MOMSMONEY.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG mengingatkan para pemudik untuk lebih waspada terhadap cuaca hujan ekstrem yang bisa mengganggu kelancaran perjalanan.
Pemerintah memprediksikan, puncak arus mudik Lebaran 2025 terjadi pada H-3 atau 28 Maret 2025, dengan jumlah pergerakan masyarakat mencapai 12,1 juta orang jika kebijakan work from anywhere (WFA) diterapkan.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menegaskan pentingnya kesiapan pemudik dalam menghadapi kondisi cuaca yang tidak menentu.
"Cuaca merupakan salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi keselamatan perjalanan mudik," katanya dalam siaran pers, dikutip Senin (17/3).
Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat yang melakukan perjalanan ke kampung halaman untuk selalu memantau informasi cuaca terkini sebelum berangkat, terutama bagi mereka yang menggunakan kendaraan pribadi.
Pastikan kendaraan dalam kondisi prima, periksa tekanan ban, fungsi lampu, serta kesiapan peralatan darurat seperti ban cadangan dan alat komunikasi.
"Jika hujan lebat terjadi, sebaiknya menunda perjalanan dan mencari tempat berlindung yang aman. Jangan memaksakan perjalanan dalam kondisi cuaca buruk," ujar Dwikorita.
Baca Juga: BMKG: Waspada Potensi Cuaca Ekstrem Selama Arus Mudik dan Balik Lebaran
BMKG mencatat, cuaca ekstrem yang terjadi sebelumnya dipicu oleh beberapa gangguan atmosfer, termasuk sirkulasi siklonik di beberapa perairan Indonesia, aktifnya Madden-Julian Oscillation (MJO), serta gelombang atmosfer Rossby Ekuator dan Kelvin.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, kombinasi faktor ini memperkuat pertumbuhan awan hujan, sehingga meningkatkan potensi hujan lebat hingga ekstrem dalam sepekan ke depan.
"Dalam beberapa hari mendatang, potensi hujan lebat masih berpeluang terjadi di berbagai wilayah, terutama di Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, dan Papua Selatan," ungkapnya.
Harapannya, pemudik yang melintasi wilayah-wilayah ini lebih berhati-hati, terutama di jalur rawan banjir dan longsor, seperti jalur Pantura, jalur Selatan Jawa, serta beberapa ruas tol yang berpotensi tergenang air.
Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menambahkan, faktor lain seperti anomali suhu muka laut yang lebih hangat di sekitar perairan Indonesia, mengakibatkan penambahan kandungan uap air di atmosfer, sehingga semakin memperbesar potensi pertumbuhan awan hujan.
"Kami mengingatkan bahwa fenomena ini berpotensi meningkatkan intensitas hujan dalam beberapa hari ke depan. Oleh karena itu, pemudik yang menggunakan transportasi darat, laut, dan udara perlu terus memperbarui informasi cuaca dari BMKG dan pihak terkait," ucap dia.
Baca Juga: BMKG: 21-31 Maret 2025 Masa yang Perlu Diwaspadai, Curah Hujan di Jawa Tinggi
Berikut prospek cuaca dalam periode 16–23 Maret 2025 berdasarkan analisis BMKG:
16–18 Maret 2025, hujan lebat berpotensi terjadi:
- Sumatra Utara
- Riau
- Sumatra Selatan
- Kep Bangka Belitung
- Bengkulu
- Banten
- Jakarta
- Jawa Barat
- Jawa Tengah
- Jawa Timur
- Nusa Tenggara Barat
- Nusa Tenggara Timur
- Kalimantan Barat
- Kalimantan Tengah
- Kalimantan Utara
- Kalimantan Timur
- Sulawesi Tengah
- Sulawesi Selatan
- Maluku Utara
- Papua
19–23 Maret 2025, potensi hujan lebat di:
- Riau
- Bangka Belitung
- Jawa Tengah
- DI Yogyakarta
- Jawa Timur
- Nusa Tenggara Barat
- Nusa Tenggara Timur
- Kalimantan Barat
- Sulawesi Utara
- Sulawesi Barat
- Papua Tengah
- Papua Pegunungan
- Papua Selatan
Baca Juga: Kumpulan Twibbon Mudik Lebaran 2025, Bisa Dipakai untuk Medsos Anda
Guswanto juga mengingatkan masyarakat yang menggunakan transportasi udara dan laut perlu memperhatikan prakiraan cuaca di bandara dan pelabuhan tujuan mereka.
Cuaca buruk, seperti hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi, bisa menyebabkan keterlambatan atau pembatalan penerbangan dan perjalanan laut.
"Khusus bagi pemudik yang akan menyeberang menggunakan kapal laut, perlu mewaspadai potensi gelombang tinggi dan angin kencang, terutama di perairan Selat Sunda, Selat Lombok, Laut Jawa, dan perairan sekitar Nusa Tenggara," sebut Guswanto.
Masyarakat yang bepergian dengan pesawat juga perlu memperhatikan kemungkinan keterlambatan akibat cuaca buruk di beberapa bandara.
"Oleh karena itu, kami mengimbau pemudik untuk terus berkoordinasi dengan pihak maskapai, operator pelabuhan, dan BMKG guna mendapatkan informasi terkini mengenai kondisi cuaca di rute perjalanan mereka," tambah Guswanto.
Selanjutnya: Ratas Hilirisasi, Pemerintah Telaah Proyek yang Mampu Ciptakan Lapangan Kerja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News