MOMSMONEY.ID - Dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya yang pertama, Museum Prasejarah Semedo mengadakan kegiatan Kenduri Budaya Ki Watu Balung dengan menghadirkan kolaborasi seni tradisi dan seni ciptaan baru yang didukung oleh lebih dari 90 orang penampil.
Berkolaborasi dengan 15 mitra strategis yang terdiri dari lembaga Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan lembaga non pemerintah, Kenduri Budaya Ki Watu Balung mengusung tema “Semedo: Lestari Budayanya, Lestari Alamnya, Sejahtera Masyarakatnya” guna mendukung peningkatan ekonomi masyarakat lokal melalui pemanfaatan potensi alam dan budaya Semedo.
Haris Rahmanendra, Kepala Unit Museum Prasejarah Semedo menyampaikan “Salah satu tujuan dari berdirinya Museum Prasejarah Semedo adalah mendukung peningkatan nilai kawasan, sehingga dengan adanya kegiatan Kenduri Budaya Ki Watu Balung dalam rangka memperingati satu tahun berdirinya Museum Prasejarah Semedo diharapkan menjadi peluang edukasi dan rekreasi masyarakat dan juga berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat lokal”.
Baca Juga: 6 Tips Diet yang Aman dan Efektif bagi Penderita Diabetes
Kenduri Budaya Ki Watu Balung merupakan kegiatan sosialisasi serta rintisan internalisasi pelestarian kekayaan budaya dan kekayaan alam Semedo yang dikemas dalam balutan seni dan dialog budaya.
Kegiatan ini juga mengakomodasi unjuk kreasi, inovasi, dan potensi sumber daya lokal dengan tetap berorientasi pada penguatan peran serta eksistensi Museum Prasejarah Semedo dalam membangun, mengembangkan, dan memanfaatkan Kawasan Semedo yang berorientasi pada kelestarian budaya dan kekayaan alam untuk kesejahteraan masyarakat.
Baca Juga: Akhir Pekan Kemarin, Indonesia Alami Suhu Tertinggi Capai 38,2C!
Selain itu, Kenduri Budaya merepresentasikan karakter, kearifan, tradisi komunal, dan semangat kebersamaan. Adapun Ki Watu Balung adalah sebutan lokal yang ditujukan bagi para pelopor penemu fosil yang besar perannya dalam riwayat keberadaan Museum Prasejarah Semedo.
Sehingga, dipilihnya Kenduri Budaya Ki Watu Balung sebagai nama kegiatan peringatan satu tahun berdirinya Museum Prasejarah Semedo merupakan bentuk rasa syukur atas anugerah berupa budaya dan alam yang kaya potensi, dan mengapresiasi para pelestari sejarah, juga bertujuan untuk memupuk kesadaran bahwa Semedo harus dikelola secara bijak agar bisa diwariskan kepada generasi yang akan datang.
Plt. Kepala Museum dan Cagar Budaya (MCB) Kemendikbud-Ristek, Ahmad Mahendra mengungkapkan bahwa kegiatan Kenduri Budaya Ki Watu Balung bukan hanya merupakan perayaan satu tahun berdirinya Museum Prasejarah Semedo tetapi juga merupakan merupakan kegiatan perdana usai Museum Prasejarah Semedo tergabung dalam Museum dan Cagar Budaya (MCB).
Ahmad Mahendra menambahkan “MCB juga memberikan dukungan penuh terhadap terselenggaranya kegiatan Kenduri Budaya Ki Watu Balung, kami berharap kegiatan ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan memberikan dampak bagi masyarakat lokal sekitar Semedo.”
Baca Juga: Ternyata Tren Warna Cat Rumah 2024 Didominasi Warna Ini Lo!
Tentang Museum Prasejarah Semedo
Museum Prasejarah Semedo merupakan sebuah museum arkeologi yang terletak di Semedo, Kab. Tegal, Indonesia. Museum Prasejarah Semedo menyajikan peninggalan dan artefak prasejarah seperti fosil manusia purba, fosil flora dan fauna purba, serta artefak alat-alat batu dan alat-alat tulang yang ditemukan di Situs Semedo. Melalui pameran dan penelitian, museum Prasejarah Semedo memperkenalkan evolusi manusia prasejarah, budaya, dan lingkungan.
Kini pengelolaan Prasejarah Semedo bernaung di bawah Museum dan Cagar Budaya (MCB) merupakan lembaga di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia yang saat ini bertanggung jawab atas pengelolaan 18 museum dan galeri serta 36 situs cagar budaya nasional di Indonesia.
Diresmikan pada tahun 2022, MCB berambisi menjadi institusi yang bersifat kolaboratif dan mendorong daya cipta, perubahan sosial, serta pembangunan masyarakat yang berbudaya.
MCB mengedepankan pelestarian, pelayanan publik, dan pemanfaatan yang berbasis perlindungan sebagai prioritas utama. Dengan merangkul kreativitas dan mengusung semangat kolaborasi yang inklusif, MCB bersama masyarakat dapat mendapat pemahaman dan memberikan apresiasi yang menyeluruh terhadap warisan budaya Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News