MOMSMONEY.ID - Teknologi yang berkembang pesat dan bertambahnya waktu rupanya menjadi batas antar generasi dalam dunia pekerjaan. Kala generasi Baby Boomers, Gen X, Millennials, dan Gen Z bekerja berdampingan dengan gaya komunikasi, ritme kerja, serta nilai hidup yang dianut jadi hal yang berbeda, disitulah tantangan yang dihadapi dalam satu perusahaan.
Jika tidak dikelola dengan tepat, perbedaan ini dapat memicu miskomunikasi dan friksi. Namun, dengan pendekatan yang tepat, keberagaman ini justru dapat menjadi kekuatan tim.
Menurut Deloitte Gen Z & Millennial Survey 2025 untuk kawasan Asia Tenggara, generasi muda kini memprioritaskan kombinasi purpose, kesejahteraan, dan pertumbuhan karier bukan sekadar gaji.
Temuan ini diperkuat oleh Randstad Asia Pacific Workmonitor 2025 yang mencatat bahwa perbedaan ekspektasi kerja antar generasi semakin nyata, khususnya terkait gaya komunikasi, fleksibilitas kerja, dan bentuk apresiasi.
Melihat kondisi tadi terlihat bahwa organisasi perlu memiliki pendekatan yang lebih empatik dan terstruktur untuk menjembatani kolaborasi antar generasi, agar keberagaman tidak berubah menjadi friksi melainkan menjadi keunggulan budaya dan kinerja tim.
Melalui program Bridging Generations at Work, Migunani & Co. merangkum 5 cara praktis untuk membangun kolaborasi yang lebih hangat dan efektif antar generasi:
Baca Juga: 3 Alasan Mengapa Pemilik iPhone Lebih Gampang Ditipu, Cek Solusinya di Sini!
1. Dengarkan Sebelum Merespons
Setiap generasi membawa konteks pengalaman yang berbeda. Praktik active listening membantu mengurangi asumsi dan membuka ruang dialog yang lebih sehat.
2. Samakan Bahasa Komunikasi
Gen Z mungkin nyaman dengan pesan singkat, sementara generasi sebelumnya terbiasa dengan email formal. Kesepakatan mengenai cara dan gaya komunikasi membantu menyelaraskan ritme kerja.
3. Fokus pada Tujuan, Bukan Gaya Kerja
Alih-alih memperdebatkan metode, perkuat kesepahaman pada tujuan bersama. Fleksibilitas dapat mengurangi konflik dan meningkatkan hasil.
4. Rayakan Perbedaan Sebagai Kekuatan
Generasi lebih senior menyumbang pengalaman dan stabilitas. Sementara generasi lebih muda membawa perspektif segar dan kecepatan eksekusi. Keduanya saling melengkapi.
5. Bangun Ruang Percakapan yang Aman
Budaya berbagi pengalaman jauh lebih efektif dibandingkan sekadar sosialisasi kebijakan atau pelatihan satu arah.
Ninien Irnawati, CEO Migunani & Co mengatakan tempat kerja saat ini adalah perpaduan nilai dan perspektif yang kaya. Ketika dikelola dengan empati, keberagaman usia dapat memperkuat budaya dan performa organisasi.
“Kami tidak ingin menonjolkan satu generasi di atas yang lain. Tujuan kami adalah membangun konektivitas manusia,” tambah Sheilla Quinita, CCO Migunani & Co dalam keterangan resminya, Jumat (14/11).
Selain menjadi ruang berbagi perspektif, kegiatan ini juga memperkenalkan layanan utama Migunani & Co. Recruitment Services, Corporate Training, dan Executive Coaching yang dibangun berdasarkan filosofi people-first dan impact-driven.
Program ini bukan kegiatan satu kali. Bridging Generations at Work akan menjadi rangkaian diskusi berkelanjutan di Jakarta, dengan tema-tema yang relevan terhadap dinamika dunia kerja saat ini.
Baca Juga: iPhone 16 Paling Canggih di Kelas Flagship? Ada Fitur LiDAR Scanner dan UWB 2!
Selanjutnya: Tips Jadi Eatfluencer Sukses: Konten Kuliner Estetik ala Grab
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News