MOMSMONEY.ID - Penyakit demam berdarah dengue masih menjadi momok yang membahayakan banyak kalangan masyarakat. Infeksi dengue meningkat secara signifikan di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir, dengan jumlah kasus yang dilaporkan ke Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) meningkat dari 505.430 kasus pada tahun 2000 menjadi 14,6 juta pada tahun 2024.
Bahkan, data terbaru tentang prevalensi dengue memperkirakan bahwa 5,6 miliar orang berisiko terinfeksi dengue dan arbovirus lainnya. Dengue adalah infeksi yang disebabkan oleh virus (DENV), yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina yang terinfeksi. Penyakit ini lebih umum di daerah beriklim tropis dan subtropis.
Bagi yang mengalami, gejala dengue sering kali tidak tampak atau hanya berupa gejala ringan. Namun, bagi yang mengalaminya, gejala paling umum adalah demam tinggi, sakit kepala, nyeri badan, nyeri sendi, mual, muntah dan ruam kulit.
Virus dengue terdiri dari empat jenis/serotipe, oleh karena itu seseorang dapat terinfeksi virus dengue lebih dari satu kali, dan infeksi kedua kali dapat meningkatkan risiko terjadinya gejala yang lebih parah.
Sebagai negara endemis dengue, Indonesia telah melakukan berbagai upaya penanggulangan dengue melalui pengendalian vektor nyamuk secara berkesinambungan sejak tahun 1980. Mulai dari penggunaan larvasida dalam skala besar melalui fogging, hingga penerapan program yang mendorong partisipasi aktif masyarakat seperti Gerakan 3M Plus dan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J).
Baca Juga: Harga Emas Galeri 24 dan UBS di Pegadaian Selasa (30/9/2025) Kompak Naik
Walaupun berbagai langkah telah dijalankan, angka kejadian dengue masih menunjukkan tantangan yang perlu diatasi bersama. Data Kementerian Kesehatan RI mencatat, sampai dengan 22 September 2025, terdapat 115.138 kasus dengue secara nasional dengan 479 kematian.
Dari jumlah tersebut, 57 persen terjadi di Pulau Jawa yang menunjukkan tingginya konsentrasi beban penyakit di wilayah dengan populasi padat. Dalam hal ini, DKI Jakarta sebagai provinsi dengan mobilitas penduduk yang tinggi membutuhkan strategi berlapis agar perlindungan terhadap masyarakat dapat lebih diperkuat.
dr. Ovi Norfiana, M.K.M., Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menyampaikan dengue adalah tantangan kesehatan yang terus kita hadapi setiap tahun dengan dampak yang signifikan bagi masyarakat Jakarta.
dr. Ovi bilang tahun ini, sampai dengan tanggal 22 September saja, DKI Jakarta mencatat jumlah kasus dengue sebanyak 7.274 kasus dengan 12 kematian. "Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai langkah pengendalian, mulai dari program pengendalian vector nyamuk seperti 3M Plus dan G1R1J edukasi masyarakat yang berkelanjutan, hingga intervensi berbasis teknologi," ujar dr. Ovi di diskusi Peningkatan Kesadaran & Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di Jakarta, Senin (29/9).
Salah satu inovasi yang telah diterapkan adalah implementasi Wolbachia di wilayah Jakarta Barat, yang menjadi pilot untuk memutus rantai penularan virus dengue. Inisiatif ini menunjukkan bagaimana strategi berbasis sains dapat melengkapi upaya konvensional yang sudah berjalan. Tapi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyadari bahwa pengendalian dengue membutuhkan strategi yang terintegrasi.
"Kami bersama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) melaksanakan vaksinasi dengue, beserta pemantauan aktif, di Jakarta Selatan sebagai langkah pelengkap. Kami percaya bahwa kolaborasi lintas sektor ini akan semakin memperkuat upaya perlindungan,” tandasnya.
Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Hari Ini dari BNI Sekuritas (30/9)
Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K), Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menambahkan pentingnya kewaspadaan terhadap dengue.
Kata Prof Sri Rezeki dengue adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, di mana seseorang tinggal, maupun gaya hidup; dan bukan hanya saat musim hujan, tetapi juga mengancam sepanjang tahun. Itulah sebabnya masyarakat perlu selalu waspada, karena setiap keluarga berisiko terpapar. Pencegahan sangat penting, sama pentingnya adalah memastikan bahwa setiap intervensi yang dijalankan benar-benar memberikan dampak jangka panjang bagi kesehatan masyarakat.
Menurut Prof Sri Rezeki melalui pemantauan aktif vaksinasi dengue pada anak Sekolah Dasar di Jakarta Selatan ini, FKUI bersama Dinkes Provinsi DKI Jakarta dengan dukungan Takeda berupaya menghadirkan mekanisme pemantauan efektifitas vaksin yang lebih sistematis. Selain itu, kegiatan ini juga akan dilakukan bersama di beberapa daerah lain yaitu Palembang dan Banjarmasin.
Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menegaskan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia upaya pengendalian dengue merupakan bagian penting dari tanggung jawab dalam mengimplementasikan ilmu dan inovasi agar dapat dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat.
Dukungan serupa juga disampaikan oleh dr. Fadjar Surya Mensing Silalahi, Plh. Direktur Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Upaya pengendalian dengue di Indonesia terus diperkuat dari waktu ke waktu sebagai bagian dari komitmen nasional dalam melindungi kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan telah menetapkan Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (STRANAS) 2021–2025 sebagai acuan bersama dalam menekan angka kesakitan dan kematian akibat dengue di seluruh wilayah.
"Selaras dengan strategi global WHO untuk Neglected Tropical Diseases 2020–2030 dengan target “Zero dengue death in 2030” (nol kematian akibat dengue pada tahun 2030) kami optimis target dapat tercapai lewat sinergi berbagai pihak," ungkap dr. Fadjar.
dr. Arif Abdillah, Head of Medical Affairs PT Takeda Innovative Medicines mengatakan Takeda mendukung Indonesia melawan dengue. Takeda kata dr Arif memandang kolaborasi ini bukan sekadar sebuah kegiatan, melainkan bagian dari perjalanan panjang dalam memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat, membantu melindungi lebih banyak keluarga, serta membantu Indonesia semakin siap menghadapi tantangan penyakit menular di masa depan.
Baca Juga: Begini Cara Mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) Kata Kemenkes
Selanjutnya: Rating Bon Appetit Your Majesty Tembus 17,1%, Duduki Posisi ke-7 Drama TVN Terpopuler
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News