BisnisYuk

Kumpulkan Cuan dari Jualan Sarapan Serba Rp 10.000 yang Sedang Menjamur

Kumpulkan Cuan dari Jualan Sarapan Serba Rp 10.000 yang Sedang Menjamur
Reporter: Jane Aprilyani  |  Editor: S.S. Kurniawan


MOMSMONEY.ID - Usaha menyediakan paket sarapan pagi serba Rp 10.000 kini menjamur di banyak lokasi. Meski harganya murah, tapi karena ramai, bisnisnya jadi menggiurkan.

Pagi itu, suasana di Jalan depan SMKN 7 Tangerang riuh oleh kendaraan bermotor yang lalu-lalang. Bunyi klakson motor sahut-sahutan, deru mobil, dan juga langkah cepat para pelajar yang hendak berangkat sekolah. 

Di seberang sekolah, ada Nurhayati, 38 tahun, yang terbiasa dengan suasana itu. Ia sibuk menata meja yang di atasnya terdapat tumpukan kotak mika berisi nasi dengan aneka lauk-pauk. Lauknya sih sederhana seperti telur dadar, orek tempe, bihun dan sambal goreng. 

Yati cekatan menyusun deretan kotak mika transparan yang dijual ke pelanggannya yang mayoritas siswas sekolah. Sarapan yang menjadi bekal siswa itu dijual seharga Rp 10.000 dan sudah tersaji sejak subuh. 

Saban hari, sekitar 50 sampai 100 paket sarapan keluar dari dapurnya. Yati melayani pelanggan yang sudah berdatangan sejak pukul 06.30 WIB. Kebanyakan pembeli adalah pegawai kantoran yang tidak sempat memasak sarapan untuk anak mereka. 

Aktivitas ini menjadi peluang yang menjanjikan baginya. Setidaknya pendapatan Rp 500.000 sampai Rp 1 juta berhasil ia peroleh per hari. 

Yati sudah delapan bulan menekuni usaha jualan sarapan ini. Selain cuannya yang menggiurkan, dari sisi waktu juga terbilang bersahabat. "Jualannya sampai pukul 11 siang saja," ujar perempuan yang berstatus sebagai ibu rumah tangga itu.

Baca Juga: Ingin Bisnis UMKM Kuliner Berkembang, Wajib Adaptasi Digital

Semula Yati hanya membidik pasar untuk siswa sekolah saja. Namun ternyata, karyawan perbankan yang berkantor tak jauh dari sekolah juga membeli paket sarapannya. "Banyak pesanan dari pegawai BCA, BRI sama Mandiri," imbuh Yati.

Selain Yati, ada Tri Lestari atau Tari, pemilik Dapur Anakos di Cikarang, Jawa Barat yang mendapatkan cuan dari paket sarapan pagi. Dalam tempo dua jam, Tari paket sarapannya ludes dibeli oleh orangtua siswa. 

Ada sekitar 500-an porsi sarapan per hari habis dibeli pelanggannya, baik itu pelajar maupun pegawai yang berada di Cikarang. Saban bulan Tari berhasil membawa pulang pendapatan Rp 30 juta. 

Tari menjelaskan, sarapan sejatinya tak melulu hanya konsumsi bubur atau nasi uduk saja. Maka itu Tari menyajikan banyak varian menu sarapan agar konsumen yang datang, punya banyak pilihan. Tengok saja, ada  nasi putih dan nasi kuning dengan aneka pilihan lauk dan sayur, salad sayur, sandwich hingga camilan mochi, kue gabin, risol dan masih banyak lagi.

Meski menunya bervariasi, Tari menetapkan paket satu harga senilai Rp 10.000. "Yang pasti dijamin mengenyangkan," sebut Tari.

Peluang yang sama juga digarap oleh Putri Ramadhana, pemilik usaha Oishii Bento di Tanjung, Kalimantan Selatan. Ia bilang, kunci sukses jualan paket sarapan adalah harus cocok di lidah konsumen. Selain itu, penyajiannya juga mesti praktis.

"Konsumen sekarang mau yang instan, tinggal ambil, makan, selesai," sebutnya.

Baca Juga: Dari Satu Jadi Puluhan Gerai, Ini Rahasia Bisnis Jus Antara

Putri mencermati, tidak semua pelajar membawa bekal dan uang saku dalam jumlah banyak. Maka itu sarapan Rp 10.000 dianggap terjangkau bagi banyak kalangan. Belum lagi porsinya yang membuat rasa lapar hilang.

Saat ini, Oishii Bento menyediakan 50 macam menu sarapan dan cemilan seperti nasi dengan ayam cabe garam, ayam teriyaki, nasi goreng, nasi bakar, nasi uduk, beef yakiniku, corndog, pentol, dan lain-lain. "Sehari 500 boks terjual," bebernya.

