MOMSMONEY.ID - Ini alasan kenapa emas dan perak kembali jadi andalan banyak orang untuk lindungi nilai aset di tengah ekonomi yang lagi tidak stabil.
Situasi ekonomi global yang belum stabil, tekanan inflasi, dan perkiraan pemangkasan suku bunga membuat banyak orang mulai memikirkan ulang strategi keuangannya.
Di tengah kondisi seperti sekarang, emas dan perak kembali jadi primadona untuk menjaga nilai kekayaan.
Melansir dari OCBC, tren kenaikan harga logam mulia memperlihatkan tingginya kepercayaan investor terhadap aset berwujud yang lebih aman.
Ini jadi sinyal penting terutama bagi masyarakat Indonesia yang ingin membangun perlindungan finansial jangka panjang.
Baca Juga: 7 Kebiasaan Sehari-hari yang Sebenarnya Bikin Kondisi Keuangan Kamu Menurun
Emas makin naik daun sebagai instrumen pelindung nilai
Dalam beberapa waktu terakhir, harga emas terus bergerak naik hingga menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Penguatan ini salah satunya dipengaruhi oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve Amerika Serikat pada dua pertemuan terakhir tahun 2025.
Di sisi lain, kekhawatiran terhadap melemahnya nilai mata uang kertas akibat inflasi panjang membuat investor mencari aset yang lebih stabil.
Emas dipandang sebagai benteng yang cukup kuat untuk menjaga daya beli dan nilai kekayaan, terutama ketika kondisi ekonomi penuh ketidakpastian.
"Semua faktor ini memperkuat peran emas sebagai aset lindung nilai terhadap risiko atau hedging yang aman," ujar Team Wealth Management OCBC.
Perak jadi bintang baru, bukan sekadar aset aman tapi juga kebutuhan industri
Tidak hanya emas yang dilirik, perak juga ikut mengalami peningkatan permintaan dan harga. Keunggulan perak ada pada fungsinya yang ganda.
Selain dianggap sebagai aset pelindung, perak punya peran penting di sektor industri modern, seperti energi terbarukan dan elektronik.
Perak yang digunakan untuk panel surya, komponen kendaraan listrik, dan perangkat teknologi lainnya membuat prospeknya terus cerah seiring perkembangan teknologi dan pemulihan ekonomi global.
Kombinasi fungsi investasi dan kebutuhan industri membuat perak dipandang semakin bernilai di masa depan.
Kebijakan moneter dan utang negara dorong kebutuhan aset berwujud
Banyak negara masih memegang beban utang yang besar dan membutuhkan kebijakan keuangan yang lebih longgar untuk menjaga stabilitas. Kondisi ini membuka risiko inflasi lebih tinggi dan melemahkan kepercayaan pada mata uang kertas.
Ketika hal ini terjadi, masyarakat dan investor cenderung beralih ke aset fisik seperti emas dan perak yang dinilai lebih stabil, terutama untuk melindungi aset dalam jangka panjang.
Strategi alokasi semakin penting untuk keamanan keuangan
Berdasarkan proyeksi analis, harga emas bisa bergerak di sekitar Rp 66 juta per ons dalam 12 bulan ke depan, mengikuti estimasi US 4.100 per ons. Sementara perak juga punya ruang pertumbuhan sepanjang kebutuhan industri tetap tinggi.
Langkah terbaik adalah membangun alokasi portofolio secara bertahap dan mengombinasikan beberapa instrumen investasi agar risiko lebih seimbang.
Baca Juga: Investasi Reksadana Pasar Uang, Duit Nganggur Hasil Lebih Optimal
Kenali risiko sebelum membeli
Perlu diingat bahwa investasi logam mulia juga memiliki risiko. Beberapa yang perlu diperhatikan antara lain risiko penurunan harga, risiko likuiditas, risiko suku bunga, dan risiko kredit. Strategi pembelian bertahap dan diversifikasi bisa jadi cara aman untuk mengurangi risiko tersebut.
Yang terpenting, pahami bahwa emas dan perak bukan penghasil pendapatan seperti deposito atau obligasi, tapi instrumen pelindung nilai yang memperkuat fondasi keuangan.
Emas dan perak kembali menunjukkan peran penting sebagai aset stabil di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu.
Nilainya yang tahan terhadap inflasi serta kemampuannya melindungi daya beli menjadikan keduanya pilihan realistis untuk menjaga kesehatan finansial jangka panjang.
Dengan strategi terukur dan alokasi yang tepat, perlindungan aset menjadi lebih efektif. Sekarang saat yang tepat untuk mengevaluasi portofolio dan mulai mempersiapkan diri menghadapi ketidakpastian ekonomi ke depan.
Selanjutnya: Presiden Minta Relaksasi KUR Korban Bencana, Ini Rencana Menteri UMKM
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News