Santai

Cara Menangani Kecemasan Berlebihan Akan Penampilan Fisik

Cara Menangani Kecemasan Berlebihan Akan Penampilan Fisik
Reporter: Danielisa Putriadita  |  Editor: Danielisa Putriadita


MOMSMONEY.ID - Semakin banyak individu yang sangat memperhatikan dan mengkhawatirkan penampilan fisiknya. Apalagi di era digital, dengan hadirnya media sosial, keterbukaan informasi dan pasar, membuat individu rela melakukan berbagai upaya, menghabiskan sejumlah uang dan waktu untuk melakukan perawatan dan kegiatan untuk mengubah diri menjadi terlihat menarik dan sempurna. 

Tidak heran, dewasa kini, klinik kecantikan, klinik perawaan tubuh, fitness center dan berbagai tempat lainnya yang dianggp bisa membuat individu memperbaiki penampilan semakin digandrungi. 

Akan tetapi, berdasarkan artikel dalam laman Kayrossconsulting, jika pikiran dan kekhawatiran tersebut muncul secara berlebihan dan mengganggu berbagai fungsi diri seseorang, mungkin individu itu mengalami Body Dysmorphic Disorder (BDD).

Bagaimana seseorang bisa menderita BDD? Belum ada penelitian yang memastikan penyebab BDD dengan jelas. Beberapa faktor kunci berperan dalam munculnya kondisi BDD. Pertama, faktor biologis, seperti perubahan kelainan neuroanatomi, ketidaksesuaian proses visual, perubahan neurotransmitter, dan genetik. 

Faktor psikologis, seperti masalah atau pengalaman buruk pada masa kanak-kanak, sifat individu secara pribadi, dan berbagai teori belajar juga berkontribusi. Terakhir ada juga peranan dari gender, culture, dan media masa sebagai faktor yang penting.

Individu dengan BDD memiliki pemikiran yang salah, sehingga terlalu menekankan pentingnya daya tarik yang dirasakan. Dengan logika ini, penekanan yang tidak proporsional terhadap daya tarik fisik membawa mereka untuk melihat diri mereka negatif, sehingga mereka mengalami rendah diri, kecemasan, malu, dan kesedihan.

Baca Juga: 6 Tanda Kulit Wajah Stres yang Jarang Anda Sadari, Kusam dan Kering Termasuk

Lalu bagaimana penanganan BDD? Tentunya mereka butuh bantuan psikolog. Psikolog dapat memberikan Cognitive-Behavioral Therapy (CBT) atau Exposure & Response Prevention (ERP) atau psikoterapi lainnya. 

Terapi CBT bertujuan menanamkan pola pikir positif dan membuat penderita BDD merasa lebih percaya diri dengan dirinya. Sedangkan terapi ERP bertujuan membimbing dan melatih individu untuk membangun strategi dan jalan keluar dalam mengatasi pikiran-pikiran negatif yang mengganggu konsentrasi.

Atau datang ke psikiater. Jika kondisi BDD cukup berat, individu membutuhkan bantuan obat dari psikiater atau disebut farmakoterapi. Tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi ke aspek lainnya. 

Penggunaan obat anti-depresan dapat digunakan untuk menangani depresi yang biasa dialami oleh penderita BDD, sehingga perilakunya dapat lebih terkendali. 

Akan tetapi, obat-obatan ini memiliki efek samping apabila terus menerus dikonsumsi dalam jangka waktu lama.

Yang tidak kalah penting adalah mendapatkan dukungan dari keluarga. Ini bisa jadi merupakan ‘senjata’ paling ampuh dalam menangani kepercayaan diri penderita BDD. Akan sangat baik jika keluarga menerima dan membantu mereka dalam mengungkapkan perasaan-perasaan stress, depresi, frustrasi dan hal negatif lainnya.

Untuk mendapatkan diagnosa yang tepat tentang gangguan ini, sebaiknya individu yang bersangkutan bertemu tenaga ahli profesional, seperti psikolog klinis atau psikiater.

 

Selanjutnya: Inilah Penyebab Mengapa Harga Bitcoin Anjlok Hari Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News