AturUang

Ini Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dari Bank Mandiri

Ini Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dari Bank Mandiri

MOMSMONEY.ID – Siapa sangka konsumsi rumah tangga menjadi penopang pertumbuhan di tengah tekanan daya beli yang sedang lesu ini. Di tengah tantangan ekonomi ini, banyak orang memilih untuk wait and see. Lalu bagaimana proyeksi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun 2025 nanti?

Bank Mandiri memproyeksikan perekonomian Indonesia pada tahun 2025 masih berpeluang tumbuh sebesar 4,96% di tengah berbagai tekanan global maupun domestik. Untuk menjaga momentum tersebut, diperlukan dukungan kebijakan countercyclical yang mampu memberikan bantalan bagi perekonomian dalam menghadapi tekanan eksternal.

Menurut Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, bahwa konsumsi rumah tangga masih menjadi motor penggerak utama, terutama didorong oleh libur Lebaran dan sekolah.

Berdasarkan data, konsumsi masyarakat pada kuartal kedua tahun 2025 tumbuh 4,97% secara year on year (yoy),atau  lebih tinggi dari 4,89% pada kuartal pertama 2025. Faktor lain yang turut mendorong pertumbuhan adalah investasi, yang melonjak 6,99% yoy pada kuartal kedua. Peningkatan ini terlihat dari naiknya impor barang modal, terutama mesin dan peralatan.

Lanjutnya, berdasarkan Data dari Mandiri Spending Index (MSI), pertumbuhan tahunan kuartal II 2025 didorong oleh kategori belanja yang terkait dengan leisures, mobility, dan juga educational services. Belanja masyarakat yang terkait dengan transportasi tumbuh 71% (yoy).

Asmo menambahkan, penduduk usia muda yang mendominasi struktur penduduk Indonesia menjadi faktor penting yang mendorong pertumbuhan ekonomi sektoral terkait experience-based consumption. “Sehingga segmen ini perlu dijaga sebagai katalis positif pendorong pertumbuhan ekonomi,” katanya dalam siaran pers, Kamis (28/8).

Namun, terdapat beberapa tren perubahan yang perlu diantisipasi ke depan, seperti back to basic necessities. Sampai dengan minggu ketiga Agustus, belanja supermarket tumbuh 4,2% dibandingkan akhir periode liburan, yang tertinggi dibandingkan sub-kelompok belanja lainya.

Artinya, pasca libur sekolah, masyarakat kembali ke supermarkets untuk memenuhi kebutuhan dasar rumah tangga. Selain itu, Bank Mandiri juga melihat terdapat kenaikan preferensi belanja masyarakat untuk experienced-based seperti makan di luar, travel, dan transportasi dibandingkan pembelian barang (product-based). Hal ini tercermin dari index belanja experience-based yang meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan 2024.

Baca Juga: Simak, Berikut Proyeksi IHSG dan Kalender Event Ekonomi dari KISI Sekuritas (25/8)

Selain konsumsi, investasi juga mengalami lonjakan signifikan, tumbuh 6,99% yoy pada kuartal kedua 2025, terutama pada sektor mesin dan peralatan. Belanja pemerintah mulai membaik, meski masih terkontraksi tipis -0,33% yoy, sementara kinerja ekspor tetap positif berkat langkah antisipatif eksportir yang mempercepat pengiriman barang sebelum penerapan tarif resiprokal AS.

Di dalam negeri, inflasi Juli 2025 tercatat 2,37% yoy, masih terkendali meski dipengaruhi biaya pendidikan dan harga pangan. Pasar keuangan juga mulai stabil, didukung aliran modal asing. Hal ini memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5% pada Agustus 2025.

Dari sisi moneter, kebijakan Bank Indonesia (BI) diperkirakan tetap akomodatif, seiring masih terbukanya ruang pelonggaran apabila stabilitas harga terjaga dan risiko eksternal dapat dimitigasi. Sementara itu, kebijakan fiskal juga perlu lebih akomodatif, dengan percepatan realisasi belanja agar dapat berperan sebagai penopang perekonomian di tengah tingginya ketidakpastian global.

Perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan yang kuat di tengah dinamika global hingga kuartal kedua 2025. Hal ini tak terlepas dari fungsi intermediasi industri perbankan menunjukkan moderasi dengan pertumbuhan kredit 7,03%  year on year (yoy) pada Juli 2025. Adapun dana pihak ketiga (DPK) perbankan tumbuh stabil sebesar 7,00% yoy.

Baca Juga: DBS Menilai Indonesia Masih Resilient di Tengah Tantangan Perdagangan Global

Selanjutnya: Subsidi Listrik 2026 Naik Jadi Rp 101,72 Triliun, Bahlil: Jumlah Pelanggan Bertambah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Video Terkait