MOMSMONEY.ID - Mata uang rupiah tidak bertenaga melawan dollar AS pada akhir perdagangan pekan ini. Sentimen di dalam negeri bikin otot rupiah lemas.
Mengutip Bloomberg, Jumat (22/6), kurs rupiah spot ditutup melemah 20 poin atau 0,12% dibandingkan kemarin, menjadi Rp 16.450 per dollar AS.
Menurut Ibrahim Assuaibi, analis pasar forex dan Direktur Laba Forexindo Berjangka, indeks dollar lebih solid pada hari ini. Di eksternal, pasar tenaga kerja di AS tampak melemah. Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun pada minggu lalu, tapi masih lebih besar dari perkiraan.
Data AS yang lemah baru-baru ini memperkuat spekulasi penurunan suku bunga Federal Reserve sebanyak dua kali pada akhir tahun ini.
Namun, para pejabat The Fed membiarkan kebijakannya tidak berubah pada pertemuan mereka awal Juni. Fed juga memangkas proyeksi sebelumnya untuk pemotongan tiga perempat poin di tahun ini menjadi hanya satu kali pemotongan, bahkan ketika inflasi telah mereda dan pasar tenaga kerja melemah.
Di sisi lain, Bank Sentral Inggris (BoE) mempertahankan suku bunganya, dan beberapa pembuat kebijakan mengatakan keputusan mereka untuk tidak melakukan pemotongan adalah “seimbang”. Swiss National Bank memangkas suku bunga untuk kedua kalinya sementara Bank of England membuka kemungkinan pelonggaran pada bulan Agustus.
Baca Juga: Harga Emas Antam Naik Rp 16.000 Hari Ini,, 21 Juni
Sedangkan, di internal, pasar terus memantau ketidakpastian arah kebijakan fiskal. Peningkatan risiko fiskal menjadi faktor yang memengaruhi pelemahan rupiah. Hal itu dilihat dari kondisi proyeksi defisit anggaran di kisaran 2,8% dari produk domestik bruto (PDB). Angka tersebut mendekati batas atas level 3% dari PDB.
Terlebih baru-baru ini muncul kabar mengenai sikap Presiden terpilih Prabowo Subianto yang permisif dengan utang dan bahkan diisukan hendak menaikkan rasio utang pemerintah ke kisaran 50% dari PDB. Meski kemudian kabar itu dibantah tim Prabowo-Gibran.
Ibrahim mengatakan pemerintahan baru di bawah Prabowo-Gibran harus secepatnya menyampaikan komitmennya terhadap disiplin fiskal agar naiknya risiko fiskal dapat ditekan, sehingga tidak menciptakan sentimen negatif terhadap rupiah.
Pemerintah dan Bank Indonesia selayaknya menjaga stabilitas rupiah berbasis kekuatan fundamental perekonomian Indonesia. Hal itu yakni surplus neraca perdagangan, bukan intervensi valuta asing (valas) dengan cadangan devisa yang terbatas atau menaikkan suku bunga domestik.
Rupiah tidak perlu mengalami pelemahan yang panjang jika pasokan dollar dari surplus neraca perdagangan mengalir ke pasar. Pelemahan rupiah merupakan anomali karena hingga Mei 2024, surplus neraca perdagangan Indonesia cukup baik.
Ibrahim memperkirakan, pada perdagangan Senin (24/6), mata uang rupiah fluktuatif dan rawan ditutup melemah di rentang Rp 16.440 sampai Rp 16.510 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News