Santai

Memahami AI dan Dampaknya bagi Kehidupan Kita di Tahun 2025

Memahami AI dan Dampaknya bagi Kehidupan Kita di Tahun 2025

MOMSMONEY.ID - Apakah Anda sudah paham betul kecerdasan buatan atau AI? Mari simak penjelasan berikut ini yang akan membuka wawasan Anda tentang AI.

Teknologi kecerdasan buatan atau AI kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari Moms, mulai dari membantu mencari resep di rumah hingga mempersonalisasi tontonan anak.

Akan tretapi di balik manfaatnya, AI menyimpan berbagai kontroversi yang perlu kita pahami bersama. Salah satunya AI dapat lebih cepat dalam pekerjaan tertentu.

Lantas, bagaimana cara kita menyikapinya? Yuk simak panduan lengkap berikut yang telah dikutip pada laman BBC (1/8) untuk Anda perhatikan sebelum gunakan AI.

Baca Juga: Cara Mengenali Gambar Buatan AI yang Membanjiri Internet di Tahun 2025

Apa itu AI dan bagaimana perannya dalam kehidupan?

AI atau kecerdasan buatan adalah sistem komputer yang dirancang untuk memproses data dalam jumlah besar, mengenali pola, dan menjalankan instruksi tertentu dengan sangat cepat.

Meskipun tidak dapat berpikir atau berempati seperti manusia, AI dapat meniru cara kita memperoleh dan menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan berbagai tugas.

Dalam kehidupan sehari-hari Moms, AI mungkin bekerja secara diam-diam lewat asisten suara seperti Siri atau Alexa, menyarankan belanja online, hingga mendeteksi penyakit lewat teknologi kesehatan.

AI generatif dan bagaimana cara kerjanya?

AI generatif merupakan cabang AI yang mampu menciptakan konten baru seperti tulisan, gambar, atau musik dengan kualitas yang menyerupai buatan manusia.

Teknologi ini belajar dari jutaan data yang tersedia di internet, termasuk tulisan, gambar, hingga video, lalu menggunakannya untuk menghasilkan konten berdasarkan perintah sederhana dari pengguna.

Contoh nyatanya adalah ChatGPT yang bisa membuat esai, Midjourney yang menciptakan gambar dari teks, atau Grok yang dikembangkan Elon Musk untuk membuat visual dari permintaan pengguna.

AI generatif bahkan bisa membuat lagu yang terdengar seperti penyanyi favorit Moms, meski hal ini kadang membuat bingung soal mana karya asli dan mana yang buatan mesin.

Mengapa penggunaan AI menimbulkan kekhawatiran?

Meskipun banyak membantu, pertumbuhan AI yang pesat membuat sejumlah pakar merasa khawatir, terutama karena potensi AI menggantikan pekerjaan manusia secara besar-besaran.

Dana Moneter Internasional memperkirakan hampir 40% pekerjaan di dunia bisa terpengaruh AI, dengan dampak lebih besar dirasakan di negara-negara maju dibanding negara berkembang.

Di sisi lain, AI juga kerap meniru informasi yang bias atau diskriminatif karena sistem ini dilatih dari data publik yang tidak selalu netral, seperti komentar media sosial yang mengandung rasisme atau seksisme.

Ada juga kekhawatiran soal keakuratan informasi yang dihasilkan, karena AI bisa saja menciptakan fakta palsu atau salah menyimpulkan isi berita, yang tentunya berbahaya jika digunakan untuk keputusan penting.

Bahkan, sejumlah seniman dan musisi terkenal menolak AI karena karya mereka digunakan untuk melatih mesin tanpa izin atau kompensasi yang adil, yang mereka sebut sebagai bentuk eksploitasi digital.

Baca Juga: Pemanfaatan Teknologi AI dalam Bisnis Kuliner Bukan Lagi Pilihan tapi Keniscayaan

Dampak AI terhadap lingkungan yang jarang disadari

Untuk bisa menjalankan AI, dibutuhkan chip komputer canggih dan pusat data berskala besar yang memerlukan energi listrik dan air dalam jumlah besar.

Pusat data ini bisa menyerap daya setara satu negara kecil seperti Belanda dan harus terus didinginkan agar server tetap stabil, yang memperbesar penggunaan air bersih.

Beberapa perusahaan memang telah mencoba mengurangi dampaknya lewat teknologi pendingin alternatif, tetapi belum cukup untuk menekan konsumsi daya secara signifikan.

Di negara-negara yang sudah kekurangan air, seperti Chili dan Inggris, keberadaan pusat data AI justru memunculkan kekhawatiran akan krisis pasokan air minum di masa depan.

Regulasi untuk menjaga penggunaan AI tetap aman dan etis

Sebagai contoh, Uni Eropa telah memperkenalkan Undang-Undang Kecerdasan Buatan untuk mengontrol penggunaan AI, terutama di bidang sensitif seperti pendidikan, layanan kesehatan, dan hukum.

Beberapa bentuk penggunaan AI bahkan dilarang sepenuhnya, terutama jika dianggap berisiko tinggi atau melanggar hak privasi.

Di Tiongkok, pengembang AI wajib melindungi data pengguna dan menjaga keakuratan informasi, meskipun tetap tunduk pada sensor yang ketat.

Di Inggris dan Amerika, upaya pengawasan dilakukan lewat Institut Keamanan AI yang bertugas menilai potensi bahaya dari model-model AI baru yang dirilis.

Namun, hingga awal 2025 belum ada satu pun negara yang sepenuhnya menyepakati pendekatan internasional yang terbuka dan inklusif untuk pengelolaan teknologi AI.

Bagi Moms, memahami peran dan dampak AI sangat penting agar kita tidak hanya menikmati manfaatnya, tetapi juga waspada terhadap potensi risikonya, terutama di bidang pekerjaan, pendidikan anak, dan lingkungan.

Dengan teknologi AI yang terus berkembang di tahun 2025, penting bagi kita untuk terus belajar dan bersikap bijak dalam menggunakannya, karena masa depan digital keluarga juga bergantung pada keputusan kita hari ini.

Selanjutnya: Menu Diet Cepat Turunkan Asam Urat dengan Bahan Sederhana di Dapur,Mudah & Enak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News