

Usia Produktif Dominasi Kasus TBC di Indonesia

Usia Produktif Dominasi Kasus TBC di Indonesia

MOMSMONEY.ID - Tak banyak tahu, tuberkulosis atau TBC merupakan penyakit menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar kedua di dunia setelah HIV. Penyakit ini masih menjadi salah satu tantangan kesehatan terbesar di dunia, termasuk di Indonesia.

Dalam Global TB Report 2024, Indonesia berada di peringkat kedua setelah India dalam hal beban kasus TBC, dengan estimasi mencapai 1.090.000 kasus. Hingga 1 Maret 2024, sebanyak 821.200 kasus telah dilaporkan.a

Ketua Tim Kerja Tuberkulosis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Tiffany Tiara Pakasi mengatakan, dengan kasus TBC yang masih tinggi di Indonesia, dan melihat penderita TBC di Pulau Jawa yang cukup banyak, harus perlu diatasi dan ditangani.

Terlebih, Kemenkes melihat kalangan usia produktif dan didominasi kaum pria yang terkena penyakit TBC.

"Anak-anak juga masuk golongan yang bisa terkena TBC tetapi tak sebanyak usia dewasa. Lansia cukup tinggi," ujar dr Tiffany Tiara Pakasi dalam keterangan tertulis, Kamis (1/5).

Tiara meminta penderita TBC tak segan memanfaatkan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk deteksi TBC. 

Yang terpenting, Tiara bilang, meski penyakit ini menular namun tindakan yang harus dilakukan adalah dengan mengobati. Apalagi jika terkena anak-anak yang merupakan generasi emas. Dia estimasi sekitar 200.000 lebih penderita TBC yaitu anak-anak.

Baca Juga: 10 Pilihan Buah-buahan untuk Asam Lambung yang Sehat dan Aman Dikonsumsi

"Anak-anak bukan sumber penularan. Cari sumbernya dan obati," imbuhnya.

Menanggapi situasi ini, pemerintah telah menunjukkan komitmen nyata. Pada awal 2025, Presiden Prabowo Subianto menegaskan, penanggulangan TBC menjadi salah satu program prioritas “quick win”, termasuk dengan peningkatan alokasi anggaran untuk layanan kesehatan.

Namun, tantangan tetap membayangi. Kebijakan internasional seperti pembekuan bantuan USAID oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, serta pemangkasan anggaran Kementerian Kesehatan sebesar Rp 19,6 triliun, menimbulkan ancaman terhadap efektivitas program TBC nasional.

Di tengah berbagai tantangan tersebut, lembaga-lembaga yang bergerak di bidang penanggulangan TBC di Indonesia tetap berkomitmen dan tidak menyerah dalam mengkampanyekan upaya berantas TB.

Dewan Pengurus Stop TB Partnership Indonesia Muhammad Hanif menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor. Menurunkan penderita TBC bukanlah tugas yang bisa diselesaikan oleh satu pihak saja.

Kolaborasi multipihak terutama dengan komunitas lokal yang berinteraksi langsung dengan orang yang terdampak TBC adalah kunci untuk mempercepat eliminasi. Mereka adalah ujung tombak dalam deteksi dini, pendampingan pengobatan, dan penguatan edukasi masyarakat.

"Dengan bekerja bersama, kita bisa mengubah narasi TBC dari tantangan menjadi kemenangan," ujar Hanif.

Selanjutnya: Advance Medicare Perluas Bisnis Alat Kesehatan ke Wilayah Timur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News