M O M S M O N E Y I D
AturUang

Proyeksi Ekonomi dan Investasi Dari Chief Investment DBS

Proyeksi Ekonomi dan Investasi Dari Chief Investment DBS
Reporter: Nina Dwiantika  |  Editor: Nina Dwiantika


MOMSMONEY.ID – Untuk insight ekonomi dan investasi terkini, DBS Chief Investment Officer (CIO) memperkirakan bahwa tahun 2025 akan menjadi tahun yang diwarnai oleh volatilitas. Ini terbukti dengan terbitnya berbagai kebijakan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Atas kebijakan tarif misalnya, ada kekhawatiran seputar kenaikan tarif yang meluas, ditambah dengan kebijakan imigrasi dan upaya Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) untuk memangkas jumlah pegawai federal telah mengurangi kepercayaan konsumen dan memicu kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi.

Sejak euforia pasar pasca kemenangan Trump dalam pemilu, aset-aset berisiko telah mengalami penyesuaian dengan S&P yang membalikkan kenaikannya sementara imbal hasil Treasury AS dan dolar AS (greenback) keduanya mengalami penurunan.

Untuk mencerminkan memudarnya keistimewaan AS dan realitas geopolitik yang baru, DBS CIO melakukan dua perubahan portofolio utama pada kuartal ini, yakni :

  1. Menurunkan porsi saham AS menjadi underweight dalam periode ke depan 3 bulan dengan tetap mempertahankan overweight 12 bulan, mempertahankan keyakinan pada sektor teknologi dan layanan kesehatan AS.
  2. Meningkatkan porsi pada saham Eropa menjadi overweight 3 bulan dengan tetap mempertahankan underweight 12 bulan, mencari peluang pada industri Eropa (subsektor pertahanan), keuangan, layanan kesehatan dan teknologi. Peralihan utama ini akan membantu untuk melakukan diversifikasi dari perdagangan yang ramai dan mengurangi risiko konsentrasi pada sektor teknologi AS dan saham Magnificent Seven (Apple, Microsoft, Amazon, Alphabet (perusahaan induk Google), Meta, Nvidia, and Tesla).

Untuk memperkuat ketahanan portofolio, investor disarankan untuk memperbanyak eksposur pada emas dan aset privat. Harga emas terus melonjak seiring dengan meningkatnya permintaan aset safe haven akibat ketidakpastian di bawah kepemimpinan Trump 2.0 dalam jangka pendek. Sementara itu, kekhawatiran terhadap kondisi fiskal AS dan meningkatnya risiko de-dolarisasi di tengah dinamika geopolitik menjadi faktor pendorong dalam jangka menengah hingga panjang.

Dalam analisis sebelumnya, DBS CIO menyimpulkan bahwa portofolio 40/30/30 (40% ekuitas, 30% obligasi, 30% aset alternatif) mengalami penurunan nilai yang lebih ringan dibandingkan portofolio tradisional 60/40 selama periode tekanan finansial. Berdasarkan data dari Desember 2007 hingga September 2023, portofolio 40/30/30 mencatat volatilitas tahunan sebesar 9,3%, lebih rendah dibandingkan 11,4% pada portofolio 60/40.

Faktor lain yang diyakini akan mendominasi narasi pasar di kuartal kedua 2025 adalah komoditisasi kecerdasan buatan (AI). Peluncuran model bahasa DeepSeek pada Januari tahun ini mengguncang industri teknologi dan AI, karena mampu menyaingi model terkemuka seperti ChatGPT-4o dari OpenAI dengan biaya yang jauh lebih rendah.

Baca Juga: Mau Jadi Orang Kaya? Robert Kiyosaki Beri Saran untuk Simpan 3 Aset Investasi Ini

Terobosan ini memicu aksi jual saham teknologi, karena menurunkan hambatan masuk bagi pemain dalam skala kecil sekaligus menjadi tantangan bagi Big Tech dan model pengembangan AI mereka saat ini, yang bergantung pada skala investasi dan daya komputasi besar. Meski kehadiran DeepSeek menyebabkan volatilitas jangka pendek, DBS CIO percaya bahwa dalam jangka panjang, hal ini justru akan menguntungkan ekonomi secara keseluruhan. Paradoks Jevons menunjukkan bahwa semakin efisien suatu teknologi, semakin tinggi permintaannya dan dalam konteks AI, ini berarti adopsi yang lebih cepat.

