MOMSMONEY.ID – Di era serba digital ini, Anda tak perlu repot-repot datang ke klinik untuk mendapatkan layanan kesehatan. Saat ini, banyak platfom layanan kesehatan yang memberikan layanan kesehatan secara spefisik, mulai dari konsultasi kesehatan kulit, kesehatan seksual hingga berat badan.
Salah satunya, Halodoc menghadirkan Halofit, layanan klinik digital yang dirancang untuk penanganan berat badan secara personal di bawah pengawasan dokter, dengan pendekatan multidisiplin yang memadukan sains, dan perubahan gaya hidup.
Nah, inovasi terbaru dalam ekosistem Halodoc, Halofit hadir sebagai solusi untuk manajemen berat badan yang menggabungkan pendekatan digital, klinis, dan edukatif. Seluruh program Halofit berada di bawah pengawasan Board of Wellness Halofit, yang terdiri dari dokter spesialis endokrin dan spesialis gizi klinis. Sejak peluncuran awal di aplikasi Halodoc pada Maret 2025, jumlah konsultasi terkait manajemen berat badan meningkat hingga empat kali lipat pada September 2025.
Melalui Halofit, pengguna dapat menjalani program lengkap selama 30 hari, yang mencakup:
· Konsultasi dokter
· Personal meal plan dari ahli gizi
· Obat pendamping
· Pendampingan 30 hari oleh dokter & ahli gizi
· Injeksi terapi medis GLP-1 untuk membantu mengontrol nafsu makan dan menurunkan berat badan dengan aman jika diperlukan
Ignasius Hasim, VP Consultation & Diagnostics Halodoc mengatakan, dari data Halodoc tahun 2024 menunjukkan, sekitar 75% pasien nutrisionis Halodoc telah mencari dukungan untuk manajemen berat badan, namun sebagian besar masih berfokus pada pengaturan pola makan dan edukasi gaya hidup. Melalui Halofit, pihaknya ingin menghadirkan pendekatan dengan menggabungkan edukasi, pendampingan dokter dan ahli gizi, teknolog, serta terapi medis berbasis bukti ilmiah.
Berdasarkan data Survey Kesehatan Indonesia (SKI), angka obesitas nasional melonjak dari 21,8,% pada 2018 menjadi 23,4% pada 2023, dan diperkirakan lebih dari 68 juta orang dewasa akan hidup dengan obesitas pada 2025. Data terbaru dari program Cek Kesehatan Gratis (CKG) Kemenkes pada Juni 2025 juga menunjukkan bahwa lebih dari 50% perempuan dan 25% laki-laki mengalami obesitas sentral, kondisi yang meningkatkan risiko penyakit metabolik seperti diabetes dan hipertensi.
Selain itu, studi Awareness, Care and Treatment in Obesity Management (ACTION) yang dilakukan oleh Novo Nordisk di wilayah APAC ini menemukan bahwa diskusi mengenai berat badan masih terbatas, dengan hanya sekitar 30% individu dengan obesitas yang pernah mendiskusikan berat badan dengan profesional kesehatan dalam lima tahun terakhir.
Obesitas merupakan kondisi medis kronis yang perlu penanganan menyeluruh. Jika tidak diatasi, risiko penyakit kronis lainnya dapat meningkat, seperti diabetes, jantung, hipertensi, dan stroke.
Sesuai Pedoman Nasional Pelayanan Klinis (PNPK) Obesitas 2025 dari Kementerian Kesehatan RI, pendekatan terbaik dilakukan secara terpadu yang menggabungkan perubahan gaya hidup, dukungan perilaku, terapi medis, dan pemantauan dokter. Terapi medis GLP-1 menjadi salah satu inovasi yang membantu pasien mengontrol berat badan relatif lebih aman apabila digunakan dalam pengawasan dokter.
Selanjutnya: Gempa Magnitudo 6,7 Mengguncang Papua
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News