MOMSMONEY.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun di awal pekan ini. Senin (6/6), IHSG merosot 1,20% atau 86,38 poin ke 7.096,58 hingga akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pelemahan IHSG terseret penurunan delapan indeks sektoral. Sektor teknologi terjun 4,35%. Sektor keuangan merosot 1,25%. Sektor perindustrian melorot 1%. Sektor barang konsumsi nonprimer turun 0,71%. Sektor energi melemah 0,47%. Sektor infrastruktur tergerus 0,29%. Sektor barang baku terkoreksi 0,28%. Sektor transportasi dan logistik turun 0,27%
Tiga sektor masih berada di zona hijau meski IHSG turun. Sektor kesehatan melesat 1,64%. Sektor properti dan real estat menguat 0,73%. Sektor barang konsumsi primer naik 0,62%.
Total volume transaksi bursa mencapai 25,77 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 14,91 triliun. Sebanyak 301 saham turun harga. Ada 234 saham yang menguat dan 161 saham flat.
Baca Juga: Cara Mudah Memegang dan Memakai Sumpit yang Benar untuk Pemula
Dennies Christopher Analis Artha Sekuritas Indonesia dalam riset Senin (6/6), mengatakan IHSG ditutup melemah karena investor masih mengantisipasi kenaikan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) hingga 50 basis poin dalam waktu dekat. Sementara sentimen rilis kinerja emiten di kuartal I-2022 tidak cukup mampu menopang IHSG.
Untuk perdagangan, Selasa (7/6), Dennies masih memproyeksikan IHSG melemah. Secara teknikal candlestick membentuk long black body menguji suppot kuat MA50. Indikator tersebut mengindikasikan tren pelemahan masih akan berlangsung. Namun, masih cukup terbatas. "Pergerakan IHSG besok masih akan ditopang rilis kinerja emiten di kuartal I-2022 serta pembagian dividen," kata Dennies.
Investor asing mencatat beli bersih atau net buy Rp 396,39 miliar di seluruh pasar. Saham-saham dengan pembelian bersih terbesar asing adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 298,4 miliar, PT Astra International Tbk (ASII) Rp 136,6 miliar, dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Rp 56,1 miliar.
Saham-saham dengan penjualan bersih terbesar asing adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 231 miliar, PT Adaro Energi Indonesia Tbk (ADRO) Rp 46,3 miliar, dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) Rp 37 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News