MOMSMONEY.ID - Kesehatan mental ternyata berpengaruh dalam seseorang mengelola keuangan lo. Berikut ini faktanya.
Di tengah akses keuangan yang semakin mudah dan cepat, literasi mengenai pengelolaan keuangan yang bertanggung jawab menjadi penting.
Masyarakat juga harus menyadari bahwa pengelolaan keuangan yang bertanggung jawab membutuhkan kesehatan mental yang stabil.
Ternyata, kondisi mental bisa mempengaruhi keputusan seseorang dalam mengeluarkan uang, lo.
Seringkali terjadi bukan? Ketika kondisi mental lagi kurang stabil, seseorang jadi bingung memilih prioritas, termasuk menentukan beli atau tidak bahkan bingung mengatur cash flow.
Dari sisi klinis, psikolog mengatakan memang ada hubungannya loh, kondisi mental dengan keputusan dalam mengatur uang.
"Kondisi emosi, stres, dan tekanan sosial mempengaruhi cara seseorang berpikir termasuk cara mereka mengambil keputusan finansial," kata Disya Arinda, Psikolog Klinis dari RS Mayapada, Selasa (2/12).
Baca Juga: Ini Alasan Literasi Finansial Penting bagi Pelaku UMKM Perempuan
Oleh sebab itu penting untuk menyadari bahwa kesehatan mental berpengaruh dalam seseorang mengelola uangnya. Berikut faktanya.
1. Ketika emosi mengambil alih fungsi eksekutif otak
Saat stres atau cemas bagian otak (prefrontal cortex) yang bertanggung jawab pada perencanaan, analisis risiko dan keputusan jangka panjang akan melemah. Ini membuat seseorang cenderung implusif, menghindar, atau mengambil keputusan jangka pendek.
"Emosi tidak stabil membuat seseorang untuk berpikir logis, termasuk keputusan dalam berbelanja, ini sebabnya terjadi implusif," kata Disya.
2. Financial coping: uang sering menjadi alat regulasi emosi.
Banyak orang menggunakan belanja, mengambil pinjaman atau menghamburkan uang sebagai cara tidak langsung untuk mengurangi stres, kesepian atau rasa tidak berdaya.
Jadinya, uang yang keluar tidak diperuntukkan pada tujuan yang tepat seperti membayar kewajiban dan kebutuhan saja, melainkan dipengaruhi oleh keputusan yang berdasar pada emosi.
"Tanpa disadari ini menciptakan pola emotional spending atau emotional debt," ujar Disya.
Baca Juga: 4 Langkah Sederhana Warren Buffett Menuju Keamanan Finansial yang Bisa Kamu Tiru
3. Stres kronis mengubah persepsi akan risiko
Disya mengatakan penelitian menunjukkan bahwa stres membuat orang lebih mudah mengambil keputusan ekstrem, seperti terlalu berani (high risk decision) atau terlalu takut dengan menghindari keputusan penting seperti investasi, menabung atau membayar utang.
Padahal, kesehatan mental yang baik meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan finansial. Termasuk, mampu membuat rencana, menahan implus, mengevaluasi risiko, dan berpikir jangka panjang.
Dengan begitu, Disya menekankan, penting bagi seseorang untuk merawat mental health yang menjadi bagian dari financial planning jangka panjang.
Sebab, mental yang sehat menciptakan pola pengelolaan uang yang lebih konsisten dan adaptif dalam jangka panjang.
Selanjutnya: Citra Marga Nusaphala (CMNP) Targetkan Pendapatan Rp 4,18 Triliun pada 2026
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News