MOMSMONEY.ID - Serangan siber berbasis kecerdasan buatan (AI) diprediksi meningkat tajam pada 2026 dan dapat memicu kerugian ekonomi besar bagi perusahaan.
Fortinet memperingatkan bahwa serangan digital akan berjalan lebih cepat daripada kemampuan identifikasi manusia, sehingga risiko gangguan operasional dan kerugian finansial bisa melonjak.
Rashish Pandey, Vice President of Marketing and Communications APAC Fortinet, mengatakan bahwa AI telah mengubah pola serangan secara drastis.
“AI memungkinkan serangan berjalan tanpa henti dan tanpa campur tangan manusia. Dalam konteks bisnis, hal ini dapat menyebabkan kerugian operasional dan finansial yang signifikan hanya dalam hitungan menit,” tegasnya dalam keterangan yang dikutip Rabu (10/12).
Baca Juga: Tren Kelas Favorit di Coursera 2025, Masyarakat Indonesia Kepo Tentang AI & Digital
Agar bisnis tidak jadi korban berikutnya, berikut langkah yang disarankan Fortinet:
1. Mulai dari loss analysis
Menurut Edwin Lim, Country Director Fortinet Indonesia, banyak perusahaan belum menyadari besarnya potensi kerugian akibat serangan siber.
“Banyak organisasi tidak menyadari bahwa satu jam downtime pada aplikasi kritis bisa menyebabkan kerugian ratusan juta hingga miliaran rupiah,” ujarnya.
Langkah pertama adalah melakukan analisis kerugian untuk menghitung dampak finansial dari berbagai skenario—mulai dari kebocoran data hingga ransomware.
2. Tentukan sistem mana yang paling kritis
Edwin mengingatkan bahwa perusahaan sering salah menilai prioritas.
“Banyak organisasi berfokus pada ERP atau sistem keuangan, tetapi mengabaikan aplikasi lain yang ternyata lebih berdampak pada pendapatan harian,” jelasnya.
Beberapa aplikasi yang terlihat sederhana, seperti API pembayaran atau chat internal—justru berperan langsung dalam transaksi pelanggan dan dapat menimbulkan kerugian besar jika tumbang.
Baca Juga: DANA Luncurkan AI Enablement Playbook: Panduan Adopsi AI Aman
3. Gunakan sistem keamanan yang terintegrasi
Fortinet menyoroti bahwa banyaknya produk keamanan yang tidak saling terhubung menciptakan celah besar bagi penyerang. Integrasi diperlukan agar perusahaan punya visibilitas menyeluruh dan bisa mengotomatisasi respons ancaman.
Edwin menegaskan bahwa integrasi adalah kunci menghadapi serangan AI multivektor yang datang dari berbagai arah sekaligus.
4. Terapkan machine-speed defense dan kerangka kerja CTN
Rashish memperingatkan bahwa pada 2026 perusahaan harus siap menghadapi serangan multivektor yang lebih agresif. Untuk itu, ia merekomendasikan konsep machine-speed defense serta kerangka kerja CTN (Cyber Threat Neutralization).
Pendekatan ini memberikan langkah berjenjang mulai dari konsultasi, pemetaan risiko, hingga implementasi strategi keamanan yang bisa disesuaikan dengan kapasitas perusahaan.
Baca Juga: Prompt Edit Foto Bareng BLACKPINK Pakai Gemini AI, Ada juga Foto sama Jungkook
5. Tingkatkan kemampuan SDM keamanan
Meski AI semakin kuat, manusia tetap menentukan arah strategi keamanan.
Edwin menekankan bahwa perusahaan harus memastikan tim mereka terlatih dalam mengelola sistem modern. Fortinet juga memperkuat talenta lokal melalui Fortinet Academy yang bekerja sama dengan universitas-universitas di Indonesia.
Fortinet menegaskan bahwa tahun 2026 akan menjadi momen penting bagi ketahanan ekonomi digital Indonesia. Perusahaan yang mampu memahami risiko dan membangun pertahanan terintegrasi akan lebih siap menghadapi serangan AI yang semakin cepat dan kompleks.
Selanjutnya: Ini Deretan Promo Hemat Lazada 12.12, Ada Diskon Sampai 95%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News