MOMSMONEY.ID - Binus University menawarkan solusi atas tantangan global yang terus berkembang, mulai mulai disrupsi teknologi hingga ketidakpastian ekonomi.
Dalam forum strategis Dewan Guru Besar yang digelar bertepatan dengan perayaan Dies Natalis ke-44 Binus University, sejumlah guru besar dari berbagai bidang ilmu menyampaikan gagasan dan pemikiran relevan untuk menjawab persoalan bangsa secara multidimensi.
Forum ini diinisiasi sebagai respons terhadap fenomena besar, mulai disrupsi teknologi, ketidakpastian ekonomi, dinamika politik dan hukum, hingga krisis pendidikan serta nilai-nilai kemanusiaan.
Ketua Dewan Guru Besar Binus University Harjanto Prabowo menegaskan, Dewan Guru Besar adalah kekuatan intelektual Binus yang hadir tidak hanya untuk membimbing dunia akademik.
"Kami juga hadir sebagai suara moral dan ilmiah yang menjawab persoalan masyarakat dan bangsa," ungkapnya pada Selasa (1/7).
Salah satu isu utama yang diangkat adalah perkembangan teknologi digital. Derwin Suhartono, Guru Besar Ilmu Komputer, menyoroti pentingnya kebijakan nasional yang adaptif dan agile agar mampu mengimbangi kecepatan inovasi teknologi digital yang kian disruptif.
Di sisi lain, Yanthi Rumbina Ianova Hutagaol, Guru Besar Tetap Ilmu Akuntansi dan Keuangan, menggarisbawahi pentingnya etika digitalisasi di sektor ekonomi, khususnya UMKM.
"Transformasi digital yang sukses bukan hanya soal teknologi, tapi juga keberanian untuk menjaga integritas, transparansi, dan nilai-nilai keadilan sosial dalam praktik bisnis sehari-hari," jelasnya.
Dalam bidang politik dan hukum, penegakan hukum dan stabilitas politik tidak cukup hanya dengan pendekatan normatif. Perlunya integritas, pendidikan etika hukum, serta peran serta publik dalam pengawasan menjadi perhatian utama.
Sementara inovasi dalam ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat dibahas sebagai upaya mendukung kestabilan lintas generasi.
Di sektor pendidikan, Sasmoko, Guru Besar Pendidikan, menyampaikan, kecerdasan buatan (AI) bukanlah pengganti pendidik, melainkan partner strategis.
"AI menciptakan pengalaman belajar yang personal, relevan, dan berorientasi pada pembentukan karakter generasi emas 2045," tuturnya. Revolusi pendidikan berbasis AI menjadi peluang besar untuk mendukung pembelajaran yang lebih efektif dan bermakna.
Fenomena kegagalan startup di Indonesia juga mendapat perhatian khusus. Gatot Soepriyanto, Guru Besar Ilmu Fraud Examination, memberikan refleksi kritis.
Menurutnya, banyaknya kegagalan startup mencerminkan kebutuhan mendesak akan literasi keuangan, tata kelola korporasi yang kuat, dan pengawasan regulatif yang progresif namun inklusif terhadap inovasi.
"Perlunya regulasi yang mendukung inovasi tanpa mengabaikan pengawasan yang ketat," ujarnya.
Melalui forum ini, Binus menegaskan komitmennya untuk tidak hanya fokus pada pengembangan akademik internal, tetapi juga aktif mendampingi perubahan sosial secara berkelanjutan.
Selanjutnya: Surplus Dagang Naik Pasca Perang Mereda
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News