InvesYuk

Minim Amunisi, Kurs Rupiah Terpental ke Rp 16.282 per dollar

Minim Amunisi, Kurs Rupiah Terpental ke Rp 16.282 per dollar

MOMSMONEY.ID - Rupiah semakin tak bertenaga di hadapan dollar AS pada hari ini. Mata uang berlambang Garuda minim amunisi, di saat pasar condong ke dollar.

Mengutip Bloomberg, Senin (10/6), rupiah di pasar spot ditutup melemah 87 poin atau 0,54% dibandingkan Jumat lalu, menjadi Rp 16.282 per dollar AS.

Menurut Ibrahim Assuaibi, analis pasar forex dan Direktur Laba Forexindo Berjangka, di eksternal, indeks dollar menguat, melanjutkan kenaikan yang kuat pada Jumat lalu.

Mata uang greenback lebih bertenaga setelah laporan non-farm payrolls yang kuat, sehingga membuat para pedagang secara tajam mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga pada September.

Pasar fokus pada pertemuan The Fed, dengan keputusan suku bunga akan dirilis pada hari Rabu waktu AS. Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil. Namun, isyarat apa pun mengenai kebijakan di masa depan akan diawasi dengan ketat, terutama setelah tanda-tanda ketahanan inflasi AS dan pasar tenaga kerja AS baru-baru ini. 

Baca Juga: Rupiah Berbalik Arah Melemah ke Rp 16.286 per dollar, Besok Masih Rawan

Sejumlah pejabat Fed telah memperingatkan bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dalam menghadapi inflasi yang tinggi dan kekuatan pasar tenaga kerja. "Data non-farm payrolls yang kuat pada hari Jumat memperkuat gagasan ini," kata Ibrahim.

Sebelum keputusan Fed pada Rabu nanti, data inflasi indeks harga konsumen utama juga akan dirilis pekan ini. Diperkirakan  inflasi Mei tetap jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2%.

Di internal, rupiah kurang katalis positif. Kementerian Keuangan mencatat jumlah utang jatuh tempo pemerintah pada tahun 2025 akan mencapai Rp 800,33 triliun. Jumlah ini terdiri atas Surat Berharga Negara (SBN) jatuh tempo senilai Rp 705,5 triliun dan pinjaman jatuh tempo sebesar Rp 94,83 triliun. 

Jatuh tempo utang pemerintah yang besar akibat pandemi Covid-19. Ketika itu, Indonesia butuh hampir Rp 1.000 triliun belanja tambahan. Sementara penerimaan negara turun 19% karena roda ekonomi berhenti.

Baca Juga: SBR013 Mulai Ditawarkan Hari Ini, Kupon Minimal 6,45% sampai 6,6%

Meskipun utang pemerintah jatuh tempo yang cukup besar kerap menimbulkan kekhawatiran, namun utang tersebut dinilai tetap dalam koridor aman dengan beberapa catatan. Misalnya, asalkan negara tetap kredibel, persepsi terhadap APBN baik, serta kebijakan fiskal ekonomi hingga politik tetap stabil. 

Ibrahim memperkirakan, pada perdagangan  besok, Selasa (11/6),  mata uang rupiah akan fluktuatif dan rawan ditutup melemah di rentang  Rp 16.270 sampai Rp 16.330 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News