MOMSMONEY.ID - UMKM Indonesia kini dituntut lebih dari sekadar bisa berjualan. Dalam era digital yang cepat berubah, branding menjadi kunci keberlangsungan bisnis.
Branding bukan hanya soal logo menarik atau desain media sosial yang seragam. Lebih dari itu, branding adalah bagaimana produk UMKM diingat, dirasakan, dan dipercaya konsumen.
Contohnya, bisa dilihat dari The Hallway Space di Bandung, yang menyulap lantai dua pasar tradisional menjadi destinasi gaya hidup.
"Dulu orang ke pasar untuk belanja, sekarang mereka datang untuk nongkrong," kata Rilly Robi, Co-Founder The Hallway Space, dalam keterangan tertulis, Rabu (4/6).
Konsep "Nongkrong di Pasar" menjadi identitas yang kuat, membuat tempat ini bukan sekadar lokasi bisnis. Ini membuktikan bahwa konsistensi branding bisa mengubah perilaku konsumen.
Baca Juga: Kolaborasi Kementerian UMKM dan Lazada: UMKM Harus Siap Hadapi Ekonomi Digital
Sementara Photoplace Indonesia juga menunjukkan pentingnya pengalaman dalam branding. Usaha photobox ini berkembang dari pojok kafe di Bogor menjadi jaringan 43 outlet di Jawa dan Bali.
"Buat kami, photobox bukan cuma tempat ambil gambar, tapi ruang kecil yang bisa jadi kenangan," ujar Isni Suci Nuranisa, Marketing Manager Photoplace Indonesia.
Mereka menang bukan dengan promosi besar-besaran, tapi dengan membangun pengalaman otentik yang dikenang pelanggan.
"Riset pasar dan konsistensi menjadi pilar penting strategi branding UKM. “Kalau kita tahu siapa target pasarnya, semua langkah setelahnya jadi lebih jelas," tambah Isni.
Untuk mempercepat transformasi ini, Kementerian Koordinatoor Pemberdayaan Masyarakat akan menggelar program Perintis Berdaya di Bandung, 18-20 Juni 2025.
Pelatihan ini fokus pada penguatan identitas UMKM agar bisa bersaing bukan dengan harga, tetapi dengan makna.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News