Santai

Tantangan dan Peluang AI dalam Otomatisasi di Dunia Kerja bagi Keluarga

Tantangan dan Peluang AI dalam Otomatisasi di Dunia Kerja bagi Keluarga

MOMSMONEY.ID - Berikut ini tantangan dan peluang AI dalam otomatisasi di dunia kerja bagi keluarga di tahun 2025 yang perlu Anda tahu.

Di tahun 2025, otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI) tidak lagi jadi isu masa depan tapi kenyataan yang sedang terjadi sekarang. 

Banyak pekerjaan yang dulu dilakukan manusia kini bisa digantikan mesin dan sistem cerdas. Moms pun mungkin bertanya-tanya, apakah ini berarti akan ada lebih sedikit pekerjaan? Bagaimana dampaknya pada ekonomi keluarga dan masa depan anak-anak?

Faktanya, AI dan otomatisasi bukan hanya mengubah dunia kerja, tapi juga membawa implikasi sosial yang kompleks dari transformasi pasar kerja, meningkatnya kesenjangan ekonomi, pertimbangan etis hingga kebijakan publik. 

Berikut membahas secara lengkap, menyadur dari laman Wautier terkait peluang dan tantangan AI bagi keluarga kedepannya.

Baca Juga: Begini Cara AI Mempengaruhi Kehidupan Ibu Kedepannya, Simak

Perubahan besar pasar kerja akibat otomatisasi dan AI

Salah satu dampak sosial paling nyata dari AI dan otomatisasi adalah perubahan besar di pasar kerja. Tugas-tugas rutin seperti kasir, staf gudang, hingga input data kini banyak diambil alih oleh mesin. 

Contohnya, gudang-gudang modern kini dipenuhi robot pintar yang mampu bekerja 24 jam tanpa lelah.

Namun, perubahan ini juga membuka peluang kerja baru. Kini muncul profesi yang belum pernah ada sebelumnya seperti analis data, pengembang AI, hingga content strategist. 

Bahkan, sektor seperti pertanian dan kesehatan mulai mengandalkan teknologi canggih berbasis AI. 

Moms yang punya anak usia SMA atau kuliah bisa mulai mengarahkan mereka pada bidang studi yang mendukung profesi masa depan.

Kesenjangan ekonomi makin lebar: Siapa yang paling terdampak?

Sayangnya, otomatisasi dan AI juga memperparah ketimpangan ekonomi. Mereka yang tidak punya akses pendidikan digital akan semakin tertinggal. 

Pekerja di industri tradisional seperti manufaktur dan pertambangan lebih rentan kehilangan pekerjaan.

Sebaliknya, daerah yang menjadi pusat teknologi seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya justru mengalami pertumbuhan ekonomi. Ini memperlihatkan bahwa adopsi teknologi tanpa pemerataan akses bisa memperlebar jurang sosial.

Baca Juga: Intip Penyebab Utama Berbagai Pekerjaan Kedepan akan Diambil AI

Etika AI: Ancaman terhadap keadilan dan privasi?

AI memang canggih, tapi tidak luput dari risiko. Banyak sistem AI masih menyimpan potensi bias yang merugikan kelompok tertentu. 

Sebagai contoh, sistem rekrutmen otomatis bisa secara tidak sadar mendiskriminasi pelamar berdasarkan jenis kelamin, latar belakang, atau etnis.

Tak hanya itu, pengawasan karyawan berbasis AI kini semakin canggih. Bahkan ada alat yang bisa membaca ekspresi wajah dan mendeteksi suasana hati pekerja. 

Ini menimbulkan kekhawatiran baru tentang privasi dan kesehatan mental di tempat kerja.

AI dan otomatisasi memengaruhi budaya kerja dan kehidupan sosial

Tidak bisa dipungkiri, AI dan otomatisasi juga membentuk budaya kerja baru. Jam kerja fleksibel, kerja jarak jauh, hingga kolaborasi digital kini makin umum. 

Bagi banyak Moms, ini bisa berarti lebih banyak waktu bersama keluarga asalkan teknologi digunakan dengan bijak.

Namun, tidak semua kalangan bisa langsung beradaptasi. Komunitas yang masih bertumpu pada pekerjaan konvensional bisa merasa tertinggal dan terancam. 

Maka dari itu, penting ada program literasi digital dan pendampingan agar semua pihak bisa ikut bergerak maju.

Baca Juga: Ini Penyebab AI Mulai Gantikan Pekerjaan di Bidang Keuangan, Simak

Kebijakan publik harus proaktif hadapi revolusi teknologi

Perubahan sosial akibat AI dan otomatisasi memerlukan respons kebijakan yang cepat dan tepat. Pemerintah perlu memastikan pelatihan ulang tersedia luas, terutama untuk pekerja yang terdampak. 

Program seperti pelatihan digital, beasiswa teknologi, dan pendidikan vokasi harus diperluas ke seluruh daerah.

Pemerintah juga perlu membuat regulasi yang melindungi hak pekerja, sambil tetap mendorong inovasi. 

Salah satu usulan global adalah Undang-Undang AI yang mengatur tingkat risiko dan keamanan teknologi. Moms bisa ikut berperan dalam mendorong regulasi yang adil dan ramah keluarga.

AI dan dampaknya terhadap lingkungan

Siapa sangka, AI ternyata juga punya dampak pada lingkungan. Model AI yang kompleks membutuhkan energi besar—terutama dari pusat data global yang berarti konsumsi listrik dan emisi karbon meningkat.

Namun, AI juga bisa menjadi solusi ramah lingkungan. Teknologi ini bisa membantu mengelola jaringan listrik, mengurangi limbah industri, hingga mendukung pertanian berkelanjutan. 

Moms yang peduli lingkungan bisa mendorong penggunaan AI yang bijak dan berkelanjutan.

Baca Juga: Pekerjaan yang Tidak Dapat Diganti oleh AI Apa Saja ya?

Bagaimana Moms bisa menyikapi otomatisasi dan AI?

Dampak sosial dari otomatisasi dan AI di tempat kerja memang sangat luas dan nyata. Tapi jangan panik dulu, Moms. 

Setiap teknologi baru memang membawa tantangan, tapi juga membuka peluang besar. Yang terpenting adalah bagaimana kita sebagai orang tua, pekerja, dan warga negara siap untuk beradaptasi dan terus belajar.

Dengan pendekatan yang inklusif dan etis, AI dan otomatisasi bisa jadi jembatan menuju masa depan yang lebih baik—bukan ancaman. 

Kini saatnya Moms ikut berperan aktif dalam membekali keluarga menghadapi dunia kerja yang baru: lebih digital, lebih fleksibel, dan penuh peluang.

Selanjutnya: Ini 6 Cara Mengatasi DANA Tidak Bisa Login, Tranfer, dan Akses Aplikasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News