InvesYuk

Harga Bitcoin Masih Dalam Tren Bullish, Strategi Cicil Beli Disarankan Analis

Harga Bitcoin Masih Dalam Tren Bullish, Strategi Cicil Beli Disarankan Analis

MOMSMONEY.ID - Harga bitcoin naik sebesar 7% di level US$ 71.259 atau setara Rp 1,14 miliar kurs rupiah Rp 16.008 di Selasa (21/5) pagi. Angka tersebut setara dengan 51% lebih tinggi secara ytd dan mendekati all time high bitcoin di periode sebelumnya yakni US$ 73.000. 

Namun, Rabu (22/5) pukul 20.00 harga bitcoin turun ke US$ 69.850. 

Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan harga bitcoin dalam tren naik karena beberapa faktor, diantaranya adopsi investor institusi, perkembangan inflasi AS, serta optimisme terhadap akan disetujuinya ETF Ethereum spot. 

Selain itu, Bitcoin sendiri memang sudah berada pada trek bullish yang mana main rally-nya secara historis memang biasanya dimulai antara 1-6 bulan setelah halving

Institusi ternama mulai dari Morgan Stanley, Millenium Management, hingga lembaga pengelola dana pensiun salah satu negara bagian di Amerika, Wisconsin, mulai melakukan pembelian Bitcoin melalui instrumen ETF Bitcoin spot.

Fahmi mengatakan kabar terkait adopsi institusi yang telah berlangsung selama satu dua bulan terakhir tersebut mulai diketahui publik dalam satu dua minggu terakhir melalui dokumen laporan yang disampaikan kepada SEC. 

"Meningkatnya adopsi institusi tersebut tidak hanya meningkatkan kredibilitas Bitcoin, tetapi juga optimisme pasar terhadap outlook harganya, terlebih apabila adopsi institusi kemudian berkembang pada skala yang lebih besar,” ungkap Fahmi dalam keterangan tertulis. 

Selain itu, data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS minggu lalu yang mengindikasikan meredanya tekanan inflasi turut memberikan ketenangan lebih bagi para pelaku pasar bahwa upaya penurunan inflasi sudah berada pada jalur yang tepat.  Data tersebut turut meningkatkan optimisme investor terhadap kemungkinan inflasi dapat turun tanpa memberikan tekanan yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi. 

“Salah satu faktor yang paling dinamis yang turut mempengaruhi pergerakan pasar kali ini adalah terjadinya shifting outlook terkait kemungkinan disetujuinya ETF Ethereum Spot," kata Fahmi. 

Sebelumnya, sentimen negatif sempat berkembang dalam satu bulan terakhir imbas langkah SEC seperti mengirimkan Wells Notice kepada Consensys terkait layanan staking ETH yang dimiliki, dan penundaan tenggat waktu persetujuan ETF Ethereum Spot yang diajukan beberapa perusahaan. 

Situasi tersebut membuat optimisme pasar terkait disetujuinya ETF Ethereum spot menurun. Namun, hari ini shifting outlook terjadi secara signifikan yang membuat harga ETH terapresiasi bahkan lebih tinggi dari Bitcoin,” tambahnya. 

Baca Juga: Berkat Investasi Kripto, Ibu Rumah Tangga Ini Berhasil Kumpulkan Passive Income

Rilis data ekonomi terkait tingkat pengangguran dan Purchasing Managers’ Index(PMI) Amerika Serikat pada Kamis minggu ini menjadi peristiwa yang cukup diantisipasi para investor. Selain itu, rilis data pendapatan Nvidia mungkin juga akan memiliki peran dalam Ke depannya, pasar kripto berpotensi rally apabila sejumlah kondisi terjadi. 

“Seperti misalnya, jika ETF ETH Spot disetujui dan data-data lain seperti PMI Amerika Serikat, pendapatan Nvidia menunjukkan angka yang positif. Dalam kondisi ini, investor dapat mengoptimalkan momentum dengan berfokus pada aset-aset potensial yang memiliki hubungan dengan katalis-katalis yang sedang berkembang tersebut,” jelas Fahmi membentuk sentimen pasar.

Selain itu, bagi investor yang lebih konservatif, termasuk juga bagi investor pemula, strategi DCA atau dollar cost averaging juga masih cukup ideal untuk dijalankan. Sebab, timing the market bisa jadi akan lebih menantang pada situasi yang cukup bergantung pada perkembangan beberapa data yang tidak bisa sepenuhnya diprediksi, seperti keputusan SEC terkait ETF Ethereum spot misalnya. 

“Strategi DCA atau berinvestasi rutin setiap periode tertentu dengan nominal tertentu dapat memberikan investor harga rata-rata yang menarik. Harga rata-rata pembelian tersebut kini tidak perlu dihitung secara manual. Karena investor bisa memantaunya di fitur Investment Insight yang tersedia di Reku," kata Fahmi. 

Selain itu, investor juga bisa memantau holding period, kalendar laba/rugi, hingga akumulasi keuntungan dari seluruh portofolio. Dengan begitu, investor bisa lebih terinformasi tentang performa investasinya dan lebih percaya diri dalam mengambil keputusan,” kata Fahmi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News