Singkatnya, ketidakpastian akibat perang tarif, menurunnya kepercayaan konsumen terhadap DOGE, dan kebijakan imigrasi membuat keunggulan ekonomi AS mulai goyah. Dalam kondisi ini, DBS CIO tetap overweight pada obligasi, karena dapat berfungsi sebagai lindung nilai terhadap perlambatan ekonomi. Obligasi investment grade (IG) dengan peringkat kredit A/BBB diperkirakan akan diuntungkan dari kemungkinan pemangkasan suku bunga yang lebih dalam oleh The Fed.

Untuk saham, DBS CIO tetap netral terhadap kelas aset ini secara keseluruhan, tetapi tetap yakin pada pertumbuhan jangka panjang saham teknologi AS, sambil melakukan diversifikasi pada peluang yang ada di Tiongkok setelah terobosan DeepSeek dan di Eropa seiring pergeseran kebijakan Jerman dari disiplin fiskal ke stimulus besar-besaran. Terakhir, DBS CIO mempertahankan posisi overweight pada aset alternatif, termasuk emas dan aset privat, untuk mendapatkan imbal hasil yang tidak bergantung pada pergerakan pasar sekaligus memperkuat ketahanan portofolio.

Baca Juga: AS Sedang Resesi, Robert Kiyosaki Sarankan Simpan 3 Aset Investasi Ini

Berikut adalah imbauan taktis dari DBS CIO untuk kuartal ini :

             1. Lintas Aset – Obligasi tetap menjadi pilihan di tengah meningkatnya ketidakpastian

Meskipun perekonomian AS menunjukkan ketahanan yang luar biasa, data terbaru mengindikasikan adanya perlambatan, dengan angka penjualan ritel dan kepercayaan konsumen yang lebih lemah dari perkiraan.

Dampak negatif potensial dari kebijakan Trump juga belum sepenuhnya tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan, mengingat kebijakan transaksionalnya yang masih berubah-ubah. Dalam kondisi ini, DBS CIO tetap lebih memilih obligasi dibandingkan saham sebagai strategi investasi utama.

2. Saham – Diversifikasi di luar S&P 500; cari peluang di Eropa yang sedang bangkit 

Euforia awal terhadap pelonggaran fiskal di bawah Trump 2.0 meredup dengan cepat, terbukti dari S&P 500 yang telah menghabiskan seluruh kenaikan pasca-pemilu.

Sebaliknya, pasar Eropa dan Asia (di luar Jepang) justru mencatat lonjakan sepanjang kuartal ini. Menjelang kuartal berikutnya, DBS CIO menyarankan investor untuk menghindari "crowded trades" di AS dan mengalihkan fokus ke Eropa, khususnya sektor industri yang diuntungkan dari peningkatan belanja pertahanan dan infrastruktur.

Selain itu, sektor teknologi dan konsumsi di Tiongkok juga menawarkan peluang menarik seiring meningkatnya permintaan perangkat berbasis AI.

3. Obligasi – Ketakutan akan tarif memicu arus ke aset safe haven; tetap overweight pada obligasi

Pada kuartal sebelumnya, DBS CIO memperingatkan bahwa ekspektasi kenaikan imbal hasil obligasi di bawah Trump 2.0 mungkin tidak sepenuhnya terjadi, mengingat pemerintahan baru perlu menaikkan tarif untuk sebagian membiayai pemotongan pajaknya.

Dampak ekonomi dari perang dagang global akhirnya menekan imbal hasil obligasi dan itulah yang kini terjadi. Sejak puncaknya pada 14 Januari, imbal hasil US Treasury 10 tahun anjlok seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap tarif.