Dengan demikian, Putri bisa membawa pulang pendapatan Rp 5 juta per hari. Pendapatan ini tak lepas dari tingginya minat akan sarapan murah. Soal margin, Putri bilang bisa 100% karena modal untuk seporsi paket sarapan itu hanya Rp 5.000 per paket. 

Dengan pendapatan Rp 5 juta per hari, setidaknya Putri masih bisa membawa pulang margin kotor Rp 2,5 juta atau Rp 75 juta per bulan. Maka itu, Putri hanya butuh waktu dua bulan mengembalikan modal usaha. 

Bahan baku

Dalam menjalankan bisnis makanan, bahan baku menjadi salah satu faktor kunci. Putri bilang ia saban hari menghabiskan sekitar Rp 2,5 juta untuk belanja beras, ayam, daging, bawang, cabe dan bumbu lainnya.

Adapun biaya tambahan yang ia keluarkan lainnya hanyalah untuk keperluan gaji satu karyawan yang menjaga lapak usaha sebesar Rp 35.000 per hari. Adapun untuk proses memasak, Putri melakukannya di rumah agar higienis dan lebih sehat. 

Untuk tempat berjualan, Putri tak perlu sewa karena menempati ruang di pinggir jalan atau titip jual di lapak kantin. Begitu juga dengan Tari, ia tak perlu mengeluarkan biaya sewa lapak atau gerai usahanya. Ia hanya menjajakan sarapannya di gerbang Cikarang Pass dekat SPBU Cikarang Pass. Lokasinya pinggir jalan sehingga mudah dijangkau konsumen.

Baca Juga: Pebisnis Merapat! Inilah Tips Mengelola Keuangan Bisnis Anda

Karena itu, modal usaha ini terbilang minim, sekitar Rp 500.000 saja sudah bisa jalan. Itupun untuk membeli bahan baku dengan beberapa menu nasi dan membuat banner usaha. Untuk peralatan usaha, seperti meja tempat menaruh paket sarapan, ia menggunakan meja pribadi miliknya.

Dengan demikian, Tari tak perlu mengeluarkan biaya besar di awal usaha. Bermula dari satu karyawan yang menjaga gerainya, kini Tari sudah mempekerjakan tiga karyawan. Penambahan karyawan seiring dengan naiknya penjualannya. 

Namun, cara berbeda ditempuh oleh Yati, yang menjalankan usahanya dengan suami serta adiknya. Sehingga Yati tak perlu mengeluarkan modal tambahan untuk menggaji karyawan. Ia memilih menjalankan usaha bersama anggota keluarganya. .

Cuma, Yati membuka pilihan untuk menerima karyawan untuk usahanya. Hanya saja, yang ia butuhkan adalah karyawan yang punya keahlian memasak dan punya kemampuan dalam hal penyajian makanan yang menarik. 

Sebab, usaha yang dijalankan berkaitan dengan sajian kuliner yang dikonsumsi. Selain soal keunggulan rasa, tampilan makanan juga menjadi hal utama. 

Untuk menjaga rasa, Putri bilang, mereka memastikan menggunakan bahan baku berkualitas. Meski dijual seharga Rp 10.000, namun bahan baku tidak boleh asal. 

Hanya saja, Putri tak menampik, tantangan menjalankan bisnis kuliner itu terletak pada kenaikan harga dari bahan baku yang tak menentu.

Baca Juga: 17 Ide Bisnis Makanan Modal Kecil tapi Cuan Besar, Ini Daftarnya!

Jika harga bahan baku lagi naik, maka ia mesti siap-siap memangkas margin dan membukukan keuntungan tipis. Sebaliknya, jika harga bahan baku lagi turun, Putri akan menikmati margin tebal.

Untuk menyiasati harga bahan baku naik, Putri terkadang membuat terobosan menyediakan menu yang lebih hemat atau hidangan yang tak butuh banyak bumbu. "Ini cara mengimbangi pengeluaran," jelas Putri.

Tantangan dari harga bahan baku ini juga dijelaskan oleh Tari. Salah satu komoditas yang kerap dikeluhkan Tari adalah harga sayuran. Seperti saat ini, harga selada naik hingga puluhan ribu per kilogram.

Meski demikian, perempuan berusia 27 tahun itu tetap membeli sayur tersebut, dengan alasan menjaga kualitas rasa. Selain tantangan dari bahan baku, kehadiran kompetitor juga menjadi tantangan dalam menjalankan bisnis ini. 

Maka itu, Yati harus menguras strategi agar pelanggannya tidak beralih ke pihak lain. Strategi yang ditempuh diantaranya penambahan menu-menu baru yang menarik perhatian konsumen.

Kendala lain yang kerap menjadi tantangan bisnis sarapan pagi ini adalah, cuaca. 

"Kalau hujan terus ya rugi, karena tidak ada yang beli," ujar  Yati. Dengan tantangan yang dihadapi, Anda tertarik jajal usaha ini?                               

Selanjutnya: Promo Richeese Factory: Fire Chicken Mabar 3 Hanya Rp 127.273

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News