Bugar

Kenali Berbagai Risiko Bahaya Aborsi pada Kesehatan Wanita

Kenali Berbagai Risiko Bahaya Aborsi pada Kesehatan Wanita

MOMSMONEY.ID - Aborsi merupakan tindakan yang sering dikelilingi oleh debat etis dan hukum. Namun, aspek yang tidak boleh diabaikan adalah dampaknya terhadap kesehatan wanita. Tindakan menggugurkan kandungan ternyata juga dapat menimbulkan berbagai risiko serius pada kesehatan wanita. Apa sajakah risiko bahaya aborsi pada kesehatan wanita?

Merangkum dari laman Hello Sehat dan Dokter Sehat, inilah beberapa risiko bahaya aborsi pada kesehatan wanita:

1. Perdarahan

Perdarahan yang signifikan sering kali diiringi oleh demam tinggi dan pengeluaran gumpalan jaringan janin. Kasus perdarahan berat seperti ini terjadi pada 1 dari 1000 prosedur aborsi.

Tanda-tanda perdarahan yang harus diwaspadai meliputi gumpalan darah atau jaringan yang lebih besar dari bola golf, berlangsung lebih dari 2 jam, dan perlu mengganti pembalut lebih dari dua kali dalam satu jam selama dua jam berturut-turut.

Perdarahan yang berlanjut selama 12 jam berurutan juga termasuk kategori serius. Perdarahan vagina yang ekstrem dapat berakhir fatal, khususnya jika aborsi dilakukan secara ilegal dengan metode yang tidak aman.

Risiko perdarahan serius bisa meningkat setelah melakukan aborsi, terutama jika kehamilan telah berlangsung lebih dari 20 minggu.

Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko ini adalah keberadaan ari-ari atau jaringan janin yang tertinggal di dalam rahim. Dalam kasus seperti ini, tindakan kuret dan transfusi darah mungkin diperlukan.

Baca Juga: Khasiat Jus Seledri untuk Diet, Cek Juga 10 Manfaat Luar Biasa Lainnya!

2. Infeksi

Sebanyak 1 dari 10 aborsi berakhir dengan infeksi. Dari hasil meta-analisis yang diterbitkan oleh jurnal Lancet, menunjukkan bahwa 27% dari 1.182 kasus aborsi medis di bawah pengawasan medis mengalami infeksi yang berlangsung lebih dari tiga hari.

Infeksi muncul karena perluasan leher rahim selama aborsi yang memudahkan bakteri masuk ke dalam tubuh. Hal ini menyebabkan infeksi serius di rahim, saluran tuba, dan area panggul. Gejala infeksi termasuk demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, pusing, atau umumnya merasa tidak enak badan.

3. Sepsis

Infeksi yang tidak terkontrol bisa menyebar ke aliran darah, kondisi ini dikenal sebagai sepsis. Sepsis berat atau syok sepsis adalah keadaan darurat medis yang ditandai dengan tekanan darah yang sangat rendah dan kegagalan multiorgan.

Faktor risiko utama termasuk aborsi yang tidak lengkap dan infeksi bakteri saat aborsi. Gejala yang memerlukan tindakan medis segera termasuk demam tinggi atau sangat rendah, perdarahan berat, nyeri hebat, kebingungan, dan kesulitan bernapas.

Risiko sepsis meningkat baik pada aborsi yang dilakukan dengan obat atau secara bedah. Ini sangat berisiko jika dilakukan sebelum atau setelah 14 minggu kehamilan.

Baca Juga: Bisa Dicoba, Ini 10 Rekomendasi Skincare untuk Menghilangkan Bruntusan

5. Kerusakan Rahim

Kerusakan pada rahim terjadi pada sekitar 250 dari seribu aborsi bedah dan lebih jarang pada aborsi obat. Kerusakan bisa termasuk luka pada leher rahim, perforasi, atau lacerasi. Banyak dari kerusakan ini tidak terdiagnosis kecuali dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti laparoskopi.

Aborsi yang tidak dilakukan dengan benar bisa menyebabkan luka serius pada vagina dan rahim. Proses ini juga meningkatkan risiko penyakit pada organ reproduksi wanita, termasuk radang panggul dan endometritis.

6. Infeksi Peradangan Panggul (PID)

Sekitar 5% wanita yang sebelumnya tidak mengalami infeksi bisa terkena infeksi peradangan panggul atau PID dalam waktu empat minggu setelah melakukan aborsi di trimester pertama. Risiko terkena PID ini lebih tinggi jika terjadi aborsi spontan yang menyebabkan sisa jaringan tertinggal di dalam rahim.

Baca Juga: 8 Pilihan Jus yang Paling Baik untuk Menurunkan Berat Badan

7. Endometritis

Endometritis adalah peradangan pada lapisan rahim yang sering kali disebabkan oleh infeksi. Risiko ini lebih tinggi pada remaja, dengan risiko 2,5 kali lebih besar setelah aborsi dibandingkan wanita usia 20-29.

8. Kanker

Risiko kanker serviks meningkat hingga 2,3 kali pada wanita yang telah melakukan aborsi. Risiko lebih tinggi lagi pada mereka yang telah melakukan beberapa aborsi. Risiko kanker ovarium dan hati juga meningkat setelah aborsi.

Baca Juga: Bisa Berbahaya! Ketahui 8 Dampak Buruk Kecanduan Minum Kopi Berikut

9. Plasenta Previa

Risiko mengalami plasenta previa pada kehamilan berikutnya meningkat secara signifikan setelah aborsi. Kondisi ini bisa mengancam nyawa baik ibu maupun janin, dengan peningkatan risiko malformasi janin, bayi lahir mati, dan perdarahan hebat saat persalinan.

10. Disfungsi Seksual

Sekitar 30 hingga 50 persen wanita yang mengalami aborsi melaporkan disfungsi seksual baik dalam jangka pendek maupun panjang. Gejala ini meliputi kehilangan hasrat seksual, nyeri saat berhubungan intim, dan keengganan terhadap aktivitas seksual.

Baca Juga: Manfaat Minum Rebusan Daun Kelor untuk Tubuh, Bisa Usir Berbagai Penyakit lo

11. Masalah Psikologis

Aborsi dapat menjadi pengalaman yang sangat traumatis. Tanpa penanganan yang cepat dan tepat, beberapa wanita mungkin mengalami depresi.

Beberapa wanita mungkin merasa lega setelah aborsi, sementara yang lain mungkin mengalami kesulitan mengatasi perasaan yang kompleks. Kondisi ini sering dikenal sebagai stres pasca-aborsi.

12. Kematian

Penyebab utama kematian terkait aborsi termasuk perdarahan berat, infeksi serius, emboli paru, dan kegagalan anestesi.

Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang melakukan aborsi empat kali lebih mungkin meninggal karena komplikasi kesehatan dalam tahun berikutnya dibanding mereka yang tidak aborsi.

Baca Juga: Intip 7 Khasiat Wedang Uwuh untuk Kesehatan, Minuman Rempah Alami

Nah, itulah beberapa risiko bahaya aborsi pada kesehatan wanita. Semoga informasi ini bermanfaat, ya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News