MOMSMONEY.ID - Kecerdasan buatan alias AI ternyata sudah jadi teman akrab banyak orang Indonesia. Menurut survei Ipsos AI Monitor 2025, 85% responden di Tanah Air percaya AI membawa lebih banyak manfaat ketimbang kerugian.
Angka ini bahkan naik dari 80% di tahun 2024 dan jauh di atas rata-rata global yang hanya 56%. Meski begitu, 43% masih merasa sedikit was-was saat menggunakannya.
Dari belanja online, aplikasi kesehatan, sampai rekomendasi tontonan, AI makin sering membantu aktivitas sehari-hari.
Baca Juga: 8 Keterampilan Wajib Kuasai di Era AI
Managing Director Ipsos Indonesia, Hansal Savla bilang antusiasme ini salah satunya karena harapan ekonomi.
“Negara-negara yang paling antusias terhadap AI biasanya adalah negara-negara yang percaya bahwa AI akan memberi manfaat besar bagi perekonomian mereka,” ujarnya dalam keterangan pers yang dikutip Sabtu (16/8).
Tapi, Hansal mengingatkan, penggunaannya harus tetap etis dan benar-benar bermanfaat.
Ipsos melihat, alasan lain orang Indonesia cepat percaya pada AI adalah karena teknologi ini mulai terasa “manusiawi”.
AI yang sukses tidak cuma cepat dan pintar, tapi juga bisa memahami nilai, emosi, dan kebiasaan kita.
Nikolai Reynolds, Ipsos Global Head of Product Testing mengatakan bahwa “Kita tidak bisa hanya mengandalkan teknologi tanpa memahami konteks sosial, nilai, dan emosi pengguna.”
Supaya hasilnya benar-benar sesuai kebutuhan, Ipsos menerapkan konsep human in the loop. Artinya, di setiap tahap pengembangan AI selalu ada campur tangan manusia.
Baca Juga: Teknologi Makin Canggih, Serangan Siber Bisa Menumpang Melalui Kecerdasan Buatan
Gabungan kecanggihan mesin dan intuisi peneliti membuat teknologi ini terasa lebih aman dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Kualitas data juga jadi kunci kepercayaan. Ipsos mengingatkan, AI hanya akan sebaik data yang dipakai. Data yang akurat dan mewakili banyak sisi kehidupan akan membuat AI lebih tepat sasaran.
Makanya, publik lebih percaya pada AI yang dikembangkan dengan pengawasan ketat dan standar etika yang jelas.
Di sisi lain, masyarakat Indonesia memang terkenal cepat beradaptasi dengan teknologi baru. Begitu merasakan manfaatnya, orang cenderung menerima dengan tangan terbuka meski tetap hati-hati.
Dari pengalaman sehari-hari inilah rasa percaya terhadap AI pelan-pelan terbentuk. Bagi Ipsos, menjaga kepercayaan ini penting.
Kalau AI terus dikembangkan dengan empati, keadilan, dan menjaga privasi, masa depan teknologi di Indonesia bukan cuma akan makin canggih, tapi juga makin manusiawi..
Selanjutnya: Industri Teriak Kekurangan Pasokan Gas, Kementerian ESDM Buka Suara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News