MOMSMONEY.ID - Prestasi di ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) menunjukkan bahwa kemampuan riset anak bisa berkembang pesat bila mendapat pembinaan yang tepat.
Kompetisi nasional ini hanya melahirkan tiga sekolah pemenang dari seluruh Indonesia, menegaskan ketatnya proses seleksi dan kualitas karya yang dibutuhkan.
Salah satunya datang dari penelitian dua siswi SMA Unggulan Rushd yang mengolah limbah kulit jeruk manis dan kulit pisang tanduk menjadi tablet efervesen sebagai biolarvasida.
Shafaa Ditia Raharjo menjelaskan bahwa biolarvasida merupakan zat dari ekstrak tumbuhan yang secara alami dapat membunuh larva nyamuk.
Baca Juga: Cek Logo, Makna, Tema, hingga Agenda Hari Anak Nasional 2025 dari KemenPPPA RI
Ketika tablet efervesen tersebut dilarutkan pada air tergenang, hasil penelitian menunjukkan efektivitas tinggi dalam menekan populasi Aedes aegypti, penyebab utama Demam Berdarah.
Pemanfaatan limbah rumah tangga menjadi solusi kesehatan lingkungan membuat penelitian ini dipandang relevan dan mudah diterapkan.
Sekolah menjelaskan bahwa keberhasilan tersebut lahir dari proses panjang.
Rangkaian prestasi ini bukanlah pencapaian instan. Sejak awal berdirinya di tahun 2023, SMA Unggulan Rushd telah membangun ekosistem pembinaan akademik yang sistematis, terarah, dan intensif. Para guru dan pembimbing bekerja dengan pendekatan personal, progresif, modern," ujar Kepala Sekolah, Eko Sugiyanto dalam keterangan yang dikutip Selasa (25/11).
Dari proses pembinaan tersebut, ada beberapa hal yang bisa ditiru orang tua untuk membantu anak berkembang dan siap berprestasi di kompetisi ilmiah:
1. Ajak anak mengamati masalah di sekitar. Banyak ide penelitian datang dari hal sederhana seperti limbah rumah tangga.
2. Bangun kebiasaan belajar yang konsisten. Pola belajar teratur membantu anak terbiasa menganalisis dan bereksperimen.
3. Libatkan guru atau pembimbing lebih awal. Pendampingan terarah membuat anak lebih cepat memahami metode riset
Baca Juga: Cek Logo, Makna, Tema, hingga Agenda Hari Anak Nasional 2025 dari KemenPPPA RI
4. Sediakan lingkungan belajar yang kondusif. Ruang yang nyaman meningkatkan fokus dan kreativitas.
5. Dukung mental kompetitif yang sehat. Ajarkan anak bahwa proses panjang, revisi, dan kegagalan adalah bagian dari riset.
6. Apresiasi langkah kecil. Penguatan positif membuat anak lebih percaya diri untuk berinovasi.
Sekolah yang berlokasi di Sragen, Jawa Tengah, tersebut menegaskan bahwa prestasi ini baru awal dari perjalanan mereka mencetak generasi yang adaptif, kreatif, dan siap bersaing di tingkat nasional hingga internasional.
Selanjutnya: IHSG Melemah 0,56% ke 8.521 pada Selasa (25/11), AMMN, BBRI, EMTK Top Losers LQ45
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News