MOMSMONEY.ID - Kapan tahun terpanas di Indonesia? BMKG mencatat, selama periode klimatologi 1981 hingga 2020, tahun 2016 merupakan tahun terpanas di Indonesia dengan nilai anomali sebesar 0,8°C.
Tahun 2020 menempati urutan kedua tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0,7°C, dengan tahun 2019 berada di peringkat ketiga dengan nilai anomali sebesar 0,6°C.
Untuk tahun ini, BMKG mencatat suhu tertinggi tercatat di angka 38,7°C pada 9 Oktober lalu di daerah Majalengka, Jawa Barat.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, kondisi Bumi kekinian akibat perubahan iklim cukup mengkhawatirkan.
Tidak hanya bencana yang secara intensitas dan durasi semakin bertambah, namun juga krisis air yang berimbas pada berbagai sektor kehidupan.
Baca Juga: Gerhana Bulan Sebagian akan Terjadi Bulan Ini, Catat Tanggal dan Waktunya
Salah satunya yang terdampak adalah sektor pertanian. Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi dunia akan mengalami ancaman krisis pangan pada 2050 mendatang.
"Belum lama ini, India menolak rencana impor beras dari Indonesia karena tengah mengetatkan kebijakan ekspor guna memenuhi kebutuhan domestiknya," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (17/10).
"Situasi ini menggambarkan bahwa negara lain juga berupaya mengamankan stok pangan mereka. Kondisi cuaca dan iklim yang tidak menentu membuat banyak negara yang juga mengalami situasi sulit," ujarnya.
Menurut Dwikorita, World Meteorolgical Organization (WMO) mencatat, tahun 2023 menjadi tahun dengan pernuh rekor temperatur.
Sepanjang Juni-Agustus menjadi tiga bulan terpanas sepanjang sejarah serta gelombang panas (heatwave) terjadi di banyak tempat secara bersamaan.
Baca Juga: Prakiraan Hujan Pekan Ini, Sebagian Wilayah Diguyur Hujan Kecuali Daerah Berikut
"Perubahan iklim memberikan tekanan tambahan pada sumber daya air yang sudah semakin langka dan menghasilkan apa yang dikenal sebagai water hotspot," ungkapnya.
Dampak perubahan iklim, Dwikorita menyebutkan, sudah sangat terasa di Indonesia.
Tapi, banyak dari masyarakat Indonesia yang tidak memahami dan mengerti bahwa cuaca ekstrem yang kerap terjadi, kejadian iklim maupun kenaikan suhu udara merupakan dampak perubahan iklim.
Kondisi ini membutuhkan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologi dan menurunkan emisi gas rumah kaca.
Dwikorita bilang, guna memitigasi ancaman krisis pangan, BMKG terus melakukan literasi iklim melalui Sekolah Lapang Iklim. Sasarannya adalah petani Indonesia.
BMKG mengajarkan dan melatih keterampilan mereka untuk terampil dalam memahami bagaimana strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di lingkungan wilayahnya, guna memperkuat ketahanan pangan Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News