Keluarga

Kasus Penyakit Streptococcus Grup A Invasif Meningkat di Eropa, Apa Itu iGAS

Kasus Penyakit Streptococcus Grup A Invasif Meningkat di Eropa, Apa Itu iGAS

MOMSMONEY.ID - Kasus penyakit Streptococcus Grup A invasif atau iGAS sedang meningkat di sejumlah negara Eropa. Lalu, apa itu iGAS yang sedang mewabah di benua biru?

Hingga 8 Desember 2022 lalu, setidaknya lima negara Eropa melaporkan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) peningkatan kasus iGAS. 

Menurut WHO dalam Berita Wabah Penyakit yang rilis Kamis (15/12), peningkatan kematian terkait iGAS juga terjadi di beberapa negara tersebut. 

Di Prancis, misalnya, sejak pertengahan November lalu, dokter melaporkan ke Santé Publique France (SpF) dan Badan Kesehatan Regional (ARS), peningkatan yang tidak biasa dalam jumlah kasus iGAS dan mendeteksi kluster iGAS. Beberapa kasus berakibat fatal. 

Pada 8 Desember, SpF menerbitkan pembaruan status yang melaporkan peningkatan jumlah infeksi iGAS di Prancis sejak awal 2022 di berbagai wilayah (Occitanie, Auvergne-Rhône-Alpes, Nouvelle-Aquitaine), terutama pada anak di bawah usia 10 tahun. 

Baca Juga: WHO: Tahun Depan, Covid-19 Tidak Lagi Berstatus Darurat Kesehatan Global

WHO menyebutkan, peningkatan kasus mungkin mencerminkan awal musim infeksi Streptococcus grup A yang bertepatan dengan peningkatan sirkulasi virus pernapasan dan kemungkinan koinfeksi virus yang bisa meningkatkan risiko iGAS. 

"Hal ini dalam konteks peningkatan penduduk yang berbaur setelah periode peredaran GAS berkurang selama pandemi Covid-19," sebut WHO.

Lalu, apa itu iGAS?

Streptococcus pyogenes, juga dikenal sebagai Streptococcus Grup A (GAS), adalah sekelompok bakteri Gram-positif yang bisa terbawa melalui tenggorokan atau kulit manusia.

Bakteri ini bertanggungjawab atas lebih dari 500.000 kematian setiap tahun di seluruh dunia.

Penularan terjadi melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi dan bisa menular melalui batuk, bersin, atau kontak dengan luka.

Baca Juga: Waspada! Sejumlah Bakteri Semakin Kebal terhadap Pengobatan, Bahayakan Jutaan Nyawa

Infeksi GAS umumnya menyebabkan penyakit ringan, seperti tonsilitis, faringitis, impetigo, selulitis, dan demam berdarah. Infeksi GAS mudah diobati dengan antibiotik, dan orang dengan penyakit ringan berhenti menularkan setelah 24 jam pengobatan.

GAS dianggap sebagai penyebab umum faringitis bakteri pada anak usia sekolah dan juga bisa menyerang anak yang lebih muda. 

Insiden faringitis GAS biasanya memuncak selama bulan-bulan musim dingin dan awal musim semi. Wabah di taman kanak-kanak dan sekolah sering terjadi. 

Faringitis GAS didiagnosis dengan tes antigen cepat (rapid strep) atau kultur bakteri dan diobati dengan antibiotik juga perawatan suportif. 

Kebersihan tangan yang baik dan kebersihan pribadi secara umum bisa membantu mengendalikan penularan GAS.

Baca Juga: WHO Perbarui Daftar Virus dan Bakteri yang Bisa Sebabkan Pandemi, Apa Saja?

Namun, dalam kasus yang jarang terjadi, infeksi GAS bisa menyebabkan GAS invasif (iGAS), yang dapat menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa, seperti necrotizing fasciitis, sindrom syok toksik streptokokus, dan infeksi berat lainnya.

Serta, penyakit yang dimediasi pasca-imun, seperti glomerulonefritis pascastreptokokus, demam rematik akut, dan penyakit jantung rematik.

Anak-anak di bawah usia 10 tahun merupakan kelompok usia yang paling terpengaruh penyakit tersebut.

Hanya, mengingat peningkatan moderat dalam kasus iGAS, endemisitas GAS, tidak ada tipe urutan gen emm baru yang teridentifikasi, dan tak ada laporan peningkatan resistensi antibiotik, WHO menilai, risiko infeksi iGAS saat ini rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News