Bugar

Kemenkes Bagikan Upaya Pencegahan dan Pengendalian Malaria

Kemenkes Bagikan Upaya Pencegahan dan Pengendalian Malaria

MOMSMONEY.ID - Malaria merupakan penyakit infeksi disebabkan oleh parasit Plasmodium, yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Ini merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi perhatian dunia, termasuk di Indonesia.

Plh. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan Hellen Dewi Prameswari mengatakan Indonesia menyumbangkan kasus malaria terbanyak kedua di Asia, setelah India. Indonesia mencatat estimasi 811.636 kasus positif pada 2021.

“Indonesia merupakan salah satu dari sembilan negara endemik malaria di wilayah Asia Tenggara yang menyumbang sekitar 2% dari beban negara malaria secara global,” kata Helen dalam keterangan tertulis, Selasa (28/5).

Kemenkes mencata, tren pemeriksaan kasus malaria mengalami kenaikan pada 2023 dengan 3.464.862 pemeriksaan dibandingkan tahun 2022 dengan 3.358.447 pemeriksaan. Namun, angka positif malaria mengalami penurunan pada 2023 dengan 418.546 kasus dibandingkan 2022 sebanyak 443.530 kasus.

Meski mengalami peningkatan pemeriksaan dan penurunan kasus positif, target nasional Positivity Rate (PR) malaria <5% masih belum tercapai. Capaian nasional pada 2023 masih sebesar 12,08%.

Helen mengatakan, diperlukan peningkatan penemuan kasus baik aktif dan pasif di daerah endemis maupun di daerah bebas malaria yang berisiko serta peningkatan pencatatan dan pelaporan pada sismal V3.

Baca Juga: Musim Kemarau Tiba, Wilayah Ini Berpotensi Alami Kekeringan Meteorologis

Adapun, malaria dapat dicegah dan dikendalikan dengan upaya pengendalian vektor serta penatalaksanaan kasus malaria yang tepat. 3 tiga upaya pengendalian vektor malaria antara lain:

Pertama, membersihkan lingkungan agar tidak menjadi sarang nyamuk. Ini bisa dilakukan dengan cara menggerakkan masyarakat untuk membersihkan lingkungan, melancarkan saluran air agar tidak tergenang, mengeringkan air yang tergenang, serta membersihkan lumut pada mata air dan danau.

Kedua, mengurangi populasi nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, nila merah, gupi, mujair dll.) di lagun, kali, kolam dan air tergenang lainnya. Lalu menebarkan larvasida/racun jentik serta menanam tanaman pengusir nyamuk seperti kecombrang, sereh, zodia, lavender dan marigold.

Ketiga, menghindari gigitan nyamuk malaria. Cara ini bisa dilakukan dengan tidur menggunakan kelambu anti nyamuk, memakai obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada lobang angin/ventilasi rumah, menjauhkan kandang ternak dari rumah, memakai obat anti nyamuk oles (repelen). Bila keluar rumah pada malam hari, memakai pakaian yang dapat menutup badan seperti celana panjang, baju tangan panjang, sarung dan lain-lain.

Sementara itu, tata laksana kasus malaria dapat melalui pemeriksaan laboratorium dengan cara pemeriksaan sediaan darah untuk penegakan diagnosis dan pengobatan sesuai standar program nasional.

Kemenkes juga mencatat pada 2023 sebanyak 389 kabupaten/kota telah melakukan eliminasi malaria sesuai target. Ditargetkan, di 2030, seluruh wilayah Indonesia telah bebas kasus malaria.

Ada 4 inovasi yang dibuat Kemenkes sebagai upaya percepatan eliminasi malaria. Pertama, Mass Drug Administration (MDA), yakni pengobatan malaria secara massal di daerah endemis tinggi malaria terpilih. Kedua, Intermittent Preventive Treatment (IPT) in pregnancy, yakni pencegahan malaria dengan obat malaria pada ibu hamil pada daerah endemis tinggi malaria terpilih. Ketiga, pengembangan vaksin malaria. Terakhir, intervensi pengobatan pencegahan dan repelen (repellent) pada pekerja hutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News