Santai

Syahdu, Nonton Film Bisu dengan Iringan Gamelan

Syahdu, Nonton Film Bisu dengan Iringan Gamelan

MOMSMONEY.ID - Para pecinta seni khususnya dalam bentuk film, apakah pernah menonton film yang diiringi musik secara langsung (live music)? 

Jumat (16/8), film bisu karya Garin Nugroho yang berjudul Samsara tayang di pulau Peninsula kawasan The Nusa Dua, Bali. Sekedar informasi, pemutaran film tersebut merupakan rangkaian dari Festival Indonesia Bertutur (INTUR) 2024. 

Pemutaran film dilakukan secara unik, yaitu di ruang terbuka dengan adanya layar dan panggung besar. Ratusan penonton yang hadir duduk di rumput beralaskan tikar saat menonton film ini. 

Uniknya dan memukau, film bisu yang bertema Magic Realism Mistisme atau hal-hal gaib yang ada dalam kehidupan sehari-hari ini, ditayangkan dengan latar belakang musik orkestra gamelan, tari tradisional, topeng, wayang serta dipadukan dengan musik elektronik digital dan topeng kontenporer. 

"Dalam film ini unsur mistis sangat menonjol dan diperkuat dalam bentuk seni tari, peran dan musik," ujar Garin. 

Pertunjukan musik Gamelan Bali dalam film ini dibawakan oleh I Wayan Sudirana, seorang komposer musik dan etnomusikologi lulusan University of British Columbia, Kanada. Ia mempelajari musik kuno Bali, berbagai tradisi musik dunia, dari Korea, Ghana, dan India, serta musik klasik barat. 

Selain itu, musik elektronik digital dibawakan oleh grup musik Gabber Modus Operandi, yaitu Kasimyn dan Ican Harem, yang menyajikan hasil persilangan beberapa genre musik.

Cerita dan pesan

Garin mengatakan film yang mengambil latar belakang Bali di tahun 1930 ini bercerita tentang manusia dengan pengalaman cinta dan kerakusannya. Diceritakan Darta seorang pria miskin yang cintanya ditolak oleh keluarga kekasihnya Juliet anak orang kaya. 

Usaha Darta menikah dengan Juliet dicapai dengan cara gelap hingga ia dan keluarganya mendapat konsekuensi yang buruk. 

Dari film bisu dan hitam putih ini, juga dapat dipetik pesan bahwa setiap orang apapun kondisinya pasti mengalami dilema akan keinginan dengan cara untuk mencapai keinginan tersebut. 

Sementara itu, Direktur Perfileman Musik dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra mengatakan film ini juga dapat dimaknai tentang kelahiran kembali akan sesuatu dari yang tidak baik menjadi baik. Hal ini menurutnya cocok dengan situasi saat ini.

Aktor dalam film Samsara, Ario Bayu mengatakan film bisu Samsara memberikan wajah baru pada dunia perfilman. Selain didukung dengan live music percampuran unsur tradisional dan kontemporer, Ario mengatakan narasi film ini sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti keserakahan selalu timbul dalam jiwa manusia. 

"Tolak ukur kesuksesan feetivall ini bukan pada jumlah penonton yang hadir, tetapi INTUR memiliki tujuan untuk mengukuhkan dan mendiplomasi identitas serta kebudayaan Indonesia, harapannya masyarakat Indonesia bisa menghayati tema-tema substansi ini," kata Mahendra. 

Sekedar informasi, Samsara, karya terbaru dari sutradara Garin Nugroho yang telah dipertunjukkan perdana di Esplanade Concert Hall, Singapura, pada 10 Mei 2024 lalu. 

Sementara, Indonesia Bertutur juga pernah diselenggarakan pada tahun 2022 di Candi Borobudur bertepatan dengan Presidensi G20 Indonesia.

Festival INTUR ini diinisiasi oleh  Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media setiap dua tahun sekali diseling dengan acara Pekan Kebudayaan Nasional. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News