MOMSMONEY.ID - Penggunaan kecerdasan buatan atau AI di dunia pendidikan tinggi kini menjadi sorotan. Ini dampak dari artificial intelligence bagi masa depan para mahasiswa.
Bukan sekadar alat bantu, AI telah mengubah cara mahasiswa belajar, dosen mengajar, bahkan standar gelar akademik itu sendiri.
Tapi, apakah AI benar-benar membuat universitas menjadi lebih baik? Dan bagaimana mahasiswa menyikapi perubahan besar ini?
Simak dampak dari AI atau kecerdasan buatan bagi masa depan para mahasiswa berikut ini, dikutip dari BBC pada Jumat (11/7).
Baca Juga: Begini Cara AI Mempengaruhi Kehidupan Moms Kedepannya, Simak
AI dalam pendidikan tinggi bantu mahasiswa belajar lebih efektif
Teknologi kecerdasan buatan kini banyak digunakan di kampus, terutama oleh mahasiswa sebagai alat bantu menyusun tugas dan mencari ide.
Dalam survei global terhadap lebih dari 7.000 pelajar dari Eropa, Amerika, hingga Australia, tercatat bahwa 44% mahasiswa Inggris mengandalkan AI saat kuliah.
Contohnya, Sunjaya Phillips, mahasiswi Oxford Brookes University, mengaku menggunakan AI untuk menyusun esai dan menggali ide-ide kreatif.
"Biasanya saya bisa buntu seharian, tapi dengan AI semua jadi lebih cepat. Dalam 30 menit, saya bisa dapat kerangka ide," ujarnya.
AI bantu atau malah picu kecanduan teknologi?
Meski memberikan kemudahan, penggunaan AI dalam universitas tak lepas dari kontroversi. Beberapa mahasiswa dilaporkan menggunakan AI untuk menyontek atau membuat tugas tanpa usaha pribadi, sesuatu yang dikhawatirkan menurunkan nilai akademik secara keseluruhan.
Dr Charlie Simpson, dosen senior di Oxford Brookes, menegaskan pentingnya etika dalam penggunaan AI di pendidikan tinggi.
"Kalau digunakan dengan tanggung jawab, AI bisa meningkatkan pembelajaran. Tapi jika semua diserahkan ke mesin, justru melemahkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa," ungkapnya.
Baca Juga: Intip Penyebab Utama Berbagai Pekerjaan Kedepan akan Diambil AI
Mahasiswa perlu literasi AI untuk masa depan karier
Di sisi lain, para ahli menilai kemampuan menggunakan AI secara bijak akan menjadi skill penting di dunia kerja masa depan.
Prof Keiichi Nakata dari Henley Business School menegaskan, keterampilan mengoperasikan AI akan menjadi kompetensi dasar, layaknya penggunaan komputer saat ini.
"AI bukan hanya alat bantu tugas kampus, tapi bagian dari dunia kerja. Mahasiswa harus mulai belajar bagaimana menggunakannya secara produktif dan bertanggung jawab," jelasnya.
Ketakutan mahasiswa: AI akan menggantikan pekerjaan?
Meskipun AI membuka banyak peluang, 78% mahasiswa di Inggris merasa takut kehilangan pekerjaan karena AI, menurut survei yang dilakukan oleh Yugo. Ketakutan ini tidak lepas dari meningkatnya otomatisasi di berbagai sektor industri.
Namun, tidak semua mahasiswa berpikir negatif. Sunjaya Phillips justru menyebut AI sebagai “sistem pendukung.” Ia percaya bahwa jika dimanfaatkan dengan benar, AI justru memperkuat keahlian manusia, bukan menggantikannya.
Baca Juga: Ini Penyebab AI Mulai Gantikan Pekerjaan di Bidang Keuangan, Simak
AI ubah standar pendidikan tinggi di masa depan
Pengaruh AI di kampus kini tak hanya sebatas alat bantu, tapi sudah menjadi bagian dari transformasi sistem pendidikan tinggi.
Dr Simpson memperkirakan bahwa dalam beberapa tahun ke depan, standar gelar universitas akan ikut meningkat karena lulusan dituntut lebih kreatif, adaptif, dan siap menghadapi teknologi baru.
"Gelar tetap sulit diraih, tapi kualitas lulusan akan lebih tinggi. Mahasiswa akan lebih siap menghadapi dunia kerja yang penuh teknologi," jelasnya.
Masa depan pendidikan tinggi bersama AI
Jadi, apakah AI membuat pendidikan tinggi menjadi lebih baik? Jawabannya adalah ya, jika digunakan dengan bijak dan bertanggung jawab.
Teknologi ini memang menghadirkan risiko, namun juga membuka peluang besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan kesiapan karier mahasiswa.
Untuk para Moms yang sedang mempersiapkan anak-anak menuju dunia perkuliahan, penting untuk memahami bahwa AI akan menjadi bagian tak terpisahkan dari proses belajar mereka.
Membekali anak dengan pemahaman literasi digital dan etika teknologi akan jadi kunci agar mereka tidak hanya pintar akademis, tetapi juga tangguh menghadapi masa depan.
Selanjutnya: Prediksi Susunan Pemain PSG untuk Hadapi Chelsea di Final Piala Dunia Antarklub
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News