MOMSMONEY.ID - BMKG menyebutkan, gempa di Zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut tinggal menunggu waktu bukan prediksi tapi potensi.
Menurut BMKG, pembahasan mengenai potensi gempa di Zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebenarnya bukanlah hal baru, sudah lama.
Bahkan, pembahasan mengenai potensi gempa di zona megathrust tersebut sudah ada sejak sebelum terjadi gempa dan tsunami Aceh 2004.
"Munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona megathrust saat ini bukanlah bentuk peringatan dini (warning) yang seolah-olah dalam waktu dekat akan segera terjadi gempa besar. Tidak demikian," tegas Daryono, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (27/8)
BMKG hanya mengingatkan kembali keberadaan Zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebagai sebuah potensi yang diduga oleh para ahli sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.
Baca Juga: Gempa Jogja Akibat Deformasi Batuan di Megathrust
"Seismic gap ini memang harus kita waspadai, karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu," ungkap Daryono.
Sejarah mencatat, gempa besar terakhir di Tunjaman Nankai terjadi pada 1946 (usia seismic gap 78 tahun).
Sedangkan gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada 1757 (usia seismic gap 267 tahun) dan gempa besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada 1797 (usia seismic gap 227 tahun).
"Artinya, kedua seismic gap kita, periodisitasnya jauh lebih lama dibandingkan dengan seismic gap Nankai, sehingga mestinya kita jauh lebih serius dalam menyiapkan upaya-upaya mitigasinya," ujar Daryono.
Terkait gempa di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut "tinggal menunggu waktu" yang BMKG sampaikan sebelumnya, hal ini karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar.
"Tetapi bukan berarti segera akan terjadi gempa dalam waktu dekat," tegas Daryono.
Baca Juga: Gempa Jogja Terasa di Jawa Barat hingga Jawa Timur
"Tinggal menunggu waktu" lantaran segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah rilis gempa besar semua. Sementara Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga saat ini belum terjadi.
"Sudah kita pahami bersama, hingga saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dengan tepat dan akurat mampu memprediksi terjadinya gempa (kapan, di mana, dan berapa kekuatannya)," sebut Daryono.
"Sehingga kita semua juga tidak tahu kapan gempa akan terjadi, sekalipun tahu potensinya," imbuhnya.
Sekali lagi, dia menegaskan, informasi potensi gempa megathrust yang berkembang saat ini sama sekali bukanlah prediksi atau peringatan dini. Jadi, jangan dimaknai secara keliru, seolah akan terjadi dalam waktu dekat.
Untuk itu, kepada masyarakat, BMKG mengimbau untuk tetap tenang dan beraktivitas normal seperti biasa, seperti melaut, berdagang, dan berwisata di pantai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News