AturUang

5 Risiko Dana Talangan yang Sering Diabaikan, Bisa Bikin Keuanganmu Berantakan!

5 Risiko Dana Talangan yang Sering Diabaikan, Bisa Bikin Keuanganmu Berantakan!
Reporter: Ramadhan Widiantoro  |  Editor: Ramadhan Widiantoro


MOMSMONEY.ID - Simak 5 risiko tersembunyi dari dana talangan yang sering diabaikan! Kenali bahayanya sebelum kondisi keuanganmu makin runyam.

Saat uang mendadak menipis, banyak orang memilih dana talangan sebagai jalan keluar cepat. Pinjaman instan ini memang terlihat praktis, hanya beberapa klik, dana langsung cair. Tapi, di balik kemudahannya, ada risiko besar yang sering luput dari perhatian.

Melansir dari OCBC, dana talangan adalah fasilitas pinjaman jangka pendek yang ditujukan untuk menutup kebutuhan darurat sebelum dana utama masuk. Misalnya untuk biaya medis mendesak, tagihan pendidikan, atau menutup arus kas bisnis.

Namun, meski tampak sederhana, tanpa perhitungan matang, dana talangan justru bisa menjadi jerat finansial yang menimbulkan stres baru.

Baca Juga: 7 Keuntungan Memiliki Skor Kredit Baik Sebagai Kunci Finansial yang Aman

Apa itu dana talangan dan bagaimana cara kerjanya?

Secara umum, dana talangan merupakan bentuk pinjaman cepat dari lembaga keuangan resmi, seperti bank atau fintech legal yang diawasi oleh OJK. Fungsinya membantu kamu menutupi kebutuhan sementara hingga dana tetap tersedia.

Walau legal dan relatif aman, dana talangan tetaplah pinjaman yang harus dikembalikan sesuai tenor dan bunga yang berlaku. Kesalahan memahami mekanismenya bisa membuat kamu membayar lebih mahal dari yang dibayangkan.

Beberapa lembaga menamai produk ini sebagai Kredit Tanpa Agunan (KTA) atau Kredit Multiguna, bukan langsung “dana talangan”. Karena itu, penting untuk selalu membaca ketentuan dan biaya yang tercantum sebelum menandatangani perjanjian.

1. Bunga dan biaya tambahan yang tidak transparan

Banyak orang hanya fokus pada cepatnya pencairan dana, tapi lupa mengecek total bunga dan biaya tersembunyi.

Beberapa lembaga menetapkan bunga bulanan di atas rata-rata, disertai biaya administrasi, penalti keterlambatan, atau biaya pelunasan lebih awal.

Sebagai contoh, studi dari Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mencatat bahwa sebagian peminjam menanggung biaya tambahan hingga 30% dari pokok pinjaman karena kurang teliti membaca syarat.

Solusinya, selalu cek simulasi pinjaman dan total bunga efektif sebelum menyetujui perjanjian agar tidak terjebak di kemudian hari.

2. Risiko ketergantungan finansial

Kemudahan akses dana talangan bisa menimbulkan kebiasaan baru: pinjam setiap kali butuh cepat.

Inilah yang disebut efek “gali lubang tutup lubang”. Sekilas terasa aman, tapi sebenarnya berbahaya bagi kondisi keuangan jangka panjang.

Kebiasaan ini menurunkan kemampuan mengelola uang dengan sehat dan menumbuhkan rasa ketergantungan pada utang jangka pendek.

Jika dibiarkan, kamu bisa kehilangan kendali atas arus kas pribadi dan akhirnya sulit keluar dari siklus hutang.

3. Dampak pada skor kredit dan reputasi keuangan

Setiap pinjaman meninggalkan jejak digital pada Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) milik OJK.

Ketika kamu sering menunggak atau gagal bayar, reputasi kredit otomatis turun, dan ini akan menyulitkan saat ingin mengajukan pinjaman lain.

Data dari OJK menunjukkan, 1 dari 4 peminjam dana talangan yang gagal bayar mengalami kesulitan mendapat pinjaman baru bahkan untuk keperluan produktif.

Menjaga skor kredit tetap baik adalah langkah penting agar kamu tetap dipercaya lembaga keuangan di masa depan.

Baca Juga: Kenali 5 Tanda Kesehatan Finansial Pribadi Anak Muda Mulai Terganggu

4. Potensi penagihan yang agresif

Meski dana talangan resmi umumnya mengikuti prosedur hukum, praktik di lapangan tidak selalu ideal.

Ada kasus penagihan oleh pihak ketiga yang bersifat menekan bahkan mempermalukan peminjam lewat media sosial atau keluarga.

Untuk mencegah hal ini, pastikan kamu hanya meminjam dari lembaga keuangan terdaftar di OJK dan hindari platform yang tidak transparan soal identitas atau alamat operasionalnya.

Langkah kecil ini bisa menyelamatkan kamu dari tekanan psikologis dan reputasi sosial yang rusak.

5. Minimnya edukasi finansial dari pihak peminjam

Masalah klasik lain adalah rendahnya literasi keuangan. Banyak peminjam mengajukan dana talangan tanpa memahami risiko jangka panjang, cara menghitung bunga efektif, atau kemampuan bayar per bulan.

Padahal, edukasi finansial adalah pondasi utama dalam menjaga stabilitas keuangan. Dengan memahami dasar-dasar pengelolaan uang, kamu bisa memanfaatkan pinjaman sebagai alat bantu sementara dan bukan sumber masalah baru.

Tips Amannya

Agar tidak salah langkah, berikut beberapa panduan sebelum kamu memutuskan mengajukan dana talangan:

1. Hitung kemampuan bayar: pastikan cicilan tidak lebih dari 30% pendapatan bulanan.

2. Bandingkan bunga dan tenor antar lembaga sebelum memilih.

3. Baca seluruh perjanjian pinjaman termasuk biaya tersembunyi.

4. Utamakan pinjaman legal yang terdaftar di OJK.

5. Gunakan dana untuk kebutuhan produktif, bukan konsumtif.

Sebagai penutup, dana talangan memang bisa jadi penyelamat di saat genting, tapi hanya jika digunakan dengan bijak.
Jangan mudah tergoda dengan proses cepat, selalu teliti bunga, tenor, dan risiko yang mungkin timbul.

Ingat, solusi keuangan bukan sekadar pinjaman cepat, tapi perencanaan matang dan disiplin finansial. Setelah memahami risiko dana talangan sejak awal, kamu bisa menjaga keuangan tetap sehat dan terhindar dari jerat hutang yang berlarut-larut.

 

Selanjutnya: Cuma 3 Hari Promo HokBen HUT Jogja ke-269, Hoka Hemat + Ocha Hanya Rp 26.000-an

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News