Sementara itu, spread kredit investment grade (IG) dan high yield (HY) AS tetap stabil meskipun ketidakpastian kebijakan kembali meningkat, didukung oleh beberapa faktor utama: 1) fundamental korporasi masih solid, dengan risiko gagal bayar yang tetap rendah, 2) imbal hasil yang menarik, menjaga aliran dana ke pasar kredit, dan 3) Kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed tetap rendah, mengingat risiko perlambatan ekonomi kembali meningkat.

4. Aset Alternatif – Emas: pemenang besar di bawah Trump 2.0; aset privat: peluang menarik

Emas tetap diuntungkan dalam skenario Trump 2.0, apa pun yang terjadi. Di satu sisi, pemotongan pajak dan deregulasi yang diterapkan Trump akan memperburuk kekhawatiran jangka panjang terkait penurunan nilai mata uang AS. Di sisi lain, kebijakan tarif perdagangan dan guncangan kebijakan yang dihasilkannya akan menekan imbal hasil obligasi, mendorong investor beralih ke safe haven seperti emas.

Di sektor aset privat, DBS CIO menyarankan investor untuk mencari peluang di tengah pembelian-pembelian yang terjadi di pasar dan saham korporat yang berfokus pada pertumbuhan. Perusahaan di segmen menengah ini cenderung memiliki valuasi pembelian lebih rendah, memberikan potensi ekspansi nilai yang lebih besar di masa depan. Selain itu, kebutuhan leverage yang lebih rendah dalam transaksi di segmen ini membuatnya lebih tangguh di lingkungan suku bunga tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

TERBARU

5 Manfaat Asam Jawa untuk Diabetes hingga Hipertensi, Catat Ya!

Asam jawa punya beragam manfaat kesehatan, lho. Cari tahu 5 manfaat asam jawa untuk kesehatan di sini.

Jadwal Puskas Award 2025: Rizky Ridho Menang? Klik Link Live Streaming di Sini

Simak jadwal dan link siaran langsung Puskas Award 2025, gol Rizky Ridho jadi harapan baru Indonesia di ajang penghargaan FIFA dunia.  

Hujan Sangat Lebat Guyur Provinsi Ini, Simak Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (17/12)

BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca besok Rabu 17 Desember 2025 dan Kamis 18 Desember 2025 status Siaga hujan sangat lebat di provinsi ini.

Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (17/12) di Jabodetabek, Hujan Lebat & Angin Kencang

Peringatan dini BMKG cuaca besok Rabu (17/12) dan Kamis (18/12) di Jabodetabek dengan status Waspada hujan lebat dan angin kencang.

Tayang 22 Januari, Film Esok Tanpa Ibu Rilis Official Trailer & Poster

Film Esok Tanpa Ibu (Mothernet) merilis official trailer & posternya, tayang di bioskop pada 22 Januari 2026.  

Kulit Leher Hitam? Ini 4 Cara Memutihkan Leher Secara Alami yang Bisa Dicoba

Kali ini MomsMoney akan membagikan 4 cara memutihkan leher secara alami. Cocok untuk pemilik leher hitam.

Rapikan Rumah Jelang Akhir Tahun Untuk Sambut Tamu

Tips menjadikan rumah sebagai tempat yang nyaman untuk menerima tamu, sekaligus menciptakan pengalaman akhir tahun yang penuh kesan.  

Pasar Kripto Ambles, Token Ini Melejit 25% ke Puncak Top Gainers

Di pasar yang melemah tajam, sejumlah token dan koin menempati kripto top gainers 24 jam. PIPPIN salah satunya!         

Jadwal Copa del Rey Rabu 17 Desember 2025, Waktunya Barcelona Bangkit

Simak jadwal Copa del Rey pada Rabu 17 Desember 2025, cek deretan laga babak 32 besar yang siap menyuguhkan drama Liga Spanyol.

5 Penyebab Wajah Terlihat Lebih Tua, Jangan Sering Begadang!

Kenapa wajah terlihat lebih tua dari seharusnya? Simak sampai akhir, berikut penyebabnya yang harus Anda tahu.