MOMSMONEY.ID - Di tengah kemajuan teknologi yang semakin pesat, kekhawatiran tentang pengaruh kecerdasan buatan atau AI terhadap dunia kerja makin terasa.
Geoffrey Hinton, tokoh yang dikenal sebagai Bapak AI, baru-baru ini membeberkan pandangannya soal profesi yang paling berisiko dan mana yang masih bisa bertahan di era AI.
"AI menghilangkan pekerjaan, hilangnya pekerjaan masal ini adalah ancaman bagi kebahagiaan dan sekarang sudah terjadi di sini," ujarnya.
Menariknya, profesi yang selama ini dianggap biasa-biasa saja justru jadi primadona baru dalam menghadapi revolusi teknologi ini.
Lantas, pekerjaan apa yang masih aman dari ancaman otomatisasi ini? Simak daftar pekerjaan paling aman di tengah gempuran AI yang dikutip dari laman Business Insider berikut ini.
Baca Juga: Kekhawatiran Kehilangan Pekerjaan Karena AI Meningkat Tajam di Tahun 2025
Tukang ledeng dan pekerjaan fisik dinilai aman dari ancaman AI
Menurut Geoffrey Hinton, pekerjaan yang melibatkan keterampilan fisik seperti tukang ledeng, teknisi, atau pekerja bangunan adalah profesi yang paling aman dari ancaman kecerdasan buatan.
Ia menjelaskan bahwa teknologi butuh waktu lama untuk bisa menyaingi kemampuan manusia dalam hal manipulasi fisik yang kompleks dan tak terduga.
Hinton bahkan menyatakan, “Saya rasa butuh waktu lama sebelum AI bisa sehebat itu dalam manipulasi fisik. Jadi, kemungkinan besar saya ingin menjadi tukang ledeng.” Dalam dunia kerja yang makin digital, keahlian praktis dan teknis ternyata justru menjadi aset yang sangat bernilai.
Pekerjaan intelektual membosankan jadi incaran otomatisasi AI
Di sisi lain, pekerjaan yang melibatkan proses berpikir rutin dan bersifat administratif dinilai sangat rentan tergantikan. Geoffrey Hinton menyoroti profesi seperti paralegal dan operator pusat panggilan sebagai contoh pekerjaan yang kemungkinan besar akan tergantikan secara penuh oleh teknologi AI.
"Pekerjaan intelektual yang membosankan akan digantikan oleh AI," ujarnya. Ini artinya, profesi yang dulu dianggap sebagai kerja kantoran bergengsi kini berada di ambang transformasi besar-besaran. Bahkan, satu orang yang didukung AI bisa mengerjakan tugas yang sebelumnya ditangani oleh sepuluh orang.
Baca Juga: Peran AI dalam Dunia Kreatif Digital untuk Prospek Bekerja dan Berkarya pada tahun 2025
Dampak kehilangan pekerjaan terhadap kebahagiaan manusia
Bagi Moms yang memikirkan masa depan anak-anak, Hinton mengingatkan bahwa gelombang kehilangan pekerjaan massal bukan hanya soal ekonomi, tapi juga soal kebahagiaan manusia. “Orang-orang akan kehilangan tujuan hidup jika tidak memiliki pekerjaan,” kata Hinton.
Meski ada ide tentang pendapatan dasar universal sebagai solusi, ia percaya itu tidak cukup. Pekerjaan bukan hanya soal penghasilan, tapi juga tentang identitas, struktur hidup, dan rasa memiliki kontribusi dalam masyarakat.
Pekerjaan kerah biru menarik perhatian generasi muda
Menariknya, Hinton melihat tren baru yang cukup mengejutkan. Generasi Z, yang selama ini tumbuh dalam dunia digital, justru mulai melirik pekerjaan kerah biru seperti tukang kayu, teknisi listrik, dan pekerjaan manual lainnya. Ini menjadi kabar baik karena bidang-bidang ini relatif aman dari otomatisasi dan tetap dibutuhkan seiring waktu.
Dengan upah yang kini makin bersaing beberapa pekerjaan bahkan menghasilkan lebih dari Rp150 juta per bulan di negara-negara maju profesi ini tak lagi dipandang sebelah mata. Di Indonesia sendiri, tren ini bisa menjadi solusi mengatasi pengangguran lulusan baru yang kerap kebingungan mencari pekerjaan yang stabil.
Baca Juga: Kecerdasan Buatan AI Mengubah Kampus? Ini Dampaknya bagi Mahasiswa
Kesehatan dan peran manusia masih punya peluang besar
Meski banyak profesi yang terancam, bukan berarti semua pekerjaan manusia akan punah. Hinton menyebut sektor kesehatan sebagai salah satu yang punya prospek panjang. Kebutuhan akan tenaga perawat, bidan, dokter, hingga pendamping lansia akan terus tumbuh karena aspek emosional dan empati manusia sulit digantikan AI.
Begitu pula dengan profesi yang melibatkan sentuhan pribadi, seperti guru, pelatih olahraga, bahkan politisi. AI mungkin bisa membantu, tetapi peran manusia tetap jadi ujung tombak dalam membangun kepercayaan dan relasi sosial.
Saatnya berpikir ulang tentang pekerjaan yang aman dari AI
Moms, melihat paparan dari Bapak AI ini, kita perlu mulai memikirkan ulang tentang arah karier dan pendidikan untuk anak-anak dan keluarga. Pekerjaan yang aman dari AI di tahun 2025 ternyata bukan yang paling canggih secara teknologi, tapi justru yang membutuhkan keahlian praktis, interaksi manusiawi, dan empati.
Menyiapkan diri dan keluarga menghadapi perubahan ini adalah bentuk investasi masa depan yang penting. Dunia kerja akan terus berkembang, tetapi manusia yang adaptif, terampil, dan berjiwa sosial tetap akan menjadi yang paling dibutuhkan.
Selanjutnya: Kinerja Indeks Saham Unggulan Masih Tertekan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News