MOMSMONEY.ID - Berangkat dari kesadaran dan kekhawatiran akan krisis iklim, 13 musisi Indonesia dari berbagai genre bergabung untuk sebuah album kompilasi bertajuk Sonic/Panic.
Di album Sonic/Panic, musisi ternama dalam negeri seperti Endah N Rhesa, Tony Q Rastafara, dan Tuantigabelas turut berpartisipasi dalam menuangkan ekspresi kreatif mereka untuk menyuarakan salah satu isu paling darurat di dunia.
Tiap musisi yang terlibat di album Sonic/Panic membawa karakter dan gaya musik mereka masing-masing ke dalam kolaborasi ini.
Musisi tersebut adalah Iga Massardi, Endah N Rhesa, Navicula, Tony Q Rastafara, Tuantigabelas, Iksan Skuter, FSTVLST, Made Mawut, Nova Filastine, Guritan Kabudul, Kai Mata, Rhythm Rebels, dan Prabumi.
Album Sonic/Panic diproduksi oleh Alarm Records, label rekaman sadar iklim pertama di Indonesia yang dibentuk oleh ke-13 musisi yang terlibat dalam inisiatif ini.
Gagasan untuk membuat album kompilasi Sonic/Panic muncul setelah ke-13 musisi ini berkumpul di Bali beberapa bulan lalu guna mengikuti workshop serta diskusi soal isu iklim dan cara musisi dapat turut berkontribusi dalam mengatasi isu ini.
Baca Juga: 20 Ucapan Selamat Hari Seniman Internasional yang Diperingati 25 Oktober
Album Sonic/Panic terdiri dari 13 lagu dari 13 musisi dengan berbagai genre, seperti hip-hop, rock, blues, electronica, reggae, pop, hingga world music.
Adapun topik yang diangkat di tiap lagu juga beragam seperti isu krisis iklim, degradasi alam, polusi plastik, dan panggilan untuk aksi nyata secara kolektif.
"Aku paling cengeng sepanjang workshop dan sempat mengalami mental breakdown di hari kedua. Ini merupakan masalah yang berat, dan sebagai musisi, kami harus punya cara untuk mengekspresikan kekhawatiran dan ketakutan," ujar Endah Widiastuti dari Endah n Rhesa.
Menurut Endah, meski bukan bermaksud menakut-nakuti, ada fakta dibalik pembuatan album ini. Baginya, di kurun waktu tertentu krisis iklim akan terjadi.
Karena itu, Endah berpendapat, harus ada gerakan masif di mana semua pihak perlu terlibat demi generasi yang akan datang.
"Rasanya tidak adil kalau kita sudah tua, atau sudah tidak ada, tetapi menyisakan suatu hal yang tidak kita perjuangkan dengan baik," tambahnya.
Rapper Upi atau Tuantigabelas merasakan pengalaman yang hampir sama terkait krisis iklim.
"Ini Bumi bagaimana ya? Faktanya bikin kita bengong. Aku sama Endah sempat makan bareng, lalu saling pandang dan kita tanpa sadar menangis. Ini serius sekali. Ini adalah tongkat estafet yang harus disampaikan dalam bentuk yang aku tahu, yaitu musik," katanya.
Menurut Upi, seluruh lagu dalam album ini merupakan suara terdalam dari para musisi.
"Ini adalah lagu yang paling sulit yang pernah saya tulis. Jadi ada khawatir, putus asa, tapi harus punya harapan karena saya punya tiga anak. Saya tidak mau bumi ini habis begitu saja buat generasi berikutnya," imbuhnya.
Baca Juga: Ingin Melihat Playlist Spotify Wrapped Tahun Lalu? Simak Tipsnya
Gede Robi dari band Navicula mengungkapkan, musisi sebagai bagian dari masyarakat juga ingin terlibat dalam menyuarakan isu ini melalui Sonic/Panic.
"Sonic adalah audio. Panic ada sense of urgency. Kami sebagai musisi berkontribusi terhadap negara karena tujuan negara memang harus membersihkan emisi Indonesia sesuai target tahun 2060," ungkap Robi.
Lagu Plastic Tree milik Endah N Rhesa, misalnya, yang menggambarkan dunia tanpa pohon, yang digantikan oleh replika plastik. Lagu ini menjadi pengingat yang kuat tentang dampak lingkungan dari tindakan kita.
"Kami membawa imajinasi jika di dunia ini tidak ada pohon, tidak ada burung yang bernyanyi, ayam berkokok, lebah memanfaatkan baterai supaya mereka bisa terbang, segalanya lebih artifisial," kata Endah.
"Kita jangan menganggap remeh kemampuan kita menemukan hal hal baru, tetapi ada risiko juga. Ada kemegahan, ada kehancuran, ketakutan. Jadi mixed feelings," sebut dia.
Pada lagu House on Fire, band Navicula menyuarakan pemanasan global dan spirit kolaborasi. Robi bilang, Navicula sudah berdiri sejak 1996 dan sejak awal membicarakan isu lingkungan.
Meskipun sudah gencar mengangkat isu ini, rasanya, Robi bilang, belum ada perubahan yang signifikan terjadi.
"Kami menyadari rasanya harus lebih banyak kolaborasi. Jadi spirit lagu House on Fire adalah kolaboratif. Bahwa alangkah besarnya gaung ini jika semua industri kreatif membicarakan isu ini," tutur Robi.
Album Sonic/Panic yang cover artwork-nya didesain oleh Sirin Farid Stevy, visual artist sekaligus vokalis band FSTVLST, akan segera diluncurkan secara serentak di seluruh platform streaming digital pada 4 November mendatang.
Dalam rangka peluncuran album, akan diadakan juga IKLIM Fest di area parkir Monkey Forest Ubud, Bali, pada tanggal yang sama.
Hampir seluruh musisi yang terlibat di album Sonic/Panic akan hadir di perhelatan ini untuk bersama menyuarakan kepeduliannya terhadap bumi dan lingkungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News