MOMSMONEY.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup menanjak di level 7.053,19 pada akhir perdagangan Rabu (30/3). Di akhir perdagangan hari ini, IHSG tampak naik 41,50 poin atau 0,59 persen dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya.
Dilansir dari RTI, investor melakukan transaksi sebesar Rp 13,75 triliun dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 30,74 miliar saham. Pelaku pasar asing mencatatkan beli bersih atau net buy di seluruh pasar sebesar Rp 594,99 miliar.
Pada penutupan perdagangan kali ini, sebanyak 233 saham menguat, 281 saham turun, dan 173 lainnya stagnan.
Baca Juga: Dukung Perempuan Berbisnis, Crowdo Gandeng Zilingo
Analis Panin Sekuritas, William Hartanto mengungkapkan, penguatan IHSG di akhir perdagangan didukung oleh dua sentimen penting. Yaitu, turunnya tensi antara Rusia dan Ukraina. William melihat bahwa investor merespon positif, perkembangan diskusi gencatan senjata antara Russia dengan Ukraina yang dilakukan di Istanbul, Turki.
Dimana Deputi Kementerian Pertahanan Russia, Alexander Fomin menyatakan bahwa Russia akan mengurangi aktivitas tentara secara signifikan di dekat ibukota negara, Kyiv dan juga kota Chernihiv.
Investor merespon positif pernyataan Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu yang menyatakan bahwa hasil diskusi menunjukan hasil yang signifikan, setelah Ukraina mengajukan status neutral sebagai bagian dari jaminan keamanan.
Baca Juga: Terlihat Elegan, Ini Kelebihan dan Kekurangan Furnitur Rumah Berbahan Kaca
Namun patut dicermati bahwa, investor mencermati inverting yield curve, dimana obligasi 2 dan 10 tahun Amerika Serikat (US) mengalami inverting, pertama kalinya sejak 2016. "Patut diketahui bahwa, secara historis, inverting yield curve menjadi tanda resesi,” ungkap William dalam risetnya, Rabu (30/3). Disamping itu, pelaku pasar patut mencermat, obligasi 5 dan 30 tahun di (US) juga mengalami inverting.
Di sisi lain, William menilai bursa di Asia, termasuk di Indonesia juga tampak menguat didorong stabilinya nilai tukar rupiah di pasar. William bilang, investor masih mencermati pergerakan nilai tukar Yen, setelah sebelumnya Bank of Japan (BoJ) mengumumkan kebijakan untuk melakukan yield curve control dengan melakukan pembelian secara tidak terbatas obligasi 10 tahun pemerintah di level 0,25%.
“Merespon kebijakan ini, Yen terus menunjukan pelemahan yang signifikan, dimana saat ini Yen telah menyentuh level depresiasi 7 tahun terendah di 125,” katanya.
Dengan berbagai sentimen tersebut, William meyakini bahwa IHSG di perdagangan berpotensi bergerak mixed cenderung menguat di rentang 7.000 sampai 7.072.
Baca Juga: Tekan Penularan Covid-19 Saat Ramadan, Ini 3 Indikator yang Dipantau
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News