MOMSMONEY.ID – Di tengah keramaian isu politik di Tanah Air, ternyata prospek ekonomi Indonesia untuk sisa tahun 2025 tetap menjanjikan, didorong oleh stimulus fiskal, perjanjian perdagangan, dan pelonggaran kebijakan moneter yang membuka jalan bagi pertumbuhan berkelanjutan.
Menurut, Gioshia Ralie, CEO & Senior Country Officer J.P. Morgan Indonesia, valuasi pasar yang menarik dan kebijakan strategis juga memberi prospek cerah pada sektor-sektor tertentu seperti barang konsumsi, properti, dan perbankan. ”Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) yang baru diumumkan turut memperkuat optimisme ini, dengan keseimbangan antara dorongan pertumbuhan dan disiplin fiskal,” kata Gioshia.
Berikut ini rangkuman prospek ekonomi Indonesia menurut JP Morgan. Yuk Simak di bawah ini :
APBN 2026
- Secara keseluruhan, J.P. Morgan menilai anggaran 2026 berhasil menjaga keseimbangan antara disiplin fiskal, pendanaan program strategis pemerintah, investasi jangka panjang, dan kebutuhan jangka pendek untuk mendorong konsumsi masyarakat.
- Pandangan optimistis pemerintah terhadap sektor perekonomian dan bisnis Indonesia tercermin dalam a) perkiraan pertumbuhan PDB 2026 sebesar 5,4% (dibandingkan dengan 4,7-5,0% dalam outlook 2025) dan b) perkiraan pendapatan fiskal yang menunjukkan pertumbuhan tahunan sebesar +9,8% (dibandingkan dengan 0,5% tahunan dalam outlook 2025).
- Pada saat yang sama, pemerintah tetap berkomitmen pada kebijakan fiskal yang cermat, karena defisit fiskal diperkirakan akan turun menjadi 2,48% dari PDB dibandingkan dengan 2,78% pada tahun 2025.
- Pidato Presiden Prabowo membahas ambisinya untuk memberantas korupsi, komitmennya terhadap reformasi birokrasi dan optimalisasi biaya di lembaga pemerintah dan BUMN, serta pencapaian pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan melalui pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik dan percepatan program unggulan pemerintah.
- Total anggaran dan cadangan untuk Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) pada tahun 2026 ditetapkan sebesar IDR335 triliun (~US$21 miliar atau 1,3% dari PDB, naik dari US$7,5-11 miliar pada tahun ini);
- IDR83tn (~US$5bn) dialokasikan untuk program koperasi desa Merah Putih – dana tersebut akan disetorkan kepada bank-bank BUMN dan akan disalurkan dalam bentuk fasilitas kredit;
- US$45 miliar/US$15 miliar dialokasikan untuk Pendidikan dan Kesehatan, masing-masing meningkat +10% dan +16% secara tahunan (YoY);
- Potensi dukungan terhadap konsumsi masyarakat dengan peningkatan anggaran subsidi sebesar +11%, yang didorong terutama oleh kenaikan sekitar ~17% dalam subsidi LPG dan listrik, sementara subsidi minyak bakar dan non-energi relatif stabil.
Baca Juga: Masyarakat Masih Dominan Simpan Tunai, Pertumbuhan Ekonomi Jadi Sulit Naik Tinggi
Kesepakatan Dagang dengan Amerika Serikat pada 16 Juli 2025
- Perkembangan ini memberi sentimen positif jangka pendek bagi pasar, karena tarif headline 19% lebih rendah daripada usulan awal 32%.
- Indonesia menjadi negara ASEAN kedua setelah Vietnam (tarif 20%) yang mencapai kesepakatan dagang dengan AS.
- Risiko ketidakpastian perdagangan Indonesia-AS berkurang, sehingga sebagian arus keluar dari pasar saham Indonesia berpotensi masuk kembali.
- Kondisi makroekonomi domestik yang lemah dan dampak sekunder potensial dari tarif masih menimbulkan risiko penurunan terhadap perkiraan Earnings Per Share (EPS) dalam jangka pendek hingga menengah, tetapi J.P. Morgan percaya valuasi yang menarik dan dividen dapat memberikan sedikit bantalan.
Pelonggaran Moneter
- Setelah pemotongan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) menjadi 5%, J.P. Morgan memperkirakan ada ruang untuk tiga kali pemotongan tambahan sebesar 25 basis poin hingga akhir tahun, yang akan menurunkan suku bunga acuan menjadi 4,25% Pemotongan suku bunga terbaru menandakan kebijakan moneter yang lebih akomodatif (dovish), yang berpotensi meredam dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
- Meskipun dinamika pertumbuhan-inflasi melemah, kemampuan BI untuk memperpanjang siklus pemotongan suku bunga tetap bergantung pada stabilitas valuta asing. Dalam hal ini, kondisi eksternal yang kondusif saat ini, yang telah menyebabkan aliran modal asing yang kuat, telah sangat membantu dalam menanggulangi kelemahan di bagian lain Neraca Pembayaran (misalnya, penurunan harga komoditas, dan dolarisasi domestik yang persisten).
Pengeluaran Fiskal
- J.P. Morgan memperkirakan prospek yang lebih cerah pada paruh kedua 2025, seiring telah selesainya restrukturisasi anggaran pada paruh pertama 2025 (program efisiensi anggaran senilai ~US$20 miliar), dengan rencana tambahan pengeluaran pemerintah dan program stimulus yang siap diluncurkan.
- Paket stimulus senilai US$1,5 miliar (IDR24 triliun) yang diumumkan oleh Menteri Keuangan pada 2 Juni 2025 untuk mendongkrak ekonomi seharusnya disambut baik oleh investor, menurut pandangan J.P. Morgan.
- Subsidi tampaknya difokuskan kepada masyarakat umum, dengan anggaran yang sebagian besar dialokasikan untuk program-program seperti tambahan bantuan sosial dan subsidi upah.
- Pertumbuhan pengeluaran fiskal year-on-year (YoY) untuk tahun berjalan (YTD) mencatat kenaikan untuk pertama kalinya pada Juni. Pengeluaran semester satu 2025 hanya mencapai 40% dari Outlook Anggaran FY25 (vs. rata-rata historis kontribusi 42% pada enam bulan pertama), yang mengindikasikan percepatan pengeluaran pada paruh kedua dan berpotensi menopang pertumbuhan.
- Diharapkan akan ada lebih banyak paket stimulus dalam tiga hingga enam bulan ke depan.
- Sektor yang berpotensi diuntungkan dari stimulus ini: Barang konsumsi pokok, bahan baku, barang konsumsi diskresioner, dan properti. Diskon transportasi dapat meningkatkan permintaan perjalanan domestik, menciptakan risiko kenaikan bagi bisnis hotel.
Baca Juga: Ini Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dari Bank Mandiri
Laba dan Pasar Saham
- Secara keseluruhan, hasil laporan kinerja kuartal kedua 2025 mengonfirmasi kelemahan yang telah diperkirakan, yang telah tercermin dalam harga pasar.
- Pelonggaran suku bunga dapat memicu revaluasi pasar ekuitas Indonesia, yang saat ini diperdagangkan pada valuasi menarik sebesar 12x P/E.
- Kami juga memperkirakan arus dana asing akan kembali meningkat apabila tekanan eksternal maupun internal membaik.
Selanjutnya: Bapanas: Penyaluran Bantuan Pangan Beras Capai 98,79% dari Target
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News