MOMSMONEY.ID - Berikut adalah realita pekerjaan sampingan saat liburan yang sering disesali karena capek, stres, dan hasilnya tidak sebanding.
Bagi banyak orang, liburan sering dianggap waktu yang pas untuk cari uang tambahan. Pekerjaan sampingan musiman terlihat praktis karena sifatnya sementara dan tidak terikat lama.
Namun kenyataannya, tidak semua pekerjaan liburan memberi pengalaman menyenangkan. Ada yang justru pulang dengan badan pegal, pikiran lelah, dan rasa menyesal.
Melansir dari Go Banking Rates, ada beberapa jenis pekerjaan sampingan liburan yang ternyata lebih banyak mudaratnya.
“Sering kali orang hanya melihat hasil uangnya, tapi lupa menghitung energi dan waktu yang terkuras,” ujar Chris Lin.
Baca Juga: 10 Kebiasaan Finansial yang Tanpa Disadari Menghambat Kemapanan Hidup
Alasan pekerjaan sampingan liburan sering terlihat lebih indah dari kenyataan
Pekerjaan liburan kerap dipromosikan sebagai kerja ringan dengan bayaran cepat. Padahal saat musim liburan, justru ritme kerja sedang padat padatnya.
Jumlah pelanggan meningkat, jam kerja memanjang, dan tekanan emosional ikut naik. Tanpa persiapan mental dan fisik, pekerjaan sampingan bisa berubah jadi sumber stres baru yang merusak suasana liburan.
Moderasi iklan online yang diam diam menghabiskan waktu
Pekerjaan digital seperti moderasi iklan online sering dianggap fleksibel karena bisa dikerjakan dari rumah. Namun dalam praktiknya, pekerjaan ini menuntut kesiapsiagaan hampir sepanjang hari.
Chris Lin harus memantau konten tanpa henti, terutama menjelang hari besar. Waktu istirahat jadi tidak jelas, dan fokus mental terus terkuras. Dari luar terlihat santai, tapi kenyataannya cukup menguras energi.
Jaga kios mal yang bikin badan cepat tumbang
Kerja di kios musiman mal sering dianggap mudah karena hanya melayani pembeli. Nyatanya, berdiri berjam jam di tengah keramaian bukan hal sepele.
Gwenda Harmon merasakan sendiri bagaimana tubuhnya mulai sakit setelah beberapa minggu bekerja. Suasana bising, tekanan pembeli yang terburu buru, serta minimnya fasilitas membuat pekerjaan ini terasa berat. Penghasilan yang didapat pun tidak sebanding dengan kelelahan fisik.
Main musik di toko yang malah bikin stres
Bagi musisi, tampil saat musim liburan terdengar seperti kesempatan emas. Tapi pengalaman Cliff Beach justru sebaliknya. Ia merasa tidak punya ruang untuk berekspresi karena terus diawasi dan diarahkan secara berlebihan.
Lagu harus diulang, tempo diminta diubah, bahkan hal teknis kecil ikut dikritik. Alih alih menikmati pertunjukan, pekerjaan ini terasa penuh tekanan.
Bungkus kado yang penuh tuntutan emosi
Membungkus kado sering dianggap pekerjaan ringan dan menyenangkan. Faktanya, banyak pelanggan sangat detail dan perfeksionis. Vincent Carrié harus menghadapi pembeli yang mudah emosi hanya karena posisi pita atau lipatan kertas.
Tip yang minim membuat pekerjaan ini terasa tidak sepadan dengan energi dan kesabaran yang dikeluarkan.
Baca Juga: 5 Strategi Elegan Menagih Utang yang Lama Tak Dibayar tanpa Bikin Masalah Baru
Instruktur ski yang jarang menikmati salju
Menjadi instruktur ski identik dengan liburan di pegunungan bersalju. Namun kenyataan yang dialami Brian Raffio jauh berbeda.
Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mengajar pemula dengan jadwal padat dari pagi hingga malam. Kesempatan menikmati lintasan ski justru sangat terbatas. Meski bayarannya cukup, kepuasan pribadi yang diharapkan tidak tercapai.
Pelajaran penting sebelum ambil kerja sampingan liburan
Pengalaman para pekerja ini bisa jadi pengingat penting. Pekerjaan sampingan liburan tidak selalu seindah iklannya. Sebelum menerima tawaran, penting untuk memahami jam kerja, tekanan fisik, beban mental, dan hasil yang akan didapat.
Dengan pertimbangan matang, pekerjaan sampingan bisa tetap jadi solusi keuangan tanpa mengorbankan kesehatan dan kebahagiaan saat liburan.
Selanjutnya: Cara Kelola Anggaran saat Penghasilan Tidak Menentu agar Keuangan Tetap Stabil
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News