MOMSMONEY.ID - Berikut panduan untuk Moms yang memiliki anak agar waspada saat sang buah hati menggunakan aplikasi Chatbot AI dan teman virtual.
Moms, di tengah pesatnya kemajuan teknologi digital, banyak anak-anak dan remaja menggunakan chatbot AI dan pendamping virtual sebagai teman bicara maupun tempat curhat.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar tentang seberapa aman interaksi mereka dengan kecerdasan buatan yang kini begitu mudah diakses hanya lewat ponsel.
Dengan minimnya kontrol usia dan konten, banyak ahli memperingatkan risiko tersembunyi dari penggunaan chatbot AI yang tidak didampingi oleh orang tua secara langsung.
Untuk itu, penting bagi kita memahami lebih dalam tentang bagaimana teknologi ini bekerja dan dampaknya terhadap kesehatan mental serta perilaku anak di era digital.
Baca Juga: Universitas Negeri Malang Kenalkan AI dan Keamanan Data untuk Hadapi Era Digital
Simak panduan lengkapnya yang telah dirangkum Momsmoney dari laman ABC Net pada Jumat (1/8) berikut untuk Moms catat agar anak tetap terjaga.
Mengenal chatbot AI dan pendamping digital yang digunakan anak-anak
Chatbot AI adalah program yang mampu meniru percakapan manusia dengan memanfaatkan kecanggihan kecerdasan buatan seperti pemrosesan bahasa alami agar dapat menjawab pertanyaan penggunanya secara otomatis.
Sementara pendamping AI adalah bentuk lanjutan dari chatbot yang dirancang untuk menciptakan hubungan emosional dengan pengguna, bahkan menyerupai teman, pasangan romantis, atau pendengar yang setia.
Aplikasi seperti ChatGPT atau Gemini biasanya digunakan untuk menjawab pertanyaan, tapi pendamping AI lebih diarahkan untuk menemani dan membentuk ikatan personal.
Dengan ketersediaannya di perangkat mobile dan sistem suara, banyak anak yang mulai mengakses teknologi ini tanpa pengawasan memadai.
Risiko tersembunyi dari penggunaan chatbot AI oleh anak-anak
Sebagian besar chatbot AI dan pendamping digital tidak dirancang khusus untuk anak, sehingga minim fitur keamanan seperti verifikasi usia dan moderasi konten.
Studi terbaru di Australia menunjukkan bahwa 35 persen anak muda telah menggunakan chatbot AI untuk keperluan mengobrol, bahkan terkait topik sensitif seperti seks dan menyakiti diri sendiri.
Anak-anak yang merasa kesepian atau butuh tempat curhat emosional berisiko tinggi menjadikan chatbot sebagai pengganti teman nyata, padahal jawaban yang mereka terima belum tentu benar atau etis.
Teknologi ini pun dirancang untuk mempertahankan perhatian pengguna selama mungkin, sehingga anak-anak dapat terjebak dalam percakapan yang panjang dan manipulatif secara emosional.
Mengapa Moms perlu melek literasi digital AI sejak dini
Pengawasan dari orang tua menjadi kunci utama untuk mencegah dampak buruk dari penggunaan chatbot AI yang tidak sesuai usia.
Memahami cara kerja kecerdasan buatan dan mengajarkan anak-anak untuk berpikir kritis terhadap jawaban yang mereka terima dari chatbot bisa menjadi bekal penting di era digital ini.
Beberapa sekolah di Australia bahkan sudah menerapkan kurikulum literasi AI agar anak-anak tidak hanya bisa menggunakan teknologi, tapi juga memahami batasannya.
Dengan pendekatan yang tepat, Moms bisa membantu anak-anak menghindari risiko dan sekaligus memanfaatkan peluang positif dari teknologi berbasis AI.
Baca Juga: Daftar Pekerjaan yang Terancam Hilang dengan Kehadiran Kecerdasan Buatan di 2025
Dampak jangka panjang dan pentingnya pendampingan orang tua
Ketergantungan emosional pada chatbot AI dapat berdampak negatif terhadap kemampuan anak membangun relasi sosial yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Di sisi lain, jika digunakan dengan bijak dan dalam lingkungan yang aman, AI berpotensi mendukung pendidikan dan membuka peluang karier masa depan yang lebih luas.
Namun, tanpa panduan yang benar dari orang dewasa, anak-anak bisa terpapar informasi keliru, normalisasi perilaku yang tidak sehat, hingga distorsi dalam membedakan dunia maya dan nyata.
Maka dari itu, Moms tidak boleh lengah, karena peran keluarga sangat vital dalam membentuk pemahaman anak terhadap teknologi yang begitu cepat berkembang.
Moms perlu lebih aktif dalam memahami bagaimana anak-anak menggunakan chatbot AI dan pendamping digital, karena dampaknya bisa meluas dari sekadar hiburan hingga membentuk pola pikir dan emosional anak.
Dengan memberikan arahan, membangun komunikasi terbuka, serta membekali anak dengan literasi digital yang kuat, kita bisa menjaga mereka tetap aman sambil mempersiapkan mereka menghadapi masa depan berbasis teknologi.
Peran orang tua bukan hanya mengawasi, tapi juga menjadi pendamping utama agar anak tidak kehilangan arah saat menjelajah dunia digital yang makin kompleks.
Di tahun 2025 ini, sudah saatnya Moms mengambil langkah nyata agar anak-anak bisa menggunakan chatbot AI secara sehat, bijak, dan bertanggung jawab.
Selanjutnya: Link Live Streaming Race Formula 1 GP Hungaria Hari Minggu (3/8), Start 19.55 WIB
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News