MOMSMONEY.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan Selasa (8/3). Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI) via RTI Business, IHSG merosot 54,88 poin atau 0,80% ke level 6.814.18 pada penutupan perdagangan.
Sebanyak sembilan sektor turun menekan IHSG dari total 11 sektor di BEI. Sektor yang merosot paling dalam adalah sektor teknologi 3,75%, sektor energi 3,41%, sektor transportasi 2,05%, sektor barang konsumer primer 1,56%, sektor keuangan 1,31%, sektor barang konsumer primer 1,25%.
Kemudian sektor kesehatan juga turun 0,59%, disusul sektor barang baku 0,55% dan sektor perindustrian 0,47%. Adapun sektor yang menguat adalah sektor properti dan real estate 2,64% dan sektor infrastruktur 0,53%.
Total volume perdagangan saham di BEI mencapai 29,77 miliar dari total nilai transaksi Rp 24,57 triliun. Ada sebanyak 365 saham yang turun, 196 saham yang naik dan 121 saham stagnan.
Baca Juga: Ini Cara Mudah Merawat Tanaman Hias Merambat di Rumah
Analis Erdihka Elit Sekuritas, Ivan Kasulthan melihat ada beberapa hal yang membuat pelemahan IHSG terjadi di akhir perdagangan hari ini. Pertama, prospek damai Rusia-Ukraina yang semakin kabur dan membuat harga minyak mentah dunia melonjak turut memantik aksi jual investor di bursa saham New York.
Minyak acuan global jenis Brent melesat ke level US$ 121 per barel, setelah sempat menyentuh level US$ 139 per barel atau level tertinggi sejak Juli 2008. Reli terjadi setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kepada NBC pada Minggu menyatakan bahwa Washington "sangat aktif berdiskusi" dengan pemerintah di Eropa mengenai rencana blokade migas Rusia.
Disamping itu, Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi dalam surat resminya ke kader Partai Demokrat menyatakan bahwa pihaknya "mencari legislasi yang kuat" untuk melarang impor minyak asal Rusia yang diyakini bakal kian mengisolasi Rusia dari ekonomi global.
Sentimen kedua kata Ivan yaitu dampak dari hubungan Rusia dan Ukraina yang kurang baik belakangan ini membuat harga komoditas di sektor energi melonjak cukup tinggi sehingga ini tentu menjadi kekhawatiran akan semakin tinggnya inflasi yang bakal dihadapi kedepannya.
Baca Juga: Ini 6 Permasalahan yang Akan Muncul Saat Anda Lupa Menghapus Makeup Sebelum Tidur
Inflasi yang tinggi juga akan menekan daya beli masyarakat. Ketika daya beli masyarakat melemah, permintaan terhadap barang dan jasa pun menurun. Akibatnya, marjin laba perusahaan tergerus bahkan bisa sampai merugi. Kalau ini terjadi, maka jangan harap perusahaan akan ekspansif, membiayai kebutuhan operasional saja sulit.
Dari hal tersebut, Ivan bilang dampaknya akan dirasakan di sektor tenaga kerja. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bisa terjadi di mana-mana, tingkat pengangguran yang sudah turun ke bawah 4% bisa melonjak lagi.
Inflasi tinggi, pengangguran tinggi akan berdampak pada penurunan output riil ekonomi Amerika Serikat. Inilah yang dinamakan sebagai stagflasi.
Baca Juga: Persiapkan Hotel Berkonsep Minimalis di Medan, OHM Tambah Kelolaan Kuartal I 2022
“Untuk menghindari kondisi yang tidak diinginkan tersebut, bank sentral AS The Federal Reserves Bank atau lebih sering disingkat The Fed bakal mengetatkan kebijakan moneternya,” ujarnya dalam riset, Selasa (8/3).
Agresifitas The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan dapat membuat pasar semakin terombang-ambing. Investor pun akan semakin menghindari asetaset berisiko seperti saham.
Setidaknya sentimen ini masih akan terus membayangi dalam beberapa waktu ke depan. Apalagi eskalasi perang antara Rusia dan Ukraina masih berpotensi untuk berlanjut.
Baca Juga: Samsung Merajai Pasar Telepon Seluler Tahun 2021 Lalu
Sentimen ketiga yaitu dari dalam negeri, akan ada rilis data cadangan devisa Indonesia pada bulan Februari 2022.
Trading Economics memperkirakan posisi cadangan devisa Indonesia untuk bulan lalu bakal turun menjadi US$ 139,9 miliar atau turun US$ 1 miliar dari bulan Januari 2022 yang berada di posisi US$ 141,3 miliar.
Dengan berbagai faktor tersebut, Ivan perkirakan IHSG pada perdagangan Rabu (9/3) akan bergerak pada rentang 6.790 sampai 6.860.
Baca Juga: Ini Syarat Bebas Karantina Bagi PPLN di Bali
